Three

394 8 0
                                    

"Jadi istri itu dirumah melayani suami bukannya kerja" ucap Erlin menyindir Nada yang tengah memakan makanannya. Seketika Nada tersedak makanannya mendengar ucapan mertuanya.

Candra yang melihat istrinya tersedak pun langsung memberikannya segelas air putih. "Minum sayang" titah Candra

Dengan cepat Nada menerima gelas yang diberikan suaminya dan langsung meminumnya hingga tandas. Tatapannya menunduk tak berani melihat mertuanya yang duduk berseberangan dengannya

"Maksud Papa apa? Aku nggak masalah kalo Nada masih tetep kerja. Kerjanya juga dikantor aku kok" protes Candra tak terima dengan sindiran Papanya

"Bang udah" cicit Nada memegang lembut tangan Candra. Namun Candra menggeleng cepat

"Ya Papa ngomong apa adanya. Kamu punya istri itu buat melayani kamu Ndra. Istri tugasnya ya dirumah, masak, ngurusin pekerjaan rumah, ngurusin anak. Bukannya kerja, kayak orang susah aja ikutan kerja" jawab Erlin marah

Candra yang tak mau membuat istrinya sakit hati dan ia juga tak mau melawan orangtuanya akhirnya menyudahi sarapannya

"Terserah Papa mau ngomong apa. Nada istriku dan dia tanggung jawabku. Papa nggak usah ikut campur urusan rumah tangga kita" ucap Candra lalu berdiri dari duduknya dan menggandeng tangan Nada

"Kita berangkat dulu. Assalamualaikum" pamit Candra kepada kedua orangtuanya dan langsung berjalan menuju pintu

Candra melirik ke Nada yang masih saja menundukkan kepalanya sedih. Lalu ia usap lembut puncak kepala istrinya tanpa berkata apapun.

Sesampainya di dalam mobil Nada duduk di kursi dengan perasaan campur aduk. Dia lihat dari dalam bahwa Candra tengah bercakap dengan satpam dirumahnya. Namun Nada tak menghiraukan mereka kini ia menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan matanya

Terdengar suara pintu ditutup dan sudah jelas siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Candra. Nada merasakan sebuah tangan menggenggam jarinya lembut. Lalu Nada membuka matanya menatap mata suaminya itu

"Maaf" ucapnya lirih. Seketika Nada langsung menubruk tubuh besar Candra. Ia peluk erat seakan takut kehilangan, ia menangis di pelukan Candra

"Aku takut sama Papa" ucap Nada disela sela isakannya. Peduli setan dengan riasan diwajahnya yang sudah tak berbentuk lagi

"Sssttt.. Iya sayang Abang ngerti," ujar Candra sambil membelai punggung Nada yang  bergetar. Nada pun semakin menjadi jadi. Ia terus menangis tanpa henti. Sampai Candra merasakan bahwa Nada sudah tak menangis sesenggukan seperti tadi ia jauhkan pelukannya. Ia tatap wajah sembab yang menyedihkan

"Semuanya akan baik baik saja sayang. Ada abang disini yang akan selalu membela kamu" ujar Candra menghapus sisa air mata di wajah istrinya

"Jangan menangis sayangku. Setetes air matamu membuat abang gagal jadi seorang suami" lanjutnya mengecup kedua mata Nada

"Kalau pekerjaanku membuat hubungan abang sama Papa jadi renggang mending aku resign aja bang" ucap Nada lirih

"Enggak. Abang tau kamu nggak bisa tinggalkan pekerjaan kamu. Abang nggak masalah kamu kerja. Urusan Papa biar nanti abang yang urusin" jawab Candra. Nada pun tersenyum manis sambil mengelap sisa air matanya

"Terimakasih bang. Aku bersyukur punya suami kayak abang" ucap Nada lantas memeluk Candra erat

"Harusnya abang yang bersyukur karena dapet istri kayak bidadari" kata Candra bergurau. Nada hanya tertawa dan mencubit perut Candra main main

•••

"Loh ini bukan jalan ke kantor bang. Abang lupa?" tanya Nada heran ketika suaminya menjalankan mobilnya bukan ke arah kantor

I'm Sorry I Can'tTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang