Waktu dengar kata SINONITE, yang muncul di benakku semacam prom nite ala ala maba polos gitu, deh.
“Besok jangan lupa kumpul SINONITE!”
Begitulah kurang lebih inti diksi di grup angkatan. Setiap minggu, atau dua minggu sekali (?), duh maaf ya ingatanku super jelek.
Sederhananya SINONITE itu ospek jurusan. Pastinya di Sastra Cina UI. Kalau di Sastra Cina universitas lain namanya mungkin bukan SINONITE. Oke, baik, balik lagi ke ospeknya Sascin UI!
SINONITE itu kapan berlangsungnya, sih? Jujur, lupa tanggal persisnya huhu. Mencoba scroll up di grup angkatan, baru ingat, dulu kan ganti hp memorinya kehapus semua! Ya sudahlah wassalam, kita kira-kira saja lah, ya.
Mungkin berlangsungnya sekitar bulan Oktober. Ini sudah sekuat tenaga mengais sisa-sisa memori di kepalaku, gengs. Tapi yang pasti SINONITE itu tiga hari dua malam. Waktu angkatan 2015 sih begitu. Tiga hari dua malam di Pusat Studi Jepang yang cuma sekian jengkal dari Gedung X FIB UI pun sampai.
Rasanya ingin menggambarkan detail apa yang terjadi selama SINONITE. Tapi yang masih teringat mungkin kurang dari 50%. Salah satunya tidur di tengah lampu padam! Antara penting dan tidak memang, tapi buatku ini masalah besar. Seumur hidup tidur tanpa cahaya bisa dihitung jari. Paling buruk ya kalau mati listrik, terpaksa kalau ini. Bisa dibilang mitos-mitos hantu di tengah kegelapan yang sering didengar waktu kecil jadi biang keladi utama. Dan rasa parno itu masih mengkungkung sampai sekarang, termasuk saat malam SINONITE.
Setiap kali tidur dalam gelap, hampir bisa dipastikan tidurku kacau! Waktu SINONITE? Percayalah waktu itu cuma tidur-tidur ayam. Dua malam yang berlalu lamaaaaa sekali. Entahlah apa ada orang lain yang suka merasa begitu. Malam rasanya bergulir lambat bila tidur dalam kegelapan. Atau mungkin aku yang terlalu paranoid.
Masalah tidur di kegelapan baru sebagian kecil dari memori besar saat SINONITE. Bagaimana dengan bubur regal? Jujur bingung dengan orang-orang yang eneg dengan itu. Buatku enak! Ya tapi masalahnya satu, sekali suap super banyak. Mungkin itu yang bikin sebagian orang rasanya mau muntah. Jadi pengen makan bubur regal lagi!
Bagaimana dengan joget sambil nyanyi sebelum makan? Ini semacam password supaya kita boleh makan. Cukup jadi masalah bagi yang punya maag atau masalah pernapasan. Tapi poinnya bagus sih, biar satu angkatan berusaha kuat dan saling menguatkan demi kepentingan bersama. Walaupun masih geli aja bayangin ekspresi Pak Tani Bu Tani.
Ah satu lagi yang harus diingat, Nama Cantik! Di satu sisi ini paling menghibur (buat senior), di sisi lain paling kubenci juga. Bencinya lebih karena harus menampilkan diri jadi sosok yang sama sekali tidak diinginkan. Atau lebih tepatnya karena aku kurang suka tampil jadi kalau disuruh tampil dadakan atau dalam waktu singkat seperti Nama Cantik ini rasanya mau menggerutu terus. Tapi ya sudahlah selesaikan secepatnya, berakhir secepatnya!
Waktu itu dapat Nama Cantik SINOGOJEK. Empat orang kalau tidak salah. Aku dapat jatah kadi layanan SINOMASSAGE. Di poin ini bersyukur sih karena secara pribadi punya basic bisa pijat turunan dari keluarga Papa. Tibalah saatnya penampilan Nama Cantik, and it's time for SINOGOJEK! Singkat cerita, begitu ada senior yang berperan pesan layanan SINOMASSAGE, agak menyebalkan. “Ini kapan selesainya?” Gumamku dalam hati tapi mana berani bilang langsung. Akhirnya kukeluarkan rencana jahatku hehe. I had been planning for doing this actually. Kalau rasanya mulai dikerjain sama senior dilama-lamain, sengaja aku kerasin pijatnya. Tapi kerasin yang sakit gitu, lho. Dan berhasil haha! Aku cuma kasih tekanan lebih sekali, dan seniornya langsung bilang, “Udah, udah!” When I turned back, I was slightly smiling, “Maaf ya kak haha.”
Apa lagi ya memori selama SINONITE, harusnya banyak deh. Langsung ke finalnya aja kalau gitu. Tidak lain ialah, Puding Pete!!! Tahu kan enaknya puding gimana, dan pahitnya pete gimana. The truth is, ini adalah kali pertama dan terakhir diriku makan pete! Kenapa kali pertama? Aku terlalu paranoid sepertinya. Once I hears that pete is bitter, I determined to myself don't ever try it! Bisa dibilang rasa makanan yang paling aku benci itu rasa pahit. Tapi kalau pahit obat masih oke lah.
Tibalah di malam indah yang penuh kepalsuan itu. Haha hihi dan senyum sumringah pembuka yang sejatinya ilusi semata. Glek! Anggaplah suara lampu tiba-tiba mati. “Makan!” “Abisin!” Tetiba ramai suara bentakkan. Selain gelap, pahit, suara bentakkan juga salah satu yang paling kubenci. Atau suara keras yang tiba-tiba apapun itu. Pudingnya sih kecil, tapi menghabiskannya sesulit itu! Thanks to Ara yang waktu itu duduk di sebelah kiriku, dan dia membantu menghabiskan puding peteku huhu. Walaupun suasana dan rasanya pahit, tapi filosofi puding pete memang luar biasa. Luar biasa kalau sudah melalui perkuliahan haha. Intinya dibalik yang enak-enak, pasti ada bagian tidak enaknya. Tapi harus dilewati juga agar bisa menikmati yang lebih enak.
Terima kasih SINONITE, untuk segala memori pahit yang dilukiskan. Buatku semuanya tetap berharga. Tapi cukup sekali saja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Class of MMXV
Non-FictionSebuah koleksi curhat perjalanan 3,5 tahun menjadi bagian dari Sastra Cina UI 2015.