14. Pernyataan

79 8 8
                                    

POV' Author

Setahun sudah Keluarga Mahendra menjalani kehidupan di ibukota. Masing-masing menjalani kehidupan seperti hari biasa. Enggar dan Ervina mengajar Hamidah dan Anik sekolah Bety kuliah.

Dan seperti biasa Enggar mengajar di Smp 101, dan perasaannya pada Husein masih tetap sama. Dan sikapnya pada Fauzanka juga biasa setelah kejadian yang pernah mereka alami.

Enggar dan Ervina sering makan berdua ketika jam istirahat terkadang juga ditemani Husein dan pasti juga ada Fauzanka karena Husein dan Fauzanka selalu jalan berdua. Dan membuat mereka berempat memiliki hubungan baik dan membuat Enggar makin mengenal Husein. Padahal disisi lain Ervina juga menyimpan rasa pada Husein.

Setelah kedekatan itu, Husein merasakan hal yang sama dan dia menceritakannya pada Fauzanka.

•••

"Zan, gimana baiknya kan aku udah berumur dan waktunya untuk menikah juga kalo aku langsung datang kerumahnya aja gimana ya?", Husein memegang keningnya.

"Itu bagus bro, dan aku selalu mendukung deh", semangat Fauzan.

"Kamu juga ga mau nikah", goda Husein.

"Kalo calonnya udah ada, tapi ga yakin", tutur Fauzan.

"Ga yakin apanya situ kan udah ganteng, mapan apa pula yang kurang"

"Saya ga yakin apakah dia juga mencintai saya"

"Aneh betul, jadi anta ga tau perasaan dia. Eh aku kan juga ga tau apakah dia mencintai saya juga", Husein tersenyum lembut.

"Zan nanti malam mau kan jadi saksi aku melamar"

"Siap mas bro", sambil merangkul Husein.

•••

20.18

"Ka ada orang tuh kaya nya", kata Hamidah sambil asyik nonton tv.

"Buka kan lah", perintah Bety.

"Nik buka sana", suruh Hamidah sambil menggunakan kaki.

"Kebiasaan yaaaa", Enggar mencubit Hamidah.

"Ah aduuh, sakit iya iya lain kali ga pake kaki", Hamidah nyengir.

"Buka sana", perintah Enggar.

"Iya iya", Hamidah sambil manyun.

"Assalamua'laikum"

"Wa'alaikumsalam", jawab Hamidah "ada perlu apa ya mas"

"Saya dan keluarga saya mau ketemu sama Pak Mahendra apakah ada?"

"Ah ada, mari silahkan masuk"

"Terimakasih dek"

"Iya, silahkan duduk bapak ibu mas"

Hamidah menuju ruang keluarga.

"Abiiiiiiiii"

"Hamidah kok teriak-teriak sih", Umi Yumna berjalan menuju Hamidah "kenapa emangnya nyari Abi".

"Ada yang nyari Abi tu diruang tamu, satu keluarga deh kayaknya"

"Hah apah, jangan-jangan Abi punya utang trus orang itu mau nyita rumah ini", Anik sok dramatis.

"Eh mulutnya", jawab Ervina.

"Iya kenapa", Abi Juan tiba-tiba muncul.

"Itu bi ada yang nyari", jelas Umi.

Abi Juan menuju ruang tamu, sementara itu Umi dan Enggar sedang membuat minum dan menyiapkan hidangan kecil.

Sedangkan Anik Hamidah Bety Ervina serius mendengarkan perbincangan dari ruang tengah, bahkan mereka sengaja mengecilkan volume tv.

Umi dan Enggar kembali sambil membawa minuman dan hidangan kecil. Disaat menyuguhkan minuman, Enggar terkejut saat melihat ada Husein dan Fauzanka beserta seorang pasangan suami istri yang tidak dia kenal.

Enggar kembali berkumpul bersama adik-adiknya, jantungnya berpacu tidak biasa dia sangat ingin tahu maksud dan tujuan Husein dan Fauzanka datang.

•••

"Kalau itu saya tidak bisa jawab, anak saya sendiri yang akan menjawabnya", tutur Abi.

"Ervina", panggil Umi Yumna.

"Iya"

"Sini nak"

Ervina menuju ruang tamu dengan rasa tidak karuan, meremas ujung kerudungnya sambil menggigit bibir bawahnya.

"Duduk nak", pinta Umi.

Ervina duduk disebelah Umi, sambil menundukkan kepalanya.

"Ervina kenalkan saya Pak Syakir, saya ayahnya Husein. Maksud kedatangan kami kemari tidak lain ialah hendak melamar nak Ervina untuk Husein. Apakah Nak Ervina bersedia?"

Hening, Ervina hanya diam tak percaya. Apa ini sungguhan atau hanya mimpi.
Dia selalu menyebut nama Husein disepertiga malam, apakah ini jawabannya. Apa benar dia melamar ku.

"Bagaimana nak", Abi Juan menyadarkan lamunan Ervina.

Ervina memantapkan pandangannya sambil berkata, " saya bersedia menerima lamaran tersebut"

Semua tersenyum mendengar jawaban Ervina, tak terkecuali Enggar, dia berusaha menahan air matanya.

"Kedatangan saya kesini juga bermaksud melamar anak Om, yaitu Enggar Mahendra. Apakah dia bersedia lamaran saya?"

Semua memandang kearah Fauzanka, bahkan Husein tak percaya bahwa gadis yang selalu diceritakan Fauzan adalah Enggar.

Enggar yang mendengar itu pun langsung mengusap air matanya yang sudah tak tertahan lagi. Lalu melangkahkan kaki kearah ruang tamu.

"Aku bersedia", jawab Enggar sambil tersenyum simpul.

Kebahagian tak tergambarkan dimalam itu. Semua mengucap syukur, bahkan Bety, Hamidah dan Anik tak kuasa menahan haru dan saling berpelukan.

Mungkin ini cara terbaik untuk mengobati, apakah ini hanya pelampiasan, aku harap aku bisa mencintainya nanti ~ Enggar

Wahai pembaca KM aku rindu kalian.
Sekian lama akhirnya aku update lagi😂
Berhubung aku kelas 12 banyak kerjaan jadi mau publish cerita always ga sempat:(

Pembaca yang baik selalu meninggalkan jejak😍

------------------------------------------------------------------------------

Tanah Laut, 15 September 2019

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KELUARGA MAHENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang