{2/10}

7K 693 39
                                    

Ah, kalian membuatku mengingatnya, padahal aku ingin menyimpannya untuk diriku sendiri. Baiklah, saat itu...

.
.
.
.

Aku sedang pengacak-ngacak rambutku, kepalaku pusing memikirkan benda yang melondungiku dikala terik atau hujan. Payung.

Apa? Hei benda itu berharga. Jangan kira benda itu tidak penting, jika tidak ada itu kau bisa kehujanan. Ya kecuali jika kau membawa jas hujan.

Ah, jika kau tanya kenapa aku pusing. Aku sebenarnya malas menjawab, tapi karna kalian meminta maka akan ku jawab.

Kemaren aku harus pulang petang karena ada kepentingan BEM. Dan ketika pulang hujan cukup deras, dan saat aku mencari payungku di depan pintu, payungku tidak ada. Kau tau seorang Kuroo Tetsurou tak pernah putus asa. Jadi aku mencari di tempat lain, nihil. Aku tak menemukannya dimanapun. Dan berakhir aku telah basah kuyup saat sampai di apartemen.

"Kuroo." Sapa temanku, Sugawara Koushi. Ya, kami satu tempat kuliah dan dia juga anggota BEM sepertiku.

"Ya?"

"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu." Katanya, aku mengangkat alisku. Padahal aku bukan salah satu orang yang menjadi pengawas berjalannya tes masuk BEM. Tapi bagaimana ada yang ingin bertemu denganku.

"Suruh masuk saja." Kataku, sambil iris hazelku kembali terfokus kepada berbagai file yang harus ku pelajari sebagai penanggung jawab festifal kampus yang akan diadakan sebentar lagi.

Kret

Telingaku menangkap suara pintu terbuka, dan kemudian tertutup kembali. Orang itu menghampiriku, aku melirik sebentar dan terlihat dari kaki dan sepatunya. Seorang perempuan.

Dia berhenti tepat di depan mejaku. Aku malas menatap mukanya, ya biasanya gadis yang ingin bertemu denganku hanya ingin basa-basi. Apa lagi gadis tak tahu malu seperti ini. Padahal sudah jelas jika aku berada di ruang BEM pasti sedang sibuk dengan urusan BEM. Dia malah menemuiku.

"Permisi." Ah, suaranya lembut sekali. Sepertinya dia juga gadis yang menuh kasih sayang.

"Langsung saja, apa tujuanmu kemari nona?" Tanyaku dengan iris yang masih menghadap kearah berkas-berkas dihadapanku.

"Ah," Tampak dia terkejut san langsung merogoh tasnya, mencari sesuatu. Detik setelahnya dia menyodorkan sesuatu padaku. Manikku menuju kearah barang yang iya pegang.

"Payungku?" Tanyaku sambil mengambilnya, dan irisku kini menatap kearah gadis itu. Dia segera membungkukkan badannya dan mengucapkan permintaan maafnya.

"Maaf, aku menemukan payungmu menggelinding di bawah kakiku dengan kondisi terbuka. Tanpa pikir panjang aku langsung memakainya. Aku benar-benar minta maaf." Ucapnya jelas masih dengan posisi membungkuk.

Aku tak dapat melihat wajah gadis itu. Namun surainya yang tergerai indah dan suara merdunya membuatku yakin kalau dia gadis cantik dengan hati lembut. Aku hanya menghela napas panjang.

"Baiklah, kau bisa pergi nona." Ucapku kembali fokus pada dokumenku. Tampak dengan sangat jelas gadis ini tak segera pergi, aku kembali menghela napas.

"Apa masih ad---"

"Aku sudah janji untuk mentraktirmu saat kita bertemu kembali, kan?" Kalimatnya memotong pertanyaanku, dan kalimat ini membuat irisku langsung mengarah ke wajah ayu sang gadis.

"Kau?" Irisku membelalak kaget. Gadis ini masih mengingatku? Dan dia masih mengingat janjinya? Kejadian itu sudah berlalu selama beberapa tahun. Ah, aku terkekeh kecil karenanya. Dia hanya tersenyum.

"Nee, ayo ke kantin, Kuroo-san. Ah, Kuroo-senpai."

.
.
.

Haha, dia tampak lebih cantik dan feminim saat pertama kali bertemu.

my wife 💝 Kuroo TetsurouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang