"Ini seriusan ngerjain prnya dirumah lu No?" tanya Ica ragu.
"Menurut kamu?"
"Kenapa jadi aku-kamu gini sih No?" Ica sedikit salting disini.
"Gak papa dong, sekali-kali." jawab Jeno santai.
"Btw lu di rumah sendirian?" Ica kembali bertanya.
"Enggak kok, ada Ayah."
"Mana? Masa gue ke rumah lu ga salaman sama Ayah lu dulu." ucap Ica sambil menengok-nengok ke dalam.
"Dia masih sakit..." ucap Jeno sedikit lesu. Kemudian dia kembali mengeluarkan suaranya.
"Dan gak mau ketemu sama gue."
°•°
"Bang, yakin lu mau nonton film ini?"
"Ga percayaan banget lu sama gua." Putra mengambil remote lalu menambah volume tv didepannya.
"Eh ini ngapa suaranya malah dikencengin sat!" Ardi memberontak.
"Diem bisa gak si?"
"Gue tidur aja ah. Ga seru lu Bang, nontonnya horror." Ardi beranjak pergi, tapi..
"Gak, gak bisa. Lu harus nemenin gue nonton sampe abis." Putra menarik tangan Ardi paksa agar kembali duduk di sampingnya.
"Takut juga kan lu Bang. Kalo mau takut, takut sendiri aja ngapa si. Ga usah ngajak orang laen." Ardi cerewet juga ternyata.
"Lu mau gue bikinin apa?" Putra meluncurkan triknya agar Ardi mau diajak nonton horor.
"Gitu kek dari tadi. Emm, gue mau nasi goreng aja deh Bang. Sama buatin pencuci mulutnya ye."
"Ok." bukannya pergi ke dapur, Putra justru mengambil hapenya.
"Ngapain masih disini si Bang. Katanya mau buatin gue nasi goreng."
"Iya, ni gue lagi pesen." Putra nyengir.
"Gue kan pengennya dibikinin elu Bang!" Ardi mendorong tubuh kakaknya ke samping.
"Gila aja gue ke dapur jam segini. Yang ada nanti mbak kunti ikutan gue masak." Putra bergidik ngeri membayangkan.
"Parnoan lu, abang juga."
"Gue mau ngambil minum dulu bentar." lanjut Ardi lalu beranjak ke dapur.
"Enaknya minum apaan yak?" Ardi bertanya kepada dirinya sendiri melihat jejeran minuman kemasan di kulkas yang sekarang ia buka.
Dep
"Kenapa Bang? Lu mau juga?" ucapnya tanpa menoleh begitu ada yang memegang bahunya.
Dep
Tangan itu kembali memegang bahu Ardi.
"Ihh, paan si? Lu duduk lagi aja sono nanti gue bawain buat lu." ucap Ardi masih dengan pandangan yang lurus.
"Nah ini aja." diambilnya sekotak jus mangga lengkap dengan dua gelasnya.
Ardi kembali ke ruang tengah, lalu menaruh jus dan gelas itu di meja. Ardi sedikit bingung, karena tak ada kakaknya disana.
Begitu dia duduk, kakaknya datang dengan menenteng sekantong plastik.
"Nih, nasgornya udah dateng." Putra menaruh plastik itu didepan Ardi.
"Abis dari mana lu Bang?"
"Tadi waktu lu ke dapur, ojolnya dateng. Gue ke depan deh ngambil ini." jelas Putra yang membuat Ardi sedikit merinding.

KAMU SEDANG MEMBACA
[hiatus] Bully | Park Sungwon
Teen Fiction✏You are my sun, my moon, and all my star's