5. Perjalananku

36 5 8
                                    

Pagi hari setelah pulang dari pasar. Aku langsung salat subuh di rumah. Ayahku sudah pergi ke rumah sakit sejak jam 2 dini hari. Aku tahu jika Ayah itu sibuk.

Setelah selesai salat,aku langsung menemui Ibuku. Aku mau pamit ke cafe,mengecek yang terakhir kalinya sebelum aku pergi.

Kali ini,aku pergi bersama mas Tomi. Ban motorku bocor,aku belum sempat membawanya ke bengkel. Aku berjalan menuju rumah mas Tomi sembari membawa belanjaan yang ku beli di pasar tadi.

"Assallamualaikum,mas Tomiii" panggilku.

"Sebentar,mbak". Sudah kebiasaan mas Tomi memanggilku 'mbak' padahal,dia lebih tua dariku.

Mas Tomi mengeluarkan sepeda varionya keluar dari garasi,aku menyusul di belakangnya.

"Naik" perintahnya.

Motor melaju dengan perlahan. Satu tanganku ku masukan ke dalam saku jaket. Hawa pagi ini sangatlah dingin. Tak terasa,motor yang ku tumpangi dengan mas Tomi sudah menepi di depan cafe. Huh,lega jika sudah sampai.

"Mas Tomi,jaga baik baik ya cafenya" kataku lirih.

"Sudah tugas saya,mbak. Pasti saya jaga". Aku tersenyum mendengar kata mas Tomi,terdengar ikhlas dan tulus. Aku memberikan kunci cafenya kepada mas Tomi. Setelah terbuka,dia masuk terlebih dahulu,belanjaannya sudah dibawanya.

Aku duduk di kursi depan,matahari saat ini sangat indah. Aku suka melihatnya. Mataku terus memandanginya,terpukau luar biasa. Biasanya,aku melihat mas Bayu di sekitaran sini,tumben sekali dia tak muncul di hadapanku kali ini. Oh tidak,aku tidak mencarinya.

Matahari semakin lama semakin naik ke atas. Sinarnya mulai menerangi planet urutan ke tiga di tata surya. Setelah lama aku duduk di depan,aku berjalan masuk. Aku melihat mas Tomi yang sedang menyiapkan segala keperluan dapur. Saatnya aku membantu.

Jam sudah menunjukan pukul 9 pagi,cafe sudah buka. Pelanggan satu persatu masuk dan duduk. Aku sangat senang jika usahaku kali ini sukses dan lancar. Syukur syukur bisa membantu mencukupi biaya kuliahku sendiri dan yang pasti bisa menggaji semua karyawanku.

Aku berada di dapur,membantu chef andalanku memasak. Aku hanya memotong sayuran dan daging saja,tak mungkin aku yang memasak. Bisa lari semua pelangganku.

"Mbak,dicari" Panggil mbak Vita. Aku mencuci tanganku dan menemui tamu.

"Siapa?" Tanyaku.

"Dia yang duduk di pojok" kata mbak Vita.

Aku berjalan ke pojok ruangan,menghampiri laki laki yang memakai kaos berwarna biru.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanyaku. Dia menoleh kepadaku. Hem,ternyata manusia yang selalu ku temui.

"Duduk sini" Perintahnya. Aku hanya menurut,ada perlu apa dia?.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Aku hanya ingin mengucapkan selamat tinggal. Ini dari aku,kamu terima ya" Ucapnya sembari memberikan bungkusan kepadaku.

"Makasih"

"Mau berangkat jam berapa?" Tanyanya kembali.

"Jam 11.15,mas" Jawabku.

"Sebentar lagi dong?" Aku langsung melihat jam,aduh jam sudah menunjukan pukul 9.50. Gawat,aku lupa jika aku belum mandi.

"Eh,aku pulang dulu. Sekali lagi makasih ya,mas" kataku meninggalkannya. Aku berhenti mendadak. Aku lupa.

"Aduh,mana tadi aku gak bawa motor lagi" ucapku lirih.

"Yuk, aku anterin" Aku menoleh ke belakang. Aku berusaha menepis keraguanku. Aku menerima tawarannya.

Terbit Dan TenggelamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang