STILL YOU PART 2
Hari semakin larut malam dan gadis ini masih menunggu taxi yang lewat. Arloji di pergelangan tangan kirinya menunjukkan pukul 10 malam. Ya, Tuhan dia tidak menyangka akan selama ini. Tidak jauh dari sini ada pangkalan ojek, sepertinya sih.
Sepertinya naik taxi tidak mungkin kalau dia menunggu di daerah sini, karena memang jarang taxi lewat lagipula ini malam minggu, dari taxi yang sudah lewat semuanya full. Uhh... naik ojek. Clara melangkahkan kakinya menuju pertigaan yang jaraknya beberapa meter dari tempatnya ini.
Clara memakai helm dan duduk di belakang bapak tukang ojek. Semoga aman, batinnya. Tapi kemudian di tengah jalan, motor yang ia tumpangi agak oleng. Sepertinya ban-nya bocor.
Bapak tukang ojek tersebut menghentikan motornya di tepian. Jalan masih terlalu ramai untuk ukuran kota metropolitan di malam hari apalagi malam minggu. Clara turun dan melihat ban belakang motor bapak ini memang kempes.
“Yah, kayaknya bocor deh, Non.” ucap bapak itu. Clara mendesah. Ada saja halangannya, padahal udah tinggal separoh. Masa iya dia harus menunggu bapak ini menambal ban-nya.
“Terus gimana dong, Pak?” keluh Clara putus asa. Sudah capek, lelah pikiran dan ia ingin segera membaringkan punggungnya di kasur empuk, apa daya banyak sekali halangannya.
Bapak tukang ojek ini juga ikut berpikir, “Ya, mau gimana lagi. Saya mau nambal ini dulu. Non, bisa cari ojek lain, tapi bayarnya penuh gimana? Saya telpon teman saya yang ada di pangkalan tadi kalau Non mau?”
Ha? kok bayar penuh sih, kan tinggal separo jalan.
“Terus saya nggak bayar Bapak ato gimana?”
“Ya, tetep bayar saya, cuma setengahnya aja, Non.”
Astaga... Tapi ini sudah malam. Baiklah... dari pada dia tidak bisa pulang.
“Ya udah. Terus nunggunya di mana?”
“Di sana aja, Non. Kayaknya ada tukang tambal. Non jalan masih kuat kan?”
Clara mencebikkan bibirnya, Bapak ini kok... “Ya masih lah.”
“Kirain, soalnya dari tadi mukanya di tekuk mulu.”
“Capek, Pak...”
Clara mendesah panjang dan mengikuti Bapak ini jalan menuju bengkel kecil yang letaknya memang lumayan-lah. Setibanya, Clara segera mencari tempat duduk dan memijit betisnya. Capek...
Seandainya dia bisa membeli motor, walaupun bekas ya lumayanlah dari pada ia seperti ini. Walau setiap hari dia bisa saja naik angkot yang memang ada untuk jalur di area tempat kerjanya, namun itu hanya sampe sore jam 4-5 itupun dia harus berjalan sampai pangkalan ojek tadi, setelah itu tidak ada lagi...
Matanya menatap mobil-mobil yang berjalan begitu pelan. Ingatannya kembali saat ia bersama pria itu. Saat pertama kali pria itu mengajaknya hanya berdua di dalam mobil setelah pertemuan pertama mereka oleh keluarga masing-masing.
Rasanya sangat bahagia dan hatinya berdesir mengingat kenangan itu. Pria itu rela tidak tidur semalam untuk menyetir sendirian setelah pulang dari kerja langsung ke Semarang, ke tempatnya... hanya untuk bertemu dengannya.
Itu dulu... dulu sekali.
Dari pada hatinya sesak, ia kembali menunduk dan menikmati melihat ponselnya, membaca puluhan sms-yang-ia-simpan rapi di dalam pesan draft kartu sim dalam ponselnya. Beruntung masih menyimpanya. Tapi, membaca ulang pesan dari pria itu bahkan membuatnya bertambah sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You
RomanceBatalnya pernikahan mereka karena suatu hal dan kesalahpahaman membuat keduanya berpisah. Bagi Aga Treviyan Mikail, bukan salahnya jika dia membenci Clara Nathania Wijaya. Dan dia sadar benar dalam lubuk hatinya sosok itu sulit ia hilangkan, begitu...