You

45 10 6
                                    

You = Unity
You-nity.
(U)nity
it only takes one light to illuminate the darkness. never underestimate the light you shine into this world. -unknown.

———

Jastin

"Je, Jeje mau kuliah dimana?" Tanya seseorang dari posisinya disana.

"Gak tau. Gak kuliah kayaknya." Ucap gue setelah berpikir sesuatu yang bisa saja menghambat semua pilihan gue.

"Lu dimana?"
"Gak tau deh, dulu rencananya mau ikut Ivy. Eh ternyata Ivy dapet beasiswa." Hampir aja gue panik, gak lucu kan kalo tiba-tiba gue teriak cuma gara-gara salah paham sama hal itu.

Gue kira bakal ikut Ivy sampe kesana.

"Emang kalo kuliah lu mau ngambil apa?" Tanyanya lagi. Terus ngomong aja ya be, gue pusing denger orang-orang diluar.

"Ilmu keluarga sejahtera aja," jawab gue asal.
"Dih kan lu Multimedia."
"Emang kenapa? Gak boleh?"
"Hih...."

Dia diem dulu sebentar, kedengeran krasak-krusuk yang buat telinga gue hampir pengang. Jangan tanya kenapa, gue pake earphone dengan volume full biar telinga gue cuma bisa denger manusia yang ada di seberang aja.

"Gue mau nyanyi ah!" Ucapnya hingga bibir gue membentuk senyuman sempurna.

"Emang bisa?"
"Bisa lah!"

Entah sejak kapan gue mulai biarin diri gue tenggelam sama hangat pancaran cahayanya. Walaupun masih bertingkah songong seperti adanya gue, tapi dia tetap menjadi dia yang selalu sabar menghadapi sifat gue yang satu itu.

"Rate suara gue dari satu sampe sepuluh ya!"

Mulai terdengar suara petikan gitar mengalun. Cukup berhasil buat gue kaget, bahkan gue gak tau kalo dia bisa main gitar. Gio juga gak pernah ngomong kalo ternyata Abel bisa main gitar.

"Jangan kaget sama suara gue!" Tambahnya lagi sembari petikan-petikan gitar itu mengalir.

"And it's alright..
Calling out for somebody to hold tonight
When you're lost, I'll find the way
I'll be your light..
You'll never feel like you're alone
I'll make this feel like home."

Apa dia ngerti yang gue rasain sekarang? Apa dia tau alasan gue telepon dia?
Masa iya sih respon batin dia sama gue keren banget? Bahkan disaat gue gak kasih tau apapun, dia bisa nyanyiin lagu yang pas banget buat gue sekarang.

"Udah ah segitu aja. Nanti lo suka gue lagi!"

Gue ketawa denger kalimat dia barusan. Sampe mungkin dia bingung kenapa gue bisa ketawa selepas ini.

"Jadi berapa rate nya?"
"Satu."
"Astaga....."
"Jahat!" Lanjutnya lagi. Gue ketawa lagi.

Disaat itu akhirnya gue bilang kalo gue lagi gak bisa tidur dan gue mau dia temenin gue. Terserah apapun yang bakal gue denger, yang penting itu semua tentang dia.

"Be, kenapa gue lahir?" Pertanyaan random itu keluar begitu saja dari mulut gue yang emang notabene-nya random.

"Karena lo harus lahir," ucapnya santai tanpa berpikir sekalipun.

TESTIMONYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang