Two

397 12 0
                                    

Nada mendongak. "Aku akan kasih hak abang malam ini" ucap Nada tegas. Candra pun terkejut dengan pernyataan Nada barusan

"Hei nggak papa sayang. Kamu jangan kemakan omongan Papa" larang Candra. Nada menggeleng cepat

"Papa benar. Aku harus kasih hak abang. Abang anak satu satunya. Siapa lagi yang bisa kasih Papa cucu kecuali abang" ujar Nada. Candra menatap istrinya penuh kegembiraan

"Beneran?" tanya Candra memastikan.

Nada mengangguk semangat dan tersenyum. Lalu tangannya melingkar indah di leher Candra. Ia kecup bibir penuh milik Candra secepat kilat

"Maafin aku bang. Harusnya aku kasih hak abang dari kemarin" kata Nada menyesal

"It's okay honey. Kita bisa lakukan malam ini?" kata Candra menggoda. Nada pun mencubit perut rata suaminya kencang hingga dia meringik kesakitan

"Belum mulai aja kamu udah liar ya. Apalagi kalo lagi eksekusi" ujar Candra menggoda lagi

Nada yang terlanjur malu pun menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Candra. "Malu... " rengek Nada

Candra tertawa lantas mengecup rambut Nada sekilas. "Jangan malu sayang. Nanti malam adalah malam yang sesungguhnya. Kamu siap siap aja" kata Candra

•••

"Candra dulu anaknya bandeeeeel banget. Mama sama Papa sampai pusing ngurusin dia" kata Ita menggebu gebu.

Kini Nada dan Ita tengah berada di taman belakang rumah dan tengah duduk di gazebo sambil membuat sebuah kerajinan dari manik manik. Selain memiliki butik, Ita juga sering mengisi waktu senggangnya dengan membuat kerajinan dari manik manik. Sudah banyak kerajinan yang ia buat seperti gelang, kalung, anting, dan lainnya.

"Kalo malem dia nggak bisa tidur semua orang juga nggak boleh tidur. Harus nemenin dia main robot," lanjutnya tersenyum sendiri membayangkan masa lalunya. Nada pun duduk tenang disamping mertuanya dan menjadi pendengar yang baik

"Makannya sekarang kamar Candra isinya robot semua. Udah mirip kayak TK kamarnya. Udah tua masih aja main robot" kata Ita. "Tapi kadang dia suka nangis sendiri nduk. Dia kesepian karena nggak ada temennya. Papa juga nggak ngebolehin Candra main di luar karena Papa takut Candra kenapa kenapa" lanjutnya

Nada mengernyit. "Kenapa Mama nggak kasih bang Candra adik? Dan kenapa Papa melarang bang Candra keluar rumah?" tanya Nada penasaran

Terlihat wanita paruh baya itu menghela nafasnya lalu meletakkan manik maniknya kemudian menatap Nada dengan seksama.

"Dulu saat Candra masih dalam kandungan, dokter menyarankan untuk mengugurkan Candra karena kandungan Mama saat itu sangat lemah. Tapi Papa dan Mama tidak setuju karena Candra adalah hal yang kami nantikan. Selama 5 tahun Papa dan Mama menjalani rumah tangga dan Mama belum dikaruniai anak hingga Candra muncul diantara kita." jeda sejenak

"Saat itu Papa sangat bahagia mendengar kabar bahwa Mama hamil. Sampai sampai dia rela membiarkan perusahaannya terbengkalai untuk mengurus Mama," lanjutnya

"Hingga tiba saatnya Candra lahir, dokter mengatakan bahwa hanya satu diantara kita yang bisa diselamatkan. Saat itu Papa dilema, dia menginginkan Candra namun dia juga tidak mau Mama pergi. Dan akhirnya Mama minta agar Papa menyelamatkan Candra. Tapi Papa tetap memilih menyelamatkan Mama dan akhirnya operasi pun dilaksanakan. Namun Tuhan memang Maha Baik. Candra lahir kedunia dengan selamat dan Mama pun selamat" jelas Ita lembut.

I'm Sorry I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang