Nenek

28 6 2
                                    

Malam ini, udara terasa menusuk tulang dengan debaran angin disertai bunyi burung gagak yang terus menerus bersuara menambah suasana seram kala itu. Vita yang baru saja pulang dari minimarket dekat rumahnya merasa ketakutan sepanjang perjalanan. Buktinya, tidak henti-hentinya mulut Vita mengucapkan doa. Bahkan, bibirnya mulai bersenandung dengan lirik lagu asal-asalan agar suasana sedikit ramai.

KLONTANG

Bunyi tong sampah yang tiba-tiba terjatuh karena ulah kucing membuat Vita terjengit ketakutan. Dengan lari seribu langkah, Ia melangkahkan kaki ke rumahnya.Vita takut dan benar-benar lemah kalau sudah berurusan dengan keadaan seperti ini. Ditinggal sendirian di rumah 5 menit aja udah takut, apalagi ini yang menjelang tengah malam kelayapan keluar ke minimarket.

Ini semua gara-gara kakaknya. Siapa lagi kalau bukan Kak Yuqi. Demi menjaga mulut Yuqi agar gak ember ke sang mama, gara-gara dia kepergok kabur dari rumah siang-siang hanya untuk beli rujak cingur padahal sudah dimasakin soto ayam kesukaannya, Vita tidak akan keluyuran malam-malam begini. Apalagi sebelum berangkat tadi, Ia mengecek jam sebentar dan ternyata sudah pukul 9 malam. Memang kejam sekali Yuqi ini. Menyuruh adiknya ke minimarket malam-malam agar mulutnya terkunci dan tidak ember ke mamanya.

"Kak Yuqi edan. Udah tau kalau adiknya paling takut sendirian malah disuruh ke minimarket malam-malam sedangkan dia sedang asyik perawatan gak jelas di rumah," Sepanjang jalan Vita menggerutu tidak jelas sesekali mengumpat gara-gara kelakuan seenak jidat kakaknya.

Entah saking asyiknya ngomel-ngomel gak jelas atau karena Vita sedang tidak fokus sekarang, tanpa sadar Ia menabrak seorang nenek tua di depannya, hingga membuat mereka berdua terjatuh bersama di aspal trotoar. Vita pun terkejut bukan main setelahnya, kemudian membantu nenek tersebut untuk berdiri.

"Maaf Nek, tadi ngelamun gak liat jalan," Ucapnya dengan nada penyesalan setelah menabrak nenek itu. Vita membersihkan debu yang ada di baju nenek tersebut kemudian membersihkan bajunya sendiri.

"Gak apa kok Nak." Vita tersenyum kikuk memandangi orang berusia lanjut di depannya. Entah mengapa melihat seorang nenek di malam-malam begini membuatnya bingung sendiri. Untuk apa seseorang berusia lanjut di jalan sendirian malam-malam apalagi cuacanya juga sedang mendung. Apa dia tidak kedinginan ? Apalagi melihat penampilan nenek itu sekarang yang hanya memakai daster selutut. Vita bersumpah, dia akan kedinginan apabila memakai baju seperti itu di saat seperti ini.

"Nenek ngapain malam-malam kesini ?" Vita yang penasaran, mencoba bertanya ke nenek tersebut.

"Oh, nenek sedang mencari cucu yang hilang beberapa hari lalu." Jawaban singkat nenek itu, membuat hati kecil Vita teriris.Ia tidak bisa membayangkan, ternyata rasa sayang nenek terhadap cucu memang sepanjang jalan ya. Buktinya, malam-malam begini dia masih mencari cucunya yang telah hilang dari beberapa hari.

"Cucu nenek itu ya, suka banget keluyuran. Tapi, kalau keluyuran malam-malam baru kali ini. Nenek sampai gak bisa tidur gara-gara kepikiran dia terus. Bagaimana makannya, bagaimana tidurnya, bagaimana mandinya. Apalagi dia masih sekolah juga."

"Dia jadi begini gara-gara pacaran. Sebenarnya sudah nenek larang, tapi dia masih bandel."

Vita dengan setia mendengarkan cerita nenek itu tentang cucunya dengan seksama. Sesekali dia ikut menimpali dan tertawa bersama. Vita memang dikenal sebagai seorang pendengar yang baik. Maka tak heran, orang yang mengobrol dengannya selalu merasa nyaman dan akan bercerita lagi dan lagi. Contohnya saja nenek ini. Meskipun baru beberapa menit bertemu, tapi rasanya seperti sudah kenal cukup lama.

"..Jadi, nenek dulu waktu seumuran kamu suka banget sama semangka. Apalagi kalau panas-panas makan semangka, udah surga dunia itu."

"Wah, aku juga suka semangka. Emang kalau panas-panas makan semangka itu seger banget"

Kumcer ASOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang