Chapter 2

1.8K 326 34
                                        

Pada waktu yang lalu.

Soonyoung menginjakkan kakinya di kamar pribadi miliknya. Lelaki itu menyalakan lampu dan ia sama sekali tidak terkejut melihat begitu banyak botol-botol minuman keras yang berserakan. Ia melangkahi sebuah botol besar bekas minuman keras yang tergeletak di dekat ranjangnya. Pria itu membanting tubuhnya di kasur empuk miliknya seraya menatap langit-langit.

Kau ingin berhadapan dengan Tuhan dengan penampilan buruk ini? Kau tidak malu? Lihatlah, bahkan badanmu bau alkohol. Pakaianmu juga, penampilanmu juga. Bahkan orang-orang pun akan mengira kau orang gila yang tak sengaja jatuh dari gedung atau preman yang mabuk tak sengaja jatuh dari gedung.

Kata-kata itu terus terngiang dalam kepalanya. Ada benarnya juga, pikirnya. Ia lantas pergi ke arah cermin besar. Lelaki itu mematut dirinya beberapa detik, lantas ia pun bergumam, "Benar apa yang dia katakan. Orang-orang tidak akan iba melihatku dan malah aku menyebarkan berita negatif kalau aku terjun dengan tampilan seperti ini tadi. Mungkin kematianku akan menjadi derita untuk paman. Saham perusahaan ayah bisa turun drastis jika diberitakan anaknya bunuh diri dengan tampilan macam preman. Berita negatif pun akan menyebar hanya karena tampilanku," monolognya.

Ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Lekaki itu membuka seluruh pakaiannya dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Soonyoung memejamkan matanya sejenak seraya memikirkan sang lelaki misterius. Sesudah membersihkan tubuhnya, Soonyoung mematut diri di depan cermin, lalu ia meraih gunting yang ada disana. Lelaki itu memangkas rambutnya hingga rapi dan mencukur habis seluruh rambut halus yang tumbuh di wajahnya. Kini tampilannya berubah drastis. Ketampanan seorang Kwon Soonyoung kembali terlihat.

Setelah acara memperbaiki diri, Soonyoung ke luar dan segera membersihkan bekas-bekas botol alkohol lantas membuangnya. Sekarang kamarnya jauh lebih daripada sebelumnya. Lelaki itu kembali membanting tubuhnya di kasur. Sejenak ia menutup matanya, membiarkan memori-memori lama kembali terputar. Dimana sibuk memanggang daging bersama sang ayah kala sedang liburan keluarga. Sedangkan, ibunya menyediakan peralatan untuk makan. Tawa bahagia dapat terdengar kala itu. Namun tak disangka, tawa bahagia bersama ayah dan ibunya malam itu menjadi momen terakhir sebelum kecelakaan itu terjadi. Kecelakaan yang merenggut nyawa ayah dan ibunya.

Mata Soonyoung pun terasa panas. Ia bangkit dari tidurnya dan melihat ke arah bingkai foto yang terdapat di meja nakas. Lelaki itu mengambil bingkai tersebut, lantas menatapnya dengan lekat. Itu foto Wonwoo bersama dirinya saat Soonyoung mengajak Wonwoo berkencan untuk pertama kalinya. Beberapa bulan setelah kencan pertama, nyawa Wonwoo tak terselamatkan sebab kecelakaan yang membuat tubuhnya terpental hingga menyakut di akar pohon yang menjuntai ke luar tebing.

"Aku pasti akan menyusul kalian. Pasti," gumam Soonyoung yang tanpa sadar tertidur seraya memeluk bingkai foto Wonwoo.




~•°•~




Di pagi hari yang cerah, Soonyoung kembali ke sebuah gedung tua tersebut, namun kini tampilannya jauh lebih rapi. Rambut ia tata sedemikian rupa dan pakaian yang bagus pula. Ia sudah bersiap untuk terjun dari atas gedung tersebut. Anehnya, jantungnya malah berdegup begitu kencang hingga ketakutan pun hinggap. Lelaki itu melihat ke arah bawa sekilas. Haruskah? batin Soonyoung bimbang. Namun, seketika perkataan lelaki misterius itu kembali terngiang dalam benaknya.

Tubuhmu itu akan mengeluarkan darah dan darahnya akan mengotori jalanan di depan kafe milikku! Banyak orang-orang di luar sana yang telah meninggal ingin hidup kembali karena memiliki banyak kesalahan dan ingin memperbaiki hidup. Sedangkan, kau malah menyia-nyiakan hidupmu. Banyak orang yang telah meninggal ingin kembali menghirup sejuknya dan indahnya dunia. Hanya orang bodoh yang mau mati di hari yang indah ini. Dan kau adalah orang bodoh.

Kafe di depan gedung tua. Dari tempat Soonyoung berdiri, nampak seorang lelaki mungil dengan celemek berwarna coklat tua tengah berdiri di depan pintu kafe tersebut. Itu si lelaki misterius. Ya, Lee Jihoon! batin Soonyoung.

Soonyoung segera turun dari tempat ia berdiri. Ia mengeluarkan sapu tangan biru tua milik lelaki bernama Lee Jihoon tersebut. Alisnya mengerut dalam melihat sapu tangan tersebut. Pemiliknya begitu aneh, hingga menimbulkan banyak tanda tanya di kepala Soonyoung. Mungkin aku akan menunda kematianku. Aku harus menuntaskan hasratku untuk mengetahui tentang Lee Jihoon ini, batin Soonyoung.

Segera ia turun dan keluar dari gedung tua tersebut. Soonyoung pun masuk ke kafe tersebut. Saat membuka pintu tadi, sebuah bel yang sengaja ditaruh di atas pintu itu berbunyi yang membuahkan seluruh pandangan tertuju padanya. Para wanita langsung membelalakkan matanya sebab ketampanan Soonyoung begitu memesona. Lelaki itu tak peduli, ia melanjutkan langkah kakinya menuju ke arah tempat pemesanan.

"Permisi," kata Soonyoung.

"Ada yang bisa saya bantu?" ucap orang tersebut seraya membalikkan badannya ke arah Soonyoung.

"Hai," sapa Soonyoung. "Kau tahu siapa aku?" tanyanya.

Sejenak lelaki bertampang manis itu mengerutkan alisnya untuk mengingat. "Siapa?" tanyanya kebingungan.

Soonyoung pun menjulurkan tangannya. "Aku Kwon Soonyoung. Aku adalah orang yang kau tampar." Ia pun menunjuk ke arah bekas tamparan lelaki itu yang kini membiru.

"Ah, ini benar kau? Kau lebih tampan kalau rapi seperti ini. Aku sampai tidak mengenalimu."

"Aku kesini untuk mengembalikan ini." Soonyoung menyodorkan sapu tangan biru tua milik lelaki itu. "Dan juga ingin meminta pertanggungjawaban atas ini." Ia menunjuk ke arah pipinya yang lebam.

Lelaki manis itu terkekeh seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Jadi, siapa namamu? Aku sudah tahu, tapi aku ingin langsung dengar darimu."

"Aku Lee Jihoon."

"Nah, Jihoon–ssi, apa setelah ini kau ada acara?"

"Tidak. Kenapa?"

"Sebagai bentuk pertanggungjawabanmu, mari makan malam denganku. Kau bisa?"

"Tentu saja," jawab Jihoon dengan jantung yang berdegup begitu kencang.

"Pukul tujuh aku akan menjemputmu."

Lee Jihoon, kau adalah lelaki manis yang membuatku penasaran akan kepribadianmu. Biarkan aku menelusuri semua tentang kehidupanmu agar aku bisa tenang dan segera pergi.

catetan: sengaja ga aku ketik adegan selanjutnya yang mereka makan malem, itu bisa kalian imajinasikan sendiri ya mwehehehe...

LUCU BANGET GA SIH WOY😭😭😭😭😭😭😭

ESPOIR | SoonHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang