Aurel berhenti membuatkan makanan untuk Ryan karena akhir-akhir ini laki-laki itu sangat sibuk. Aurel menyadari kalau para guru biasanya memang suka menyerahkan tanggung jawab pada Ryan karena dia sangat bisa diandalkan, tapi rasanya aneh juga karena tak ada satupun anak sekelasnya yang sesibuk Ryan. Berarti pembagian tugasnya tidak adil.
Kasihan Ryan. Belum lagi kalau pulang sekolah ia harus berlatih basket. Aurel yakin setelah sampai asrama laki-laki itu langsung tidur, tak belajar apalagi menghubunginya. Aurel merasa sangat kasihan.
Mungkin ia bisa membantu.
Tapi ia bisa bantu apa?
Kalau ia menjadi panitia kemah, Aurel tak yakin mampu dengan kondisi fisiknya yang sekarang.
Apalagi akhir-akhir ini ia menjadi sering mimisan. Dokter Tomy mengatakan kalau ada gejala yang tak biasanya, Aurel harus menghubunginya. Namun sampai saat ini Aurel tak ingin menghubunginya. Ia takut jika Dokter Tomy tiba-tiba memintanya untuk rawat inap di sana. Aurel tak mau tinggal di rumah sakit sebelum ujian nasional.
Setidaknya ia harus tetap sehat sampai ujian.
Aurel janji akan lebih memperhatikan kesehatannya.
"Rel, mau ke lapangan bareng gue?" tanya Manda begitu melihat Aurel berdiri.
"Nggak, Man. Gue nggak mau ke lapangan."
"Lo sama Ryan kenapa, Rel? Kalian nggak berantem kan?"
Aurel tersenyum kecil. "Nggak kok, Man. Cuma Kak Ryan lagi sibuk ngurus kemah aja jadi gue nggak ganggu dulu."
Manda mengangguk-angguk.
Angela yang duduk di bangkunya tak sengaja menguping pembicaraan mereka. Begitu Aurel dan Manda keluar kelas, ia mendatangi Alden dengan kening mengernyit, berpikir keras. Dengan tak sabar ia mengguncang bahu Alden agar bangun.
"Al Al..."
"Apaan sih, Man?" tanya Alden jengkel.
"Gue rasa hubungan Aurel dan Ryan mulai nggak beres."
Alden sepenuhnya terjaga dan memandang Angela tak mengerti. "Maksud lo?"
"Dari yang gue denger, Aurel mulai nggak menemui Ryan karena dia sibuk ngurus kemah, tapi apa yang gue lihat kemarin? Ryan makan di kantin bareng Adit dan Natasha anak cheers. Itu artinya Ryan bohong kan sama Aurel? Dia sengaja sembunyi di kantin karena tahu Aurel nggak mungkin masuk kantin. Iya, kan?"
Pikiran Alden teringat saat ia tak sengaja melihat Ryan berbicara dengan Natasha di bawah tangga. "Natasha itu... orangnya yang berambut agak gelombang?"
"Iya. Lo melihatnya juga?"
Alden berpikir. Namun ia mengingatkan dirinya sendiri bahwa itu bukan lagi urusannya. "Udah ah, malas ngomongin mereka."
Alden keluar kelas dengan langkah lebar-lebar. Namun langkahnya memelan saat melihat Aurel berjalan pelan di depannya. Jalan yang dituju perempuan itu sama seperti jalan yang akan ia tuju. Loteng.
Aurel menjadi sering ke loteng.
Alden memperhatikan punggung Aurel dalam diam. Sejenak ia menyadari kalau tubuh Aurel sangat kurus. Apa Aurel baik-baik saja? batinnya. Ia kembali mengingatkan dirinya sendiri kalau semua itu bukan urusannya.
Tapi bagaimana jika yang Angela ucapkan benar kalau Ryan mulai berbohong pada Aurel? Tapi...kenapa? Bagaimana bisa? Alien dari Mars pun tahu kalau Ryan sangat menyukai Aurel dan selalu mengunggulkan perempuan itu. Bagaimana caranya memandang Aurel, membicarakannya, dan memujanya. Fakta yang dulu membuat Alden mundur perlahan, berusaha mengantisipasi perasaannya sendiri sebelum datang masalah itu.
YOU ARE READING
HONESTLY, NO US
Fiksi RemajaAurel lelah hidup dalam kepura-puraan. Ia ingin kabur dari dunianya yang menyedihkan.