12. Mencari Bantuan

56 6 2
                                    

POV' Anik

Aku memang tidak suka menganggap kalo dijahilin sama orang, atau teman bahkan aku hanya tersenyum, tetapi aku mempunyai sisi yang sangat sensitif dimana dibagian ini aku akan merasa sangat tertekan dan akan langsung menangis.
Gak peduli mereka bilang aku cengeng, bagiku itu adalah hal yang wajar.

Aku mempunyai kebiasaan bicara blak-blakan, dan temanku gak masalah dengan hal itu. Aku adalah tipe orang yang rajin mengerjakan tugas, menyukai pelajaran Sejarah dan Geografi walaupun aku anak IPA.

Tapi hal yang selalu membuat aku risih adalah, Hamidah-_-
Kami memang kembar, tapi kepribadian kami sungguh berbeda.
Dia yang pecicilan aku yang pasif.
Dia yang suka berekspresi berlebihan aku yang suka berekspresi biasa saja.
Dia suka joget gajelas sambil nyanyi apa saja dan aku suka bernyanyi sesuai dengan penyanyi aslinya.
Dia suka baca komik dan aku suka baca buku pelajaran.
Dia selalu menggangguku kalau aku sedang belajar atau mengerjakan tugas.
Bla..bla..bla dan banyak sekali.
Sungguh hari-hari yang ringan. Tapi aku bersyukur karena terkadang tingkah nya itu membuatku terhibur.

Seperti saat itu.

Aku sedang belajar karena besok itu ulangan Sejarah.

"Jepang datang pertama kali ke Indonesia pada saat..."

"Mati lampuuu aduh gelapnyaaaa gelap-gelapan jadinya seperti siluman", tiba-tiba Mimid bernyanyi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya disaat aku saat sedang belajar.

Aku diamkan saja, aku memilih melanjutkan belajar, "Jepang pertama kali mendarat di Indonesia daerah"

"Bali lalala bali, na na na lil touch", sambil ngedance ala girlband koriyah.

"MIMID!!", aku sudah tidak tahan.

"Nde yoboseo?"

"Udah miiiiiiiiiiiiiiid"

"Andweyo nega sirreo"

"Kulo mboten ngertos, sampean ngomong nopo?"

"Ah, gwenchanayo non nomu appa"

"Apaan sih", aku menghentak-hentakkan kakiku.

"Ah eodiso, eoh jeongmal, jjinja, heol, debaek, oooh seolma"

Dan begitulah, hingga akhirnya aku memilih untuk tidur.
Aku memutuskan untuk belajar nanti shubuh.

Pukul 06.30

Semua sibuk mempersiapkan diri masing-masing.

Aku sedang memasang kerudung sekolah, dan Mimid sudah siap dari tadi.
Karena aku memang lambat kalo soal pekerjaan hehe.

"Bichi naneun so-lo teteterereret teteterereret, Anik masih so-lo lolololololololo", dia duduk sambil kluget-kluget.

"Solo itu kewajiban bukan pilihan, nanti kalo udah waktunya juga gak solo lagi", aku bicara sambil masih membenarkan kerudungku.

"Iya, Anik kontet", Hamidah berjalan keluar kamar sambil menenteng tas sekolahnya.

"Aaah dasar Mimid jahat!"

Kami akhirnya berangkat sekolah seperti biasa naik mobil berempat kecuali ka Bety.

Sekolah

Sepuluh menit lagi sebelum bel sekolah berbunyi. Aku memilih membaca buku yang akan diulangkan.

Sepuluh menit berlalu.

Dan disaat itu Ibu Sejarah sudah terlihat di ujung koridor, sungguh indah langkahnya, begitu elegan penampilannya tidak ketinggalan tatapan kharismatiknya, betapa aku sudah menunggu ulangan ini.
Itulah yang kukatakan dalam hatiku sambil tersenyum melihat Ibu Salma membawa lembaran kertas ulangan.

Seketika hiruk pikuk dan keributan langsung terjadi dikelas.

"Ah kamvret, siapa yang tadi bilang kalo ibunya ga masuk sini biar gue kubur", kata salah satu teman cowok ku.

"Ini cocok buat judul ftv bro", ada juga yang masih becanda.

"Apaan?"

"AKU YANG GAK ADA BELAJAR DI SAAT ADA ULANGAN SEJARAH DI PAGI YANG CERAH", dia mengatakan sambil mengangkat kedua tangannya menandakan hari yang cerah.

"Whuahahabhuahahabhukekekbhuok"

"Emangnya ada apa nik?", tanya Mia dia adalah sahabatku tercinta dan terlelet yang pernah ada, bahkan saking leletnya, dia pun dipanggil kukang.

"Itu lo hari ini kan ulangan sejarah", kata ku sambil mengingat-ingat kembali apa yang aku pelajari.

"Oh", dia kembali menungkupkan kedua tangannya lalu menenggelamkan wajahnya, YA dia tertidur, itu juga salah satu kebiasaannya tertidur dimanapun kapanpun tanpa tau-tau.

Pukul 09.00

Ulangan telah berlalu, bel berbunyi lagi menandakan pergantian jam pelajaran.
Aku merasa bersyukur karena apa yang aku prediksikan sebagai soal ulangan ternyata benar.

Karena guru mata pelajaran selanjutnya gak masuk, jadi aku memutuskan menjawab soal-soal yang ada dibuku paket.

Tiba-tiba sekelompok klub ekskul futsal memasuki kelas ku, mereka meminta sumbangan untuk membantu salah satu temannya yang mengalami patah kaki.

Dari sekelompok orang itu, ada satu yang menarik perhatianku. Kulihat dari bajunya terlihat nama Hendra. Dia hanya terlihat diam diantara teman-temannya, tenang dengan tatapan mata sayunya. Terlihat kumis tipisnya membuat dia terlihat manis manis pahit.

Mereka berpencar sambil membawa kotak untuk diisi dengan uang yang nantinya akan diberikan pada teman mereka yang patah kaki. Terlihat kakak berkumis itu akan tersenyum setiap ada yang memasukkan uang.

Tapi sayang yang datang padaku bukan dia, melainkan temannya.

"Mia lihat deh itu yang kumis nya tipis kaya bayi lele, lumayan yaaa", aku berbisik pada Mia yang sedang tidak tidur, karena ada kakak senior tamvan.

"Engga ah, ganteng yang sebelahnya", Mia mulai bereaksi.

"Ih mia ganteng yang kumisan tau", aku menyentil tangannya.

Disaat kami sibuk berdebat, para kakak tamvan keluar dari kelas kami.

Mendadak Mia berdiri dan berteriak..."kakak yang kumisnya tipis Anik suka sama kak.....humpft", aku langsung menyumpal mulutnya.

Dan disaat itu kusadari bahwa Mia adalah manusia bukan kukang.








Assalamuallaikum pembaca KM.
Semakin lama semakin gaje saja.
Sepertinya baru kusadari gendre cerita ini adalah gaje:)

Kalian jangan sider yaa, voment kalian sangat berharga bagi saya.
Saya doakan yang voment akan cepet dapetin dia😂








~Berawal dari mata, lalu suka.
Berawal dari cinta, lalu KUA~

KELUARGA MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang