2.1

1.3K 155 40
                                    

"Iori," panggil Mitsuki. "Riku sudah bangunkah?" tanyanya sembari memasak.

Iori yang sedang membersihkan meja membalas. "Sepertinya belum, Nii-san."

"Riku belum makan apapun semenjak pulang kerja tadi malam.." gumam Mitsuki. Lalu Mitsuki langsung sigap menyiapkan sarapan Riku dan meletakkannya ke sebuah baki. "Iori, tolong antarkan sarapan ini ke kamar Riku. Meski dia kurang sehat, sarapan gak boleh tinggal."

Iori mengangguk dan membawa baki ke kamar Riku. Sekalian juga mencek bagaimana kesehatan center mereka.

Kejadian tadi malam, bukanlah hal yang baru bagi Idolish7 sebenarnya. Jika jadwalnya terlalu padat, wajar bagi Riku untuk mengalami gangguan yang tidak mengenakkan seperti itu. Namun tetap saja, Riku tidak boleh overworking demi kenyamanannya.

Tok tok tok! Iori mengetuk pintu kamar Riku. Tidak ada jawaban, berarti Iori harus membuka pintu kamar Riku dan masuk ke dalamnya.

"Nanase-san.." Iori menemukan Riku yang sedang berbalut selimut tebal dari ujung kepala ke ujung kaki. Belum bangun kiranya.

Iori menaruh sarapan Riku di meja dan menuju kasur Riku. "Nana-"

"Mpuaah!"

Belum sempat Iori memanggil nama Riku, selimut itu sudah ditarik dari atas kepala oleh empunya. Tapi ada satu hal yang mengejutkan Iori,

Riku yang ia lihat sekarang berpenampilan aneh dengan pakaian yang sedikit aneh untuk zaman sekarang, seperti... pakaian seorang ninja?

Riku duduk di atas kasur dan menoleh ke arah Iori. Matanya langsung berbinar. "Wah! Coda! Sudah lama tidak bertemu ya!"

Coda?
Iori melangkah mundur 1 langkah dan mengamati Riku dari atas sampai bawah, memastikan penglihatannya sendiri.

Riku melompat tinggi dari kasurnya, Iori langsung syok. "NANASE-SAN?!"

Riku mendarat dengan baik dan dramatis. Entah dramatisnya dibuat-buat atau memang begitu, Iori tidak tahu.

Ada pemandangan baru yang Iori lihat, terdapat seuntai rambut panjang yang berada di belakang kepala Riku. Iori ternganga. Sejak kapan?

Riku meregangkan tubuhnya. "Woaahh tubuhku pegaal!"

Iori hanya menatap Riku dengan tatapan heran. Banyak pertanyaan yang terlintas dipikiran Iori, dengan satu kalimat utama,

Ada apa dengan Nanase-san hari ini?

Riku melirik ke arah Iori lalu mengakhiri peregangannya. "Hai Coda!" Riku melambai ke arah Iori.

Coda lagi?
"Nanase-san, apa kau sedang bermain-main atau sejenisnya?" Iori berusaha untuk tenang.

Riku melihat ke belakang. "Nanase-san? Aku?"

"Apa maksudmu dengan 'aku'? Tentu saja itu kau!"

"Panggilan yang unik sekali," Riku menepuk pundak Iori. "Tapi sayangnya, aku lebih suka dipanggil Erin-"

"Erin apanya? Kau itu Nanase Riku-san, sudahlah jangan ngomong aneh-aneh," Iori menepis tangan Riku dari pundaknya.

"Siapa itu Nanase Riku? Namaku Erin! Masa kau lupa?"

"Ha? Apanya yang lupa? Mana pernah kau dipanggil Erin?!" Iori mulai bingung.

"Bukannya kau biasa memanggilku Erin? Mana pernah ada panggilan 'Nanase-san' melekat padaku?" Riku juga tampaknya mulai bingung.

Iori melotot. Mana pernah, katanya? Sepertinya saat sakit kemarin, isi kepala Riku menjadi aneh, buktinya penampilan Riku sudah anti mainstream dan ucapannya sudah mulai ngaco.

Star of the SteelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang