Sincerity

(7) Keluarga

harta berharga ku hanya keluarga
mereka yang membuatku tertawa saat semua orang membuat ku menangis
jadi tolong jangan menyakitinya
atau aku akan menyakitimu!
__

pukul 20.00 aqilla masih berada di ruang keluarga.
menikmati setiap momen bersama keluarga menurutnya kebahagiaan yang tak boleh dilewatkan.

hanya suara televisi dan tawa mereka yang menggema diruangan itu.

tadi pagi kakaknya baru pulang dari jerman.
aqilla tidak tahu akan hal itu.
karena kakaknya tak mengabarinya sedikitpun.
jika aqilla tau mungkin ia akan membolos sekolah demi menjemput kakaknya itu dibandara.

tapi sebaliknya,saat ia pulang sekolah tadi,ia sangat kaget ternyata kakaknya sudah ada di rumah.

deo sanjaya,kakak aqilla
dia mempunyai postur tubuh yang tinggi,mata sipit dan kulit putih.
persis dengan papanya itu
beda dengan aqilla yang mempunyai mata yang bulat seperti ibunya.

deo di jerman untuk mengurus bisnis ayahnya yang ada di sana dan ia disana tinggal di apartemen miliknya.

"kak deo kenapa nggak ngabarin aku kalo mau pulang kan aku bisa jemput."tanya aqilla disela tawa mereka.

"biar suprise gitu."jawab deo.
"lagian kamu kan sekolah ngapain mau jemput segala?"

"ya kan aku bisa bolos,emm.. kak deo makin ganteng aja sih."

aqiila mencoba merayu kakanya
tapi kakaknya sudah tau kalau aqilla hanya ingin meminta sesuatu.

"mulai deh...rayuan lo tuh udah basi,
pasti ada apa apanya nih anak."jawab deo sambil memukul pelan majalah yang dipengangya ke kepala aqilla.

"hehe tau aja."aqilla cengengesan.

"gue cuma beliin lo coklat doang."

"ihh jauh-jauh dari jerman cuma beli coklat, di indomart sebelah juga ada."

"nggak mau ya udah."

"eh, mau kok siapa bilang nggak mau
makasih deh kakak ku yang paling ganteng seanaknya mama."

"yaiyalah gue paling ganteng,kan gue cowok sendiri anaknya mama."jawab deo malas.

"lah aku nggak salah kan."

deo memutar bola matanya,adiknya ini sangat menyebalkan.

"papa seneng liat kalian akur gini."sahut papa

sedangkan mamanya hanya menyimak percakapan mereka dengan tersenyum bahagia rasanya keluarganya sekarang terasa sempurna.

"aku juga seneng liat kak deo kesel gini."jawab aqilla seraya menjulurkan lidahnya ke kakaknya itu.

"dasar ya lo adik nyebelin."emosi deo sekarang memuncak.

baru tadi pagi deo datang,sekarang adiknya sudah membuatnya sebal apa lagi berbulan-bulan nanti?
apakah aqilla akan membuat kakaknya itu gila.

"ehm.. deo baru saja papa seneng liat kalian akur sekarang udah mau berantem aja."kata papa.

"bercanda pa."jawab deo

"eh tadi kenapa pulang sekolah lo kok berpenampilan cupu gitu."tanya deo pada aqilla.

"itu lho deo, zanna tu lagi nyamar gitu di sekolah barunya."sahut mama.

"cihh pake nyamar nyamaran segala nggak sekalian jadi cupu beneran aja."cibir deo.

"ihh kakak mah gitu..."

"emang kenapa lo kok nyamar gitu."

"kakak tau kan melisa?"

"ohh melisa teman kamu yang rambutnya merah kek rambut jagung itu?"

aqilla menggangukan kepala tanda kalau ucapan kakaknya itu benar.

"jadi?"ucap deo dengan mengerutkan keningnya.

"dia itu teryata temenan sama aku cuma mau maanfatin kekayaan dan popularitas aku doang."
"dia juga nipu aku,dia ngancam aku buat ngasih uang 20 juta kalau enggak dia bakalan bikin caca dan bella celaka,dan parahnya lagi dia berkompromi sama raka mantan aku."

"dasar sampah!,tampangnya aja baik tuh cewek ternyata dalemnya busuk."jawab deo dengan muka marah serta tangan yang mengepal erat.

"nggak papa kak kita cukup ambil hikmahnya aja lagian aku udah ikhlasin semuanya."

"itu jadi pelajaran buat aku,kalau memandang seseorang jangan di liat dari cover nya doang."

"ya kamu bener."kali ini deo setuju dengan aqilla.

"nah itu alasan kenapa aku berpenampilan cupu di sekolah baru."
"aku cuma pengen tau aja siapa yang mau temenan sama aku dengan penampilan cupu kek gitu,
siapa yang mau nerima aku tanpa melihat rupa dan harta."

"bener-bener adik gua yang paling the best dah."deo mengacak-acak rambut aqilla.

"siapa dulu dong zanna gitu."
"udah ah aku capek mau tidur."aqilla bangkit dari tempat duduknya dan berniat untuk pergi kemarnya.

"eh bentar zan tapi om rendi telfon papa,besok kamu harus nemuin om rendi katanya ada proses pemotretan."kata papa yang menghentikan langkah aqilla.

"tapi kan besok aku sekolah."jawab aqilla.

"biar papa yang ijinin,
lagian sejak kamu pindah sekolah,kamu nggak pernah lagi ikut pemotretan."

"yaudah deh pa."jawab aqilla seraya melanjutkan langkahnya menuju kamarnya tercinta.