Gak terasa, udah sebulan aja Ica sekolah di SMA CENDEKIA. Tapi dalam sebulan ini Ica rasa ada sesuatu yang aneh.
Kak Putra. Dia udah lama gak keliatan. Ya, walaupun Ica baru sekali ketemu sama Kak Putra.
Sebenarnya Ica beberapa kali ketemu Kak Putra. Tapi dia terlihat menghindar (?) Entahlah.
Oh iya, Ica sedikit bersyukur karena dalam sebulan ini tidak ada yang membullynya. Hanya masih saja ada omongan Ardi yang membuat darah Ica naik. Orang itu tak pernah bosan melemparkan cacian kasar kepada Ica. Jangan lupakan Suren. Dia tidak berbeda dengan Ardi.
Lami dan Erika juga sebenarnya sama dengan Ardi dan Suren. Hanya mereka sedikit lebih jinak jika dibandingkan dengan Ardi dan Suren.
Pagi ini kelas masih sepi. Hanya ada dua hamba Allah yang berada didalamnya. Dua orang itu adalah Putri dan Ica.
Bisa dibilang mereka adalah siswi terrajin di kelas ini.
Ica masih terdiam memainkan bolpoin ditangannya. Sesekali dia menengok ke arah Putri yang masih mengerjakan PR kimia. Lalu ia meggeletakkan kepalanya di atas meja. Bosan.
"Put, lo kenal Kak Putra kelas XII MIPA 4 gak?" tanya Ica yang sontak membuat Putri mendongakkan kepalanya.
"Kenal banget lah. Dia kan tetangga gue. Sahabat juga sih. Emang kenapa Ca? Lo kenal juga sama dia?"
"Dia itu orang yang udah nolong gue waktu gue dibully."
"Sumpah? Demi apa?" Putri kaget. Ya, karena yang dia tau yang membully Ica adalah adek Putra sendiri.
"Iya, dia baik banget. Ya, kayak lo gitu."
"Put"
"Hmm?"
"Kayaknya gue suka deh sama Kak Putra."
~¤~
Kondisi kantin saat ini sangatlah ramai. Meja pun sudah tidak tersisa lagi.
"Put, kita makan di kelas aja yuk." ajak Ica kepada Putri.
Putri tak merespon. Dia masih mencari-cari tempat duduk. Tengok kanan. Tengok kiri. Hingga tatapannya terhenti pada sebuah titik.
"Ca, itu Kak Putra sendirian. Masih kosong juga tempatnya. Kita kesana aja yuk!" tangan Putri menarik lengan Ica yang berada di sampingnya.
Langkah Ica terhenti.
"Put.." Ica menggeleng. Dia masih belum siap bertemu dengan Kak Putra.
"Udah ayo cepetan. Keburu ada yang duduk disana."
Ica pasrah.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat Putra.
"Hai Kak Putra. Kita boleh duduk disini gak?" pinta Putri dengan nada yang lembut.
"Duduk aja." jawab Putra singkat.
Putra menatap Putri dan melirik Ica dalam hitungan detik. Mereka fokus pada makanan mereka masing-masing, tidak ada obrolan disana.
"Kak Putra, apa kabar?" Wony yang tiba-tiba datang langsung memeluk lengan kiri Putra.
Ica dan Putri yang berada didepan mereka hanya melongo. Sementara sang empunya lengan itu masih memberontak agar dilepas pelukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[hiatus] Bully | Park Sungwon
Teen Fiction✏You are my sun, my moon, and all my star's