10. Nyari Apa

63 7 3
                                    

POV' Bety

Berhubung mata kuliah ku baru dimulai tiga puluh menit lagi. Aku dan Mesy sahabatku terbaik dan terhiperaktif, memilih untuk duduk santai ditaman kampus. Aku sedang membolak-balikkan lembar tugas kuliah yang tak kumengerti ini sedangkan Mesy sibuk dengan dunianya sendiri.

"Waktu abang pergi kegorong-gorong datang hujan yang amat teranglah", mesy dengan santainya nyanyi.

"Mes bisa diem gak, bentar ajaa", aku menatapnya sambil senyum segaris yang kupaksakan.

Dia menoleh padaku sambil mengangguk. Aku pun lega tapi saat aku menatap lembar tugasku...

"TERKEJOT ABANG TERHERAN-HERAN", dia melanjutkan lagu favorit nya itu.

Seketika orang-orang yang ada disekitar kami menatap aneh pada kami. Aku hanya menyembunyikan wajahku lewat lembaran kertas. Sedangkan Mesy masih asyik bernyanyi tanpa malu karena dia pake masker-_-

"Innalillahi, mes udahan plis", aku menyumpal mulutnya.

"Iiih bety mah, kamu tuh gak tau ya nyanyi lagu ini tu bikin hidupku berwarna tau", mesy menatap melas.

"Bentar aja ga usah nyanyi ya pliss, kuping ku rasanya berontak mes", aku memohon.

"Berarti kamu mau hidupku jadi hitam putih gak berwarna lagi ya bet"

"Huh yaudah karepmu", aku kembali menatap tugas kuliahku tanpa menghiraukan nyanyian sahabatku terhiperaktif ini.

Buk...buk...buk, mesy memukul bahuku.

"Apalagi Ya Allah", aku menatapnya ala psiko.

"Itu orang kenapa ya, kaya nyari sesuatu, tanyain gih", mesy menunjuk seorang pria yang sedang berjalan dan fokus menatap tanah yang sepertinya seorang senior.

"Apaan, kamu aja sana", aku menggidikan bahuku.

"Bet kasian tau, cepet tanya sana", mesy ngotot.

"Iya iya", aku berdiri dan menyapa seorang pria yang mengenakan topi dan kacamata.

"Misi kak"

"Eh apa?", dia sepertinya terkejut.

"Kakak nyari apa ya, biar temen saya bantu", aku tersenyum sambil menunjuk mesy.

"Eh gak ada yang ilang ko, cuma takut aja", jawabnya sambil menatap tanah.

"Oh takut kesandung", aku tertawa kecil.

"Iya takut", detik ini dia menatapku.

Deg...deg...deg

"Takut kalo saya berjalan dengan pandangan seperti ini saya akan menatap para perempuan yang bukan mahram saya dan parahnya saya jatuh cinta"

Dia mengalihkan pandangannya, "dan yang saya takutkan lagi adalah saya akan jatuh cinta karena saat ini kita saling berpandangan"

"Hah apa?", aku masih mencerna kata-katanya.

"Engga bukan apa-apa itu adalah alasan saya berjalan seperti ini", dia tersenyum tipis.

"Maaf ka ga maksud", aku membungkukkan badanku.

"Iya gakpapa, ya udah saya duluan ya. Assalamuallaikum", dia pergi dengan pandangan seperti orang yang lagi mencari barangnya yang hilang.

"Waallaikumsalam", aku menatap pundaknya yang makin lama makin menjauh.

Aku menghampiri mesy lagi, "cie cie yang lagi PDKT", ejek mesy.

"Makasih mba nya", aku meresponnya dengan wajah datarku.

"Bety marah ya kok mukanya asem gitu, kaya ketiak gobang", mesy membujuk bety.

"Engga marah ko", aku tersenyum.

"Alhamdulillah", mesy mengelus dadanya.

"Aku mau maafin kalo kamu tau tentang kakak yang tadi", aku berjalan meninggalkan mesy menuju kelas ku sambil tersenyum sumringah

"Aaaaaaaa bety mah gitu"










Assalamuallaikum manteman.
Percayalah aku nulis ini sambil denger lagu 'Radha', dan joget-joget gajelas.

Maafkan part ini terlalu pendek'~'
Mohon terima segala kekurangannya karena saya adalah author dadakan😂

Jangan lupa voment para pembaca KM KELUARGA MAHENDRA





~Yang kadang aku anggap salah, ternyata benar dimata Tuhan~

KELUARGA MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang