Still You Part 7

117K 5.6K 73
                                    

PART 7

“Vino nanyain kamu tadi, dia tambah pintar dan lucu...” ucap Ibunya terdengar senang berbicara saat membicarakan cucunya, Vino-anak Neta, adiknya dan Erick. Syukurlah... Ibu dulu selalu menangis jika melihat Vino-cucunya. Karena ada bagian dari wajah Vino yang mirip dengan Neta.

Ibunya tadi bercerita kalau orang tua Erick sekalian Erick dan Vino datang mengunjungi kediaman ibunya. Ini sering terjadi antara kedua keluarga.

Mengingat ini ia menjadi teringat saat meninggalnya Neta—karena kecelakaan setelah koma beberapa hari di rumah sakit namun akhirnya Neta meninggal dunia saat bayinya masih berusia dua bulan dan membuat Ayahnya shock berat dengan kejadian ini.

Saat itu juga baru saja hubungan kedua orang tuanya dan orang tua Erick-suami Neta ini berhubungan baik, akan tetapi takdir berkata lain.

Ayahnya juga meninggal sebulan kemudian setelah berjuang melawan penyakitnya. Sejak saat itu, orang tua Erick menyempatkan berkunjung ke kediaman keluarganya, untuk menjenguk ibunya.

“Kangen sama Vino, Bu. Ibu udah kasih baju yang aku kirimin?”

“Udah, dia seneng banget... kamu tahu, keluarganya Erick nanyain kamu. masih sama, tentang Kakaknya Erick.”

“Maksudnya? Mas Gesang?”

“Kamu udah mau menikah apa belum?” tanya Ibunya ragu-ragu. Pertanyaan ini lagi?

“Apa sih, Clara kan—“

“Nak, bukan maksud ibu ingin kamu cepet nikah, bukan. Ibu juga nggak mikiran apa yang tante Sela dan tetangga omongin, tapi ibu mikirnya cuma Kamu. Ibu hanya ingin kamu—“

“Clara masih ingin kerja buat ibu, Dito, sama buat nglunasi huta—emm. Maaf, bukan maksud Clara bikin ibu...”

“Ibu nggak apa-apa, Ra. Cuma, ini kakaknya Erick udah kenal sama kamu, dan mereka masih ingin menjalin tali kekeluargaan. Gesang, dia pria baik-baik sepertinya.”

Keluarganya Erick memang sudah dua kali menanyakan ini pada Ibunya mengenai kakaknya Erick yang masih membujang saat ini dan berniat menjodohkan dengan Clara. Tapi, Clara, dia masih...

Nama pria itu kembali muncul dalam benaknya, astaga. Mau sampai kapan ini akan berakhir?

“Clara masih perlu waktu.” ucanya pelan.

“Ibu jangan banyak pikiran, omongan orang-orang itu nggak usah di tanggapin, Bu.” lanjut Clara tiba-tiba kepikiran kalau tante Sela mulai menggosipkan dia dan keluarganya.

“Kerjaan kamu gimana, Nak?” Ibunya mengalihkan pembicaraan.

Clara tidak tahu harus berbicara jujur atau tidak. Ia tidak mau menambahi beban pikiran Ibunya di sana jika ia bertemu kembali dengan pria itu lagi.

“Baik...” jawabnya pelan sambil menghela nafasnya, “Dito gimana sekolahnya?” Aldito-adik angkat laki-lakinya. Ia mengalihkan topik pada hal lain, tidak ingin membahas itu...

“Dia sibuk mau ujian Nasional, kamu jarang ya kirim pesan ato telepon. Dia sepertinya marah sama kamu.” ucap Ibunya membuat Clara sedikit tersenyum mengingat adiknya ini.

Bagaimanapun, Aldito kini yang menemani Ibunya di samping ada Mbak Sum dan Pak Jo-suaminya yang sampai saat ini setia membantu keluarga mereka. Dulu mereka bekerja sebagai pembantu rumah-tangga keluarganya saat mereka masih terbilang berkecukupan.

Saat ini, Ibunya hanya membuat lumpia kering untuk di setorkan ke warung dan penjaja makanan, hasilnya lumayan dengan dibantu Mbak Sum tentunya.

“Nanti aku coba telpon dia. Dito masih suka bantuin Ibu, nggak? Kalo nggak aku stop kasih bonus uang jajan ke dia.”

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang