Cantik, baik, ramah, polos, manja, dan hidup bergelimang harta. Begitulah gambaran singkat tentang seorang gadis berwajah cantik bermata indah dan berpipi sedikit chuby bernama Alyssa Relifyna Umari. Alyssa atau orang terdekatnya memanggil Ify merupakan putri dari seorang pengusaha properti ternama di Indonesia.
Banyak orang yang menginginkan berada diposisi gadis itu. Sudah cantik, kaya raya, dan selalu diperlakukan bak seorang putri kerajaan oleh ayahnya. Siapa yang tidak iri? Begitulah orang-orang menilai kehidupan gadis itu.
Benar ia selalu diperlakukan bak seorang putri kerajaan. Semua keinginannya selalu terpenuhi, apapun itu. Namun tetap saja sebuah kehidupan yang terlihat sempurna selalu ada kekurangan didalamnya. Dan ayolah, kesempurnaan hanya milik tuhan bukan?
'Harta bukanlah satu-satunya hal yang dapat membahagiakan seseorang. Dengan harta, memang kita bisa mendapatkan segalanya tetapi tidak dengan kebahagiaan' Begitulah kira-kira pendapat orang-orang.
Ibu. Terdiri dari tiga huruf, satu kata, dua suku kata dan semua orang memilikinya. Jika kita memiliki harta yang berlimpah, maka tidak akan berarti apapun jika tidak ada wanita pemilik surga ditelapak kakinya ini. Dari berjuta manusia yang kurang beruntung karena tidak memiliki seorang ibu, salah satu diantara mereka adalah Ify.
Sepuluh tahun bukanlah waktu yang singkat bagi seseorang untuk menjalani hidupnya. Selama itulah Ify tumbuh hingga kini menjadi seorang remaja cantik nan polos tanpa adanya figur seorang ibu. Dibesarkan oleh seorang single father, tidak membuat Ify kekurangan kasih sayang dari orang tuanya karena sebisa mungkin semua keinginan gadis itu selalu dipenuhi oleh ayahnya.
Hanafi Bramantya Umari. Seorang single father yang merupakan ayah kandung Ify. Sepuluh tahun bukanlah hal yang mudah bagi pria yang berumur hampir setengah abad itu untuk menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi buah hatinya. Ia harus pintar membagi waktu antara pekerjaan dan juga anaknya.
~~~~~
"Morning Pa," Suara lembut itu berasal dari arah tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai dua.
Pria berumur hampir setengah abad namun masih terlihat tampan dan berkarisma itu menghentikan kegiatan mengetik sesuatu di laptop miliknya dan memusatkan perhatiannya pada gadis pemilik suara tadi. Disana terlihat seorang gadis cantik dengan balutan seragam sekolahnya sedang berjalan sambil tersenyum manis menuju kearahnya."Morning sayang, ayo kita sarapan dulu." Sahut pria tadi sambil membalas senyum dari putrinya.
Gadis itu duduk dan mulai mengambil roti tawar beserta selai coklat kesukaannya. Setrlah itu mereka sarapan dalam keadaan hening."Papa, Ify kangen sama Mama.." Cicit gadis itu.
Hanafi menoloeh sekilas, lalu melanjutkan kegiatan memakan sarapannya"Cepat habiskan makanan kamu sayang, Papa ada meeting pagi ini."
"Apa Papa nggak kangen sama Mama? Udah lama kita nggak kesana Pa.."
"Ify, tidak baik berbicara ketika makan."
"Tapi Pa If-"
"Ify!" Gadis itu tersentak ketika ayahnya meninggikan suaranya
"Maaf.." Ify menunduk menyembunyikan wajah dengan rambut panjangnya.
Gadis itu menggigit bibir bawahnya menahan sesak dikala ayahnya membentaknya. Sebenarnya apa yang salah dengan yang dikatakannya tadi? Ia hanya mengungkapkan perasaannya, apa itu salah? Namun kenapa ayahnya selalu membentaknya dan selalu mengalihkan pembicaraan seolah ia enggan membahas tentang wanita yang Ify sebut Mama."Papa sudah selesai. Papa akan tunggu dimobil." Ujar Hanafi lalu beranjak dari tempat duduknya.
Ify memperhatikan punggung ayahnya yang mulai menjauh dan tak terasa air matanya menetes. Ia tidak bisa lagi menahan isakannya. Ia membekap mulutnya agar isakannya tidak terdengar siapapun terutama ayahnya. Gadis itu menarik dalam nafasnya agar tangisnya mereda, dan setelahnya dengan kasar ia menghapus sisa air mata dipipi sedikit chubby miliknya."Ify nggak boleh nangis- Ify nggak- boleh cengeng- Ify kan- udah janji sama Mama kalo- Ify nggak akan man- ja lagi," Gadis itu menyemangati dirinya sendiri disela tangisnya.
Ia menggenggam kalung berliontin indah pemberian dari Ibunya dulu."Maaf Ma, Ify masih sering nangis. Tapi- Ify bakal belajar jadi dewasa- kok-" Setelah merapikan seragam serta penampilannya, gadis itu melangkah keluar dan menemui Ayahnya yangsudah menunggu untuk mengantarkannya kesekolah
Hening. Baik Ify maupun Ayahnya, tidak ada yang membuka suara sejak keberangkatan mereka.
Hanafi yang fokus menyetir, sedangkan Ify menjatuhkan pandangannya keluar jendela. Melihat lalu lalang kendaraan lain sepertinya lebih menarik. Hingga mobil Ayahnya berhenti tepat didepan gerbang sekolah yang sudah satu semester ini ia tempati untuk menimba ilmu."Ify duluan Pa, Papa hati-hati dijalan," Gadis itu menyalami tangan Ayahnya dan dibalas berupa kecupan dipuncak kepala gadis itu
"Hati-hati sayang, jangan buat ulah." Nasihat Ayahnya
"Iya Pa, assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumsalam."
Hanafi memperhatikan langkah kecil putri kesayangannya. Ia merasa bersalah karena membentak putrinya tadi, sehingga putrinya pun merasa canggung saat berada bersamanya. Setelah Ify sudah tak terlihat dari pandangan matanya, pria itu lantas melajukan mobilnya.
~~~~~
"Assalamu'alaikum," Ify mengucapkan salam saat ia memasuki kelasnya, namun tidak ada satupun yang menjawabnya.
"Ini Ify yang kepagian apa temen-temen Ify yang kesiangan sih? Kok kelasnya sepi nggak ada orang sama sekali sih?" Pantas saja tidak ada yang menjawab, ternyata dikelas ini tidak ada siapa-siapa.
Ify lalu melangkahkan kaki menuju tempat duduknya yang berada di barisan kedua dekat jendela sambil bertanya pada dirinya sendiri.Kelas Sepuluh IPA Satu. Karena kurikulumnya bukan lagi kurikulum KTSP melainkan kurikulum 2013, jadi saat pertama kali ia masuk disekolah ini ia harus memilih jurusan. Namun saat memilih jurusan harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti akan kemana kita setelah lulus dari SMA ini? Dan juga pertimbangan dari nilai-nilai kita saat di Sekolah Menengah Pertama dulu.
"Mending Ify belajar dulu deh, sambil nunggu Agni, Via sama Shilla," Gumam gadis itu, lalu ia mengambil buku cetak fisika miliknya kemudian ia tenggelam dalam rentetan kata dan juga rumus yang tercetak dalam buku tersebut
"Pagi Ipyyy.." Suara cempreng milik Shilla dan Via menghentikan kegiatan Ify dari kegiatan membacanya.
Gadis itu lantas mengalihkan pemandangannya kedepan dimana tempat Via dan Shilla berada."Pagi Shilla, pagi Piaa.." Ify menyunggingkan senyum manisnya pada kedua sahabatnya.
"Yeelah, pagi-pagi udah baca buku fisika ae lu Py," Ujar Via yang kini sudah duduk disamping Ify
"Lo kaya nggak tau Ipy aja Pi, dia kan sarapannya rumus kalo pagi-pagi," Ujar Shilla
"Ihh Ify nggak sarapan rumus kok, tadi Ify sarapan roti tawar plus selai coklat kesukaan Ify." jawab Ify dengan wajah polosnya yang membuat dua sahabatnya itu menepuk keningnya.
Ify ini ngeselin juga ternyata ckckck."Terserah lu dah Fy, lu mah selalu benar," Gerutu Via yang mengundang kekehan rungan dari Shilla
"Lo nggak akan menang kalo ngomong sama Ify Vi wkwkwk." Ujar Shilla
"Au ah terang. Agni mana? Belum berangkat tuh bocah?" Tanya Via
"Agni kan kalo berangkat mepet banget waktu bel masuk Vi," Jawab Ify dengan mata yang masih fokus pada deretan kata dalam buku fisika miliknya.
"Noh Ify aja tau, masa lo lupa." Ejek Shilla
"Iya dah iya, salah mulu gue." Dengus Via yang membuat Shilla bahkan Ify yang sedang membaca buku terkekeh
Ini baru awal dan kita belum tau apa yang akan terjadi dalam kisah kita selanjutnya
Lampung, 10 Desember 2018
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hallo gaes selamat malaaam🙋 akhirnye gue punya edi *eh ide buat ngelanjut cerita ini yang baru prolog wkwkwk. Semoga tidak mengecewakan dan semoga suka deh lu pada ye😁 Seperti biasa vote and comment gue tunggu yeee
See you~
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance
Roman pour Adolescents'Kamu indah seperti senja.. Hingga aku sadar, Senja tidak datang untuk menetap' 'Ketika kamu memilih pergi tanpa alasan, maka jangan pernah kembali dengan satu pembelaan. Karena di satu sisi aku tidak akan percaya, dan disisi lain semua omongan mu...