Still You Part 6

136K 5.5K 94
                                    

PART 6

Clara berusaha membuka matanya saat ia merasakan tubuhnya terlempar ke tepian hingga hampir menabrak pembatas taman di hall gedung kantornya ini, tapi sungguh terasa berat sekali walau ia memang masih sedikit sadar. Buktinya ia masih bisa mendengar suara teman yang memboncengnya serta suara kerumunan orang di sekitarnya ini.

Tapi, saat ia mendengar temannya meminta Managernya untuk membantunya, terdengar suara seseorang yang menyela. Seorang pria dan dari suara bass-nya, Clara tahu suara milik siapa ini.

DEG!

Tidak mungkin dia masih ada di sini.

Clara tadi melihatnya dia sudah berlalu dengan mobil-mewahnya tadi, lalu kenapa... Pertanyaan di otaknya tidak terjawab karena ia sudah merasakan tubuhnya melayang dalam gendongan tangan pria ini.

Tunggu! Ia di gendong? Jantung Clara kemudian berdebar dengan keras beringingan dengan denyut kakinya yang tiba-tiba terasa linu di sertai dengan rasa pusing di kepalanya.

“Kamu duduk di depan saja.” suara pria ini terdengar khawatir dan tadi ia memerintahkan kepada Beti temannya untuk duduk di depan? Ah, dia tidak menyadari kalau sudah berada di dalam mobil Aga.

Clara tidak mau ini berkelanjutan dan ia berakhir dalam rumah sakit. Ia tidak mau ke rumah sakit. Ia  sedikit tidak menyukai rumah sakit karena kejadian yang menimpanya dan keluarganya, dulu.

Dari jarak sedekat ini dan sesekali ia merasakan usapan lembut tangan pria ini di punggungnya, Clara bisa mencium aroma musk serta pinus segar dan campuran parfum mewah dari tubuh Aga di sampingnya dan sesekali ia merasakan tarikan nafas pria ini yang berat.

Ya, Tuhan... kenapa di dekat dia masih terasa nyaman sekali.

Eh, tapi kenapa? Kenapa pria ini menolongnya?

“Do, bisa cepet dikit nggak sih.” gertak Aga tidak sabaran, Clara bisa mendengar dengan jelas nada khawatir masih ada di sana dan ia merasa terharu.

Terharu? Pada pria yang sudah membuatmu menangis seharian ini dan pusing setengah mati karena harus mencari pinjaman uang, Clara?

Ia harus bangun sekarang. Harus. Karena ia tidak mau menjadi beban pria ini dan ia berhutang budi hingga membuatnya harus berurusan dengan Aga...

“Di mana ini?” gumamnya serak setelah ia dengan susah payah dan berhasil membuka mata.

“Lo sadar, Nath. Oh, syukurlah...” Beti langsung menoleh ke belakang dan tampak wajahnya yang lega.

Clara melihat tatapan temannya ini kemudian berubah ke arah sampingnya dengan tatapan yang sulit di artikan olehnya, barulah Clara berjingkat setelah menoleh dan mendapati Aga yang tengah menatapnya, juga.

“O—oh... maaf.” ucap Clara pelan dan ia gugup setelah melihat sorot mata tajam khas milik Aga ini. Tatapan pria ini terlihat terkejut dan lega dalam waktu bersamaan.

Clara menelan ludahnya dan ia menggeser tubuhnya agak menjauh dari tubuh hangat pria ini.

“Bapak Treviyan menolongmu.” ujar temannya ini pelan dan kemudian menunduk penuh rasa hormat pada pria yang masih stay cool di samping Clara.

Clara sendiri menoleh dan berusaha terlihat baik-baik saja, “Maaf merepotkan.” ujarnya serak dan mengernyit menahan sakit di kakinya yang sedikit lecet, terasa perih dan nyeri. Salahnya tidak memakai celana.

Pandangan Aga kemudian beralih ke depan, hanya itu tanggapannya. Clara meringis, lalu dia mengharapkan tanggapan apa? Melihat pria ini menangis dan menanyakan keadaannya sekarang? Jangan mimpi kamu, Clara.

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang