Tiga

43 9 0
                                    

Part sekarang dan selanjutnya, bercerita mundur. Tentang masa lalu Sisil dan Asyel.

Flashback on

💫💫💫

Rumah besar bak istana menjadi kediaman keluarga pradipta. Keluarga yang harmonis dan berlimpah harta. Achila Melani Pradipta, adalah anak tunggal dari keluarga itu.

Teras depan samping pagar, nampak sosok gadis kecil yaitu Achila atau Sisil panggilan akrabnya sedang berdiri di atas batu besar. Kedua tangannya berpegangan pada tembok di hadapannya. Dia sedang mengintip sesuatu di belakang tembok.

Sisil memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang mengangkat perabotan besar dan dipindahkan kesebuah rumah. Mereka adalah tetangga baru dikomplek sini. Dan karena rasa penasaran Sisil, dia menekatkan diri mengintip tetangga barunya.

Tak sengaja manik mata coklat Sisil menangkap seorang lelaki yang kira-kira lebih tua sedikit darinya. Entah dorongan darimana? Tiba-tiba dia tersenyum sangat lebar karena lelaki itu pun membalas tatapannya. Yang sekarang Sisil pikirkan adalah, bagaimana caranya lelaki itu harus menjadi temannya?

Kekurangan Sisil adalah dia sangat sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tipikal gadis yang menyebalkan dan cerewet, sehingga jarang sekali ada yang ingin berteman dengannya. Berteman sehari, esoknya Sisil kembali menyendiri.

Tetap mempertahankan senyum lebarnya, Sisil melambai-lambaikan tangan pada lelaki itu.

Namun lelaki itu tidak merespon sama sekali. Tidak ingin menyerah, Sisil turun dari pijakan batu, kemudian berlari melewati gerbang rumahnya. Dia memberanikan diri memasuki halaman rumah lelaki itu, dengan sedikit berlari ia memasuki gerbang yang terbuka lebar.

Saking semangatnya berlari, Sisil sampai tidak memperhatikan jalannya, sehingga tak sengaja kakinya tersandung oleh batu sampai dia terjatuh.

Orang-orang di sana cukup terkejut karena suara teriakannya. Mereka sontak menoleh kearah Sisil sehingga dia menjadi pusat perhatian. Karena sangat malu, Sisil memaksakan untuk bangkit menahan sakit pada lututnya.

Sisil tersenyum canggung pada semua orang, namun tiba-tiba seorang wanita menghampirinya bersama seorang anak lelaki yang tadi membalas tatapannya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya wanita itu dengan rasa khawatir.

"Sisil nggak apa-apa Tante," balasnya sambil menyengir lebar memperlihatkan dua gigi kelincinya.

Sisil menoleh menatap wajah lelaki kecil di hadapannya. Kemudian dia tersenyum manis dan melambaikan tangan seraya menyapa lelaki tersebut "Hai."

Sedangkan lelaki itu hanya diam nampak tidak minat membalas sapaan Sisil.

"Ini anak Tante, namanya Asyel." seolah tau tujuan Sisil, dia memperkenalkan lelaki itu.

Kemudian wanita itu tersenyum kembali menatap Sisil yang sedari tadi memperhatikan anaknya. "Sisil mau main sama Asyel?"

Sontan Sisil mengangguk antusias, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, memiliki teman. Kemudian tersenyum lebar dan mengucapkan terima kasih kepada wanita itu.

Namun Asyel tetap membisu, dan menatap ibu-nya kesal.

"Sisil ajak main Asyel-nya, Tante tinggal dulu," ucapnya seraya mengusap kepala Asyel.

"Asyel jangan di nakalin Sisil-nya!" titah wanita itu yang kemudian di angguki Asyel dengan malas.

Wanita itu pergi memasuki rumahnya. Kini hanya ada Asyel yang masih terdiam bak patung karena tak ada pergerakan sama sekali, dan Sisil yang senyum-senyum sendiri, seperti orang yang sedang kasmaran.

"Kak Acel! Kenalin nama aku Sisil." ucapnya seraya mengulurkan tangan kanannya.

"Nama aku Asyel bukan Acel!" ketus Asyel dan menolak jabatan tangan Sisil.

Sisil menghela nafas, "susah Kak! Kak Acel mau ya jadi temen Sisil?" Sisil tersenyum kembali pada Asyel sebelum melanjutkan ucapannya, "Sisil nggak punya temen, semuanya nakal sama Sisil!"

Asyel Damian memang memiliki sifat dingin dan bahkan kurang peduli terhadap lingkungannya. Bukan tanpa alasan, karena sifatnya murni dari keturunan.

Asyel memperhatikan wajah Sisil yang tiba-tiba terlihat sendu dan bibir melengkung ke bawah. Dari raut wajah Sisil, gadis itu tengah memohon kepadanya agar permintaannya dikabulkan.

"Sisil mau punya temen." Sisil tidak ada hentinya merayu.

Sebenarnya Asyel merasa canggung bersama Sisil. Mereka baru kenal, tapi Sisil sudah sok akrab mengajaknya berteman. Namanya juga anak kecil normal, pasti ada sifat manjanya. Bertolak belakang dengan Asyel yang sifatnya sudah dewasa sejak kanak-kanak.

"Kak Acel mau kan temenan sama Sisil?" tanya Sisil lagi-lagi memohon karena Asyel tak kunjung membuka suara.

Melihat wajah imut Sisil tiba-tiba saja membuat Asyel terenyuh untuk mengabulkan permitaannya. Tak sulit untuk menjadikannya sebagai teman bukan? Dia mungkin bisa mencobanya.

Dan akhirnya Asyel tersenyum tipis dan mengusap-usap rambut kepala gadis itu. Entah kenapa tangannya sangat gemas dengan rambut Sisil?

"Mari kita berteman!"

💫💫💫

Raut kebahagian di wajah Sisil terpancar. Dia sangat amat merasa senang memiliki teman. Walaupun Asyel bukan tipikal orang yang gampang tersenyum, tapi Sisil dapat melihat kebahagiaan Asyel berteman dengannya.

"Kak Acel jago main sepedahnya."

Jangan lupakan bahwa Sisil sangat sulit menyebut nama 'Asyel'. Namun Asyel tidak kembali memperotes. Dia malah terus menggoes sepedah dengan Sisil di bonceng berdiri di belakangnya. "Pegangan yang kenceng Sil!"

Sisil mengeratkan cengkramannya pada kedua pundak Asyel.

Mereka tertawa bersama, menikmati indahnya senja. Tak ada yang lebih bahagia, selain menikmati masa kecil dengan bermain bersama.

"Sil, kakak capek! Kita udah dulu ya?"

Mereka berhenti di lapangan bermain. Suasanya sangat ramai diisi oleh anak-anak kecil seumuran mereka. Asyel duduk di sebuah pohon di ikuti Sisil yang duduk di sebelahnya.

Umur Asyel dan Sisil hanya terpaut dua tahun. Asyel berumur delapan tahun sedangkan Sisil enam tahun.

Mereka sama terdiam untuk beberapa saat. Sekali-kali Sisil melirik ke arah Asyel sambil tersenyum lebar. Asyel yang menyadari itu, lalu menengok ke arah Sisil.

"Kak Acel ganteng!" puji Sisil diselingi kekehan.

Asyel mengusap-ngusap rambut Sisil. "Semua lelaki ganteng."

Mungkin mulai sekarang mengusap-usap rambut Sisil akan menjadi hobi baru Asyel. Dia sangat menyukainya.

Tbc

Ramein vote komennya💫

Follow ig author ➡️ afy_firnanda

AsyelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang