Dandelion

24 2 0
                                    

"Lara lihatlah sekuntum dandelion itu, ia tak pernah cemburu pada mawar yang tumbuh cantik di pekarangan rumah wanita tua, ataupun iri pada anggrek yang selalu disandingkan dengan kokohnya pohon yang menjadi pasangannya, pun tak pernah murka pada semesta yang menempatkannya di antara belukar tua yang selalu berusaha menutupi keindahannya, karena bagi sang bunga liar, hidup ini bukan saja perihal di mana dan dengan siapa ia tumbuh, tapi tentang bagaimana ia tetap terlihat cantik di tengah-tengah belukar yang selalu iri pada cantiknya".

Kata-kata ayah itu masih saja terngiang dikepalaku, lalu diiringi ingatanku yang kian melayang, menyelami kenangan beberapa tahun silam, saat itu di depan teras rumah ketika mentari mulai menyapa pagi dan menyuguhkan senyum pada setiap makhluk yang ada di bumi, semua orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing-masing, ibu tampak sibuk membelai mesra sekuntum mawar merah kesayangannya, sedangkan ayah sibuk dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan asap yang bergelut ingin cepat mengangkasa dari kungkungan cangkir yang saat itu tampak digenggamnya erat, begitu pun aku dengan kesibukanku, ya mataku dengan asyiknya sibuk menelanjangi cantiknya bunga liar yang begitu mungil namun memesona dengan warna kuningnya, bunga itu tampak enggan beranjak dari tidurnya yang nyenyak, ia masih saja asyik bergumul dengan embun yang tampak menyelimuti sekujur tubuh cantiknya, seakan-akan ia tak rela dan tampak ingin mengumpat pada mentari yang pagi itu mengusiknya dari tidurnya yang lelap, "Dandelion" kata ayah tanpa aba-aba, seakan mengetahui semua tanda tanya yang berkecamuk dalam benakku saat menatap bunga cantik itu, dan saat itu pula untuk pertama kalinya dalam hidup, aku mengetahui bahwa nama makhluk cantik itu adalah dandelion.

Pagi itu setelah percakapan singkat mengenai sekuntum bunga liar itu semua kembali berjalan seperti seharusnya,Tak jauh berbeda dari pagi-pagi sebelumnya, nasehat itu hampir tak pernah absen keluar dari sosok bijaknya, dan pagi itu ayah memberiku sebuah pelajaran hidup dari sekuntum bunga liar yang bernama dandelion itu, tentang bagaimana tetap terlihat cantik meski hidup di tengah-tengah belukar yang selalu saja berusaha menutupi keindahannya.

Jangan lupa tinggalkan jejak :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAPA LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang