SAY10

51 8 12
                                    


Di sebuah sekolah SMA pada umumnya, kegiatan setiap senin pagi dimulai dengan upacara bendera. Emerald yang baru saja tiba di sekolah hampir saja terlambat dan masuk di detik terakhir sebelum gerbang benar-benar ditutup.

“Terima kasih, pak.” ucap Emerald kepada satpam yang sengaja menyisakan ruang kecil untuknya agar bisa masuk.

Karena terlambat, Emerald tak bisa masuk ke kelas karena semua murid sudah berbaris. Dirinya pun dipaksa oleh guru BK untuk ikut berbaris bersama anak paduan suara dan ikut bernyanyi nantinya. Menyebalkan sekali baginya.

Upacara bendera yang memakan waktu cukup lama itupun akhirnya berakhir. Emerald dengan wajah kusut dan tenggorokannya yang kering, berjalan lemas ke kelasnya yang terletak di lantai tiga.

Anak tangga demi anak tangga dinaikinya, langkah demi langkah kian berat dia rasakan.

BRUK!

Seorang siswi yang menggunakan jaket OSIS tanpa sengaja menabraknya. Tumpukan kertas yang dibawanya pun berhamburan. Begitu melihat siapa orang yang menabraknya, Emerald tidak jengkel. Dia malah menjadi iba karena dia tahu betapa sibuknya temannya ini. Dia pun membantunya membereskan semua kertas yang berserakan.

“Ya ampun, Yas. Pagi-pagi udah bawa kertas segini banyak, minta bantuan dong sama anggota OSIS yang laki-laki.” ucap Emerald ketus.

“Mereka pada sibuk sama urusannya masing-masing. Gak apa-apa kok Rald, gue udah biasa.” ucap Yasmin dengan senyumannya yang terasa dipaksakan.

Saat membereskan semua kertas yang berceceran, pandangan Emerald tertuju pada sebuah kertas unik yang berwarna merah. Dia mengambilnya, memastikan pada Yasmin kertas apa yang dipegangnya itu. “Ini apa, Yas?” tanyanya bingung.

“Nggak tau. Gue cuma dimintain tolong sama Amel naro kertas-kertas ini di ruang OSIS di lantai satu.”

Jawaban Yasmin terlalu rancu. Tapi, Emerald terlalu malas untuk mengetahuinya lebih lanjut. Setelah membantu membereskan semua kertas-kertas itu kembali, Emerald membantu Yasmin membawanya ke ruang OSIS meskipun dia sudah sangat lelah. Tapi, demi teman rasa lelah pasti terbayar sepadan.

***

Bel istirahat pertama pun berbunyi. Semua murid menyerbu kantin layaknya medan perang. Emerald pun turut andil dalam prajurit yang menyerbu kantin itu.

Setelah ratusan ayunan pedang, pulahan tangkisan perisai dan belasan kali menghindari serangan prajurit lain, Emerald pun mendapatkan kemenangannya, berupa mie ayam.

Ketika dia sudah duduk menyantap sarapannya, dua temannya yang berbeda kelas dengannya tanpa rasa berdosa menepuk pundaknya saat dia sedang makan.

Ohok, ohok, ohok..

“Kampret ya lo berdua, gue lagi makan juga. Untung nggak keselek.” ucap Emerald dengan kesalnya.

Gista pun duduk di sebelah kiri Emerald, sedangkan Aya duduk di hadapannya.

“Lagian, asik banget makan gak ngajak-ngajak.” ucap Gista menyenggol-nyenggol pundak Emerald dengan tangannya.

“Tau lo, samperin kek paling engga. Temen macam apa lo?” ledek Aya dengan gaya bicaranya yang terdengar seperti orang betawi tulen.

“Gini ya, Gista, Rohaya. Kelas lo itu di seberang kelas gue, jauh… banget. Sekolah kita kan bentuknya kayak huruf U, kebayang dong kalo jalan dulu ke kelas kalian baru ke kantin?” ucap Emerald ketus.

“Tereak aja sih, ‘Gista! Aya!’ dari depan kelas lo.” ucap Gista sambil memperagakannya.

“Ye… emang gue ‘Tarzan’?” ucap Emerald dengan sedikit tertawa.

Kumcer ASOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang