9. Dibalik Topeng

66 12 4
                                    

POV' Enggar

Gak kerasa sudah tiga bulan aku mengajar. Menjadi guru adalah hal yang paling indah bukan? Aku merasa menjadi orang yang mengemban tanggung jawab besar.
Terlepas dari itu hal yang paling kusukai adalah, para rekan guru yang rasanya seperti keluarga sendiri. Baik, ramah, perhatian dan pengertian. Tak terkecuali simudar alias..... Si Muka Datar, rekan guru yang masuk blacklist ku, hahaha.

Gimana gak sebel coba, setiap hari muka datarnya selalu dia pamerkan ke aku dan itu TIDAK BERLAKU PADA YANG LAIN.
Awalnya aku bingung kenapa dengan sikapnya aneh betul, aku gak tau salahnya dimana aku mau tanya tapi AH sudahlah toh mungkin dianya ada dendam kesumbet sama aku (hmm seudzon).

Tapi dua hari yang lalu aku tau, apa yang buat dia jadi begitu.

• Kantor Guru

"Sari tiba-tiba pengen es teh nih temenin ke kantin yuuuk", aku membujuk Sari(ada di part 5. Hari Pertama Kerja).

"Ogah ah sendiri aja napa", Sari menggidikan bahunya.

"Ayolah Sari plisss", aku memohon sambuil menyatukan kedua telapak tanganku.

"Bikin aja sendiri gar, hemat duit supaya bisa beli gincu noh buat bibirmu yang pucet", Sari sibuk menilai buku murid-muridnya.

"Huh", aku mendengus kesal.

Aku putuskan bikin minum sendiri, aku menuju dapur khusus guru dan baru sampai diambang pintu aku menghentikan langkahku. Aku melihat simudar dan Alma seorang guru Bahasa Inggris sedang berbincang-bincang.

Aku takut dikira nguping, jadi aku memutuskan menunggu dipinggir dinding sambil diam-diam merayap datang seekor jodoh hap lalu dilamar.

Ah apaan sih bukan itu, aku menunggu diluar dapur dan gak lama Alma keluar dari dapur tapi....... Simudar kok ga keluar-keluar. Sudahlah aku masuk aja, toh niatnya aku bikin minum.

Tanpa pikir panjang aku masuk posisi kami yang saling membelakangi membuatku tenang. Tapi tiba-tiba aku ingin menanyakan hal yang sebenarnya aku gak ingin tahu. Apa sih yang buat dia dingin ke aku, perasaan aku gak ada buat salah sama dia (pede tingkat akut).

"Ehm", aku berdehem untuk mencairkan suasana.

"Keselek sendok"

"Enggaa apaan sih", aku jadi kesal.

Aku mendengar dia melangkahkan kakinya keluar, karena rasa penasaran ini tak dapat dibendung lagi aku langsung mencegahnya.

"Stoooooop", aku menghalangi jalannya "coba kamu bilang ke aku kenapa sikap kamu gini ke aku HAH", aku menaikkan nada bicaraku.

"Minggir"

"Jawab dulu pokoknya"

"Yakin ga nyesel", dia berkata sambil menunjukkan smirk nya.

"Gak peduli, cepetan bilang"

"Saya benci banget sama kamu karena kamu suka sama sahabat saya, dan kamu itu gak pantes buat dia. Bisa kamu berhenti suka sama dia?"

Aku hanya dapat mencerna kata-katanya yang begitu jelas tapi memuakkan.

"Puas kan Nona Enggar saya permisi", dia melewatiku yang masih diam terpaku, dan seketika itu air mata ku jatuh tanpa isyarat.

"Benci katanya, gara-gara aku suka sama sahabatnya, aku punya hak untuk jatuh cinta, segitunya banget ya sampe berperilaku dingin hanya padaku emang dia yang lahirin Husein", aku mengepalkan tanganku.

"Oke silahkan benci saya, saya gak peduli"

"Ya Allah kuatkan hamba", aku bicara sendiri sambil menyeka air mataku.






Disisi lain

Maafkan saya, saya begini karena saya peduli.

Kan saya sudah bilang apa kamu gak akan menyesal.

Mungkin rasa peduli ini terlalu berlebihan.

Mungkin saya salah dalam memberikan perhatian.


















Assalamuallaikum para pembaca KM:)
Gimama part ini gaje ya, maafkan saya karena saya ini author dadakan😅

Jangan lupa voment yaaa


~Ada yang bilang kalo benci bisa jadi cinta tapi aku percaya dibalik sikap peduli pasti ada rasa~

KELUARGA MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang