Still You Part 5

150K 5.8K 110
                                    

Clara merasakan tangannya mulai dingin dan tidak dipungkiri ia merasakan gugup yang luar biasa saat ini. Menghalau perasaan tidak enak di hatinya, ia menghembuskan nafas dengan perlahan dan memejamkan matanya sesaat.

Aga Mikail. Aga Mikail... nama itu tiba-tiba muncul di benaknya. Sekuat ia menghalau tetap tidak bisa.

Dan ia masih berdiri di depan pintu yang menghubungkannya dengan pria itu, lagi. Mencoba mengetuk pintu lagi dan masih belum ada tanda-tanda pintu akan terbuka.

Ya, Tuhan... Dia akan bertatap muka dengan pria itu setelah empat tahun lamanya, setelah kejadian yang menurutnya membuat pria itu kecewa dan membencinya, walau ia tahu ini hanya sebatas salah paham akan tetapi itu melukai...harga diri pria itu, mungkin.

Entahlah...

Pikirannya kembali pada saat dimana mendiang adik perempuan satu-satunya mengatakan satu hal yang membuat kesehatan Ayahnya yang memang agak terganggu menjadi semakin parah dan membuat kehidupannya...berubah.

Saat semua mempersiapkan perlengkapan untuk jamuan makan serta segala yang dibutuhkan untuk menyambut datangnya keluarga yang sangat di segani di kampung halamannya...untuk melamarnya sebagai menantu mereka. Walau keluarganya berasal dari keluarga sederhana dan jauh dari kata Kaya Raya, itu yang membuat semua orang antusias, kenapa bisa keluarga Mikail memilih menjodohkan putra sulung mereka untuk Clara.

Semua orang tahu, kalau keluarga Mikail di sana sangat disegani sebagai orang yang terpandang karena kekayaan dan juga keturunan dari bangsawan dulu di sini, walau akhirnya keturunan mereka akhirnya memilih menetap di Jakarta.

Tiga hari sebelum acara berlangsung, Arneta atau yang akrab dipanggil Neta oleh Clara dan juga adik angkatnya serta Ayah dan Ibunya ini datang ke ruang keluarga di saat semuanya berkumpul.

Clara tersenyum simpul, saat itu dia tidak tahu apa yang akan apa yang akan menimpanya, “Ta, ngapain di situ. Sini..” dia tidak mengenali adiknya kali ini, tidak seperti biasanya, adiknya

“Ayah, Ibu... Neta mau bicara sama kalian.” ucapnya gugup. Membuat semuanya mengalihkan tatapannya padanya. Clara menghampiri Neta dan mengajaknya duduk diantara Ayah dan Ibu, sepertinya ini masalah serius.

“Neta tahu, ini bukan waktu yang tepat, tapi...Neta harus segera bicara sebelum semuanya terlambat.”

Adiknya ini tidak terlihat baik-baik saja. Ia tahu dengan membaca raut wajah cantik adiknya yang baru saja akan memasuki pendidikan di Perguruan Tinggi.

“Ada apa, kamu sakit, Nak?” tanya Ayahnya yang memang masih terlihat bahagia saat ini, “apa kamu mau bilang uang sakumu nambah?” goda sang Ayah, dan membuat Neta semakin sesak karena ini akan melukai harga diri keluarganya.

“Ayah, ibu pasti akan marah sama Neta...” ucapnya pelan mengabaikan gurauan ayahnya sambil menahan tangisnya. Debaran jantung Clara semakin berpacu dengan cepat. Ibunya kini menatap lekat pada putri kedua mereka dengan mengusap punggungnya.

“Apa, kamu mau cerita apa? Kamu sedih kakakmu mau pergi dari sini?” tebak ibunya karena melihat betapa dekatnya Clara dengan adik perempuannya disamping Clara juga sangat menyayangi Aldito, adik angkatnya.

Neta menggeleng pelan kemudian sebulir air matanya jatuh perlahan, ia semakin menunduk, ia malu menatap kedua orang tua, kakak dan adiknya. Ia malu sekali.

“Mungkin, setelah ini Neta bukan lagi anggota keluarga ayah dan ibu, karena ayah dan ibu mungkin tidak menganggap Neta lagi, karena Neta sudah membuat aib pada keluarga ini...” isaknya mulai pecah dan membuat ayah dan ibunya terkejut.

Still YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang