0.0

2.2K 172 43
                                    

Hari itu idolish7 selesai mengisi sebuah acara. Sebuah acara yang memiliki rundown yang sangat panjang.

"Hadeuh, capek.." Tamaki menjatuhkan diri ke atas kursi di ruang tunggu.

"Acara kita panjang banget, ga heran semuanya capek.." ujar Sogo.

"Ayo kita pulang dan tidur nyenyak malam ini," usul Yamato. Semuanya mengangguk setuju.

"Kita harus menghubungi manager, benarkan Riku?" Mitsuki menoleh ke arah Riku untuk mendapat pengakuan jawaban. "Riku?"

Riku di sana, memegang ambang pintu sambil menunduk, napasnya tersengal. Riku kumat.

"Riku!" Semuanya menghampiri Riku yang sudah kesulitan bernapas. Mungkin karena acara yang panjang malam ini, membuat kondisi Riku memburuk.

"Inhalernya!" Iori berteriak setelah membantu Riku untuk duduk di atas sofa.

"Ini!" Sogo dengan cekatan memberikan inhaler Riku pada Iori.

"Nanase-san!"

"Riku bertahanlah!"

"Onii-san akan menghubungi manager dulu," Yamato berlari dari ruangan.

Beberapa saat kemudian, Riku menjadi lebih tenang. Tapi tetap saja, ini masih kondisi yang mengkhawatirkan.

"Rikkun, nggak papa?" Tamaki memandang Riku dengan tatapan khawatir.

Riku tersenyum dengan bibir pucatnya seolah-olah membalas, "aku tidak apa-apa."

"Nanase-san, sesampainya di asrama, langsung tidur ya."

Riku mengangguk.

"Sambil menunggu Yamato, nonton bentar ya?" Nagi menghidupkan televisi.

Setelah tv dihidupkan, Riku melihat melalui mata merahnya sebuah acara pengetahuan mengenai bintang.

Setiap bintang memiliki polanya sendiri.

Setiap bintang memiliki namanya sendiri.

Seperti Capella..
"Indah sekali bintang-bintang itu," komentar Nagi.

Vega.
"Lihat, ada bintang dengan pola pemburu, Orion," ujar Sogo.

Dan, yah Orion juga.

Melihat itu semua, seperti sebuah lullaby bagi Riku.

Mungkin sesampainya di asrama ah tidak. Mungkin saat di mobilpun, Riku akan jatuh tertidur.
///

Pada saat yang bersamaan, di sebuah tempat yang memiliki situasi yang cukup darurat.

"Oy, brengsek! Kau tidak apa-apa kan?" seorang pria berambut putih keabu-abuan bertanya.

"Mwehehe! Jangan tanya lagi dong~ Aku ini ga papa~" partnernya menjawab. "Nanti ketahuan jelas Raja sayang padaku~"

"Jijik bangsat!"

"Mau marahnya nanti aja ya? Erin mau nyerang dulu~ dadah!"

Sang Raja hanya berusaha sabar. Nanti kalau keadaan sudah tenang lagi, ia bersumpah akan menggantungkan Erin di pohon kurma.

Yah, itupun kalau bisa.

Raja mengumpulkan fokusnya untuk bisa menyerang musuh-musuh yang berlari ke arahnya.

"MAKAN INI BANGSAT!!" Raja itu menyerang musuh-musuhnya dengan brutal. Namun, ia tidak menyadari bahwa itu semua hanya perangkap.

"RAJA DI BELAKANGMU!!" Erin memperingatkan.

Seorang prajurit dengan pedangnya bersiap menyerang sang Raja.

Terlambat.

Sang Raja awalnya berpikir begitu, tapi ia tidak pernah menduga hal ini terjadi.

Manusia berambut darah itu melindungi- ah lebih tepatnya mengorbankan dirinya agar di serang sang prajurit musuh. Kemudian, Erin ditinggal sendirian oleh musuh itu.

"ERIN!!" Raja menghampiri Erin. "BANGSAT!! AKU TIDAK MINTA KAU MELINDUNGIKU!!"

Erin hanya bisa menampilkan senyum usilnya ditengah menahan rasa sakitnya. "Akhirnya, Raja memelukku seperti ini-"

"INI BUKAN WAKTUNYA BERCANDA!"

"Aku hanya reflek melindungimu. Aku hanya tidak ingin kau terluka.."

"TAPI INI ADALAH TINDAKAN BODOH!"

Erin tersenyum tulus. "Raja.."

"SIALAN! JANGAN BICARA LAGI!!"

"Baiklah.."

Pandangan Erin memburam dan semakin terkunci oleh kegelapan.

Hal yang terakhir ia ingat adalah mungkin, wajah sang Raja.

Mendadak, Erin merasa akan merindukan wajah garang Rajanya ini.
///

APA INI AY? APA INI??

Te-tenang pembaca-
Aya cuma pengen membuat cerita angst-

*Aya kena tampar pembaca*
SELESAIIN OTO DULU! MHS MANDET! BIKIN WORK BARU ELAH!

Ta-tapi, kalian senengkan..? Ada work baru? Riku lho tokoh utamanya-

Ini keknya ni manusia beneran pindah Oshi deh.

Cerita ini serius gitu genrenya. Beneran kok-
-Aya.

Star of the SteelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang