HER: Pain
Two years later
Cambridge, USA
01.39 GMTDering ponsel terdengar menggema di kamar Jeon Jungkook di apartemennya membuat pemuda berusia duapuluh tahun itu mengerang kesal karena harus membuka matanya. Dia hampir saja tertidur setelah beberapa hari ini jam tidurnya tidak cukup.
Jungkook duduk dan meraih ponsel di nakas tempat tidur lalu mengangkat panggilan tanpa membaca nama si penelpon. "Yeoboseyo?" gumamnya malas dengan mata terpejam.
Hening.
Tidak ada seseorang yang menjawab membuat Jungkook melihat nama orang yang menelponnya dan jantungnya berdebar detik itu juga.
Lisa.
Nama itu muncul di ponselnya dan Jungkook yakin ia tidak sedang bermimpi. Jadi ia menempelkan ponsel itu di telinganya lagi dan bersuara dengan sedikit ragu, "Lisa?"
"Eum."
Hanya itu yang didengar Jungkook.
Suara gadis itu tetap tidak berubah. Tetap memberikan efek mengerikan untuk jantungnya. Jungkook tidak tahu harus mengatakan apa. Jadi, ia menanyakan hal tidak penting dengan sedikit kikuk. "Kau... dimana, Lisa-ya?"
"Bahkan dari atas sini aku tidak bisa melihat satu bintang pun."
Suara gadis itu terdengar putus asa.
"Kau baik-baik saja?"
Hening.
Jungkook akan kembali membuka suara karena gadis itu tidak juga menjawabnya tapi ia terdiam ketika mendengar suara lirihnya.
"Jungkook..." panggil gadis itu di seberang sana. "Kenapa Tuhan tidak pernah mendengarku?"
"Apa yang terjadi?" suara Jungkook sirat akan kepanikan. "Kau baik-baik saja?"
"Bisakah kau menolongku?"
Jungkook melompat dari tempat tidur ketika mendengar isakan Lisa. "Katakan padaku kau dimana?!"
"Aku benar-benar ingin hidup."
"Lisa? Kau dimana?!"
"Kumohon..."
"Tolong aku..."
HER: Pain
KAMU SEDANG MEMBACA
HER - Lizkook
RomanceLalisa Kim. Saat semua orang mengatakan bahwa aku beruntung menjadi bagian dari keluarga 'Kim', apa akan berdosa kalau aku mengutuk takdir itu? Kalau aku boleh memilih, biarkan aku melepasnya dan melangkah sedekat mungkin dengan 'kebahagiaan'.