Afraid

819 55 23
                                    

Cinta.

Satu hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hal yang belum pernah Ify bayangkan bahkan terlintas sedikit pun dalam kepalanya. Hal yang sama sekali tidak pernah ia rasakan bagaimana keadaan didalamnya, bagaimana aromanya dan bagaimana euforia-nya.

Konyol sekali jika ia menyimpulkan kalau saat ini ia sedang jatuh cinta, padahal pernah merasakan nya pun tidak.

Lalu, disebut apa perasaan yang saat ini tengah melanda dirinya ini?

Sahabatnya bilang, jika kita merasakan getaran aneh saat berada didekat orang yang kita cintai, itu tandanya kita benar-benar jatuh cinta dengan orang itu. Ify merasakannya, gelenyar aneh itu terasa saat pemuda tampan bernama Rio itu berada didekatnya. Meskipun baru sekali, namun untuk pertama kalinya ia merasakan hal aneh itu.

Ify mengurut pelipisnya saat dirasa kepalanya kian memberat seiring dengan pemikirannya tentang pemuda itu. Sudah beberapa menit ia terbangun dari tidurnya, lalu gadis itu justru teringat dengan seorang pemuda tampan yang waktu itu menghampirinya. Ah bahkan ia baru sadar kalau hari sudah mulai pagi. Segala pemikirannya tentang pemuda itu membuatnya tak sadar kalau matahari sudah naik dan menjalankan tugasnya untuk menyinari bumi.

Masih dalam keadaan terbaring, Ify mencoba meraih gelas yang berisi air putih diatas nakas dengan susah payah, mengingat ia terbaring dengan posisi ditengah ranjang.

"Huft.." Ify menghela, ternyata mengambil gelas diatas nakas butuh tenaga ekstra jika dalam keadaan sakit seperti ini.

"Nona Ify," Suara salah satu asisten rumah tangga bernama Amira berhasil menghentikan usaha Ify untuk meraih gelas berisi air putih diatas nakas. Gadis bernama Amira itu lantas menghampiri Ify dan membantu gadis itu untuk duduk lalu mengambil gelas berisi air yang sejak tadi gagal diraih oleh Ify.

"Terima kasih," Ujar Ify setelah selesai meneguk setengah dari isi air didalam gelas.

"Sudah menjadi tugas ku nona," Jawab Amira dengan senyum hangatnya.

"Jangan panggil aku nona, kakak lupa? Panggil aku Ify kak,"

Ify memang terbiasa memanggil Amira dengan sebutan Kak, karena usia Amira hanya terpaut empat tahun diatas Ify. Ify juga selalu memperingatkan Amira untuk memanggilnya Ify tanpa embel-embel nona. Hal itu sempat membuat Amira merasa tidak enak, terlebih jika didepan Hanafi. Walaupun Hanafi tidak mempermasalahkan hal itu, namun Amira masih segan untuk memanggil Ify tidak dengan kata 'nona'.

"Ah i- iya Fy, aku lupa. Eum, bagaimana keadaan mu? Apa kau butuh sesuatu? Kau belum sarapan bukan?" Amira terlihat sangat khawatir pada Ify. Ify bisa merasakannya itu.

Ify tersenyum simpul agar Amira tidak khawatir padanya.
"Aku nggak papa kak. Oh iya, Papa kemana ya kak?"

"Tuan Hanafi tadi pergi keluar, dia tidak bilang akan kemana. Sepertinya tidak akan lama, karena beliau bilang tidak akan ke kantor hari ini. Oh iya, aku akan mengambilkan mu makanan. Kau harus makan lalu minum obat bukan?"

"Iya, tapi Ify nggak lapar kak,"

"Kau harus makan, agar kau bisa minum obat dan cepat sembuh. Akan aku ambilkan," Amira langsung beranjak lalu menghilang dibalik pintu.

Ify melirik ke arah jam berbentuk doraemon di dinding. Pukul tujuh lewat dua puluh menit. Sudah dapat dipastikan ia tidak sekolah hari ini. Ify menghela nafasnya kembali. Mencoba memejamkan matanya, menghilangkan segala macam fikiran yang saat ini sedang menari-nari didalam kepalanya.

~~~~~

"Ada apa kau menyuruh ku kemari?" Tanya seorang pria kepada wanita cantik yang kini tersenyum manis padanya. Wanita berumur hampir empat puluh beberapa tahun nanti itu masih terlihat cantik diusianya yang hampir menginjak kepala empat.

Second ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang