"Mas, hari ini aku ada pergi ke panti sama Mark. Mas gausah jemput, ya?" Misa sama Doyoung baru aja sampe di depan gerbang sekolah Misa. Gadis itu bicara sambil cium tangan Doyoung.
"Jam berapa ke panti asuhannya?" tanya Doyoung sambil ngusap rambutnya Misa sayang.
"Jam sepuluh, kayak biasanya"
Iya, ini udah dua minggu sejak insiden Misa bilang dia bakal berhenti jatuh cinta sama Doyoung. Dan gadis itu bener bener ngelakuinnya.
Biasanya Misa bakal bangun pagi buat bangunin Doyoung, tapi udah dua minggu ini dia berhenti.
Biasanya Misa bakal siapin setelan kantor Doyoung sebelum bikin sarapan, dan dia juga berhenti ngelakuin ini.
Biasanya Misa bakal siapin dan nemenin dia sarapan, lagi-lagi, gadis itu berhenti.
Biasanya Misa akan mengingatkannya agar tidak melewatkan makan siang,
Biasanya Misa tidak akan melewatkan pelukannya ketika pulang,
Biasanya Misa akan menyampaikan perasaannya sebelum pergi atau meninggalkan Doyoung.
Biasanya,
Biasanya,
dan lebih banyak biasanya lagi.
Doyoung benar-benar ngerasain perubahannya. Ngga nyangka kalo hal ini bikin banyak perubahan di hidupnya.
Doyoung sekarang murni Misa anggap sebagai kakak lelakinya, tidak lebih dan tidak kurang. Mengetahui fakta ini kadang membuat Doyoung sesak, dan dia ngga tau kenapa.
"Oh, yaudah." kata Doyoung sambil ngangguk. Misa senyum ceria banget, tapi Doyoung selalu ngerasain perbedaan dari cara tersenyum Misa. Senyuman Misa sekarang persis ketika dia tersenyum ke temen temennya.
Jadi Doyoung bener bener di hapus dari hati Misa, ya?
Misa buka pintu mobil itu terus langsung turun, sebuah lambaian tangan Doyoung terima dari Misa yang bersiap memasuki gerbang sampai akhirnya punggung cantik itu menghilang dari pandangannya.
Doyoung meringis untuk kesekian kalinya. Bahkan mengucapkan 'aku mencintaimu' saja, gadis itu telah berhenti.
🌻🌻🌻
Doyoung lagi baca baca dokumen penting perusahaan ayah Misa, tangannya sibuk mengetik di macbook. Matanya meneliti agar tidak terjadi kesalahan sekecil apapun.
Pintu ruangannya terbuka nampilin Sejeong yang lagi senyum disana. Gadis itu berjalan masuk sambil meluk Doyoung dari belakang, "Sayang!"
Doyoung reflek ngelepasin pelukan itu sambil noleh, ngga tau, dia masih keinget wejangan Misa dulu, pokoknya cuma aku yang boleh meluk Mas Doy, kalo ada yang berani, lepas langsung!
Entah kenapa mengingat itu membuat Doyoung terkekeh. Dia kenapa sih?
"Kok dilepas, kan aku pengen meluk kamu" Sejeong mencebikkan bibirnya kesal. Kenapa akhir-akhir ini Doyoung jadi aneh.
"Maaf, tapi saya ngga biasa dipeluk." Bohong, dulu setiap hari Misa meluk dia, bahkan sampai ngedusel.
Dulu, sekali lagi.
"Kalo kita nikah juga tiap hari aku bakal melukin kamu," gadis itu masih menatap Doyoung dengan tatapan merajuk. Membuat lelaki itu menghela nafasnya, "ingat umur, kamu bukan diumur dimana kamu bisa merajuk seperti itu"
"Ya kan akuㅡ ah, udahlah! Doy ayo temenin aku sarapan, laperr" Sejeong narikin tangannya Doyoung. Ingin lelaki itu menemaninya sarapan.
Doyoung ngeliat jam di dinding ruangannya. Pukul 9.30, itu artinya setengah jam lagi sebelum Misa berangkat dari sekolah menuju panti asuhan.
Doyoung ngelepas tangan Sejeong dari tangannya terus naruh dokumen itu. Dia dorong Sejeong keluar dari ruangannya kemudian berjalan terlebih dahulu ke cafetaria diikuti Sejeong dibelakangnya yang tersenyum lebar.
Sejeong udah dudukin salah satu kursi disana. Doyoungnya masih berdiri, "saya pesenin" gadis itu mengangguk, senang karena Doyoung perhatian padanya.
Doyoung jalan ke kasir terus mesen langsung disana. "Sandwich dua sama air putih, bawa ke meja 5 ya." lelaki itu langsung bayar kemudian diam diam pergi ninggalin Sejeong disana.
Bodo amat, dia gabakal biarin Misa pergi berduaan sama Mark.
"Doy, lo napadah" Ten duduk disamping Doyoung yang lagi nelungkupin wajahnya diatas meja kantornya.
Udah dua jam Doyoung kayak gitu, dan dia ga gerak gerak bikin Ten khawatir, di kira mati temennya.
Doyoung ngangkat wajahnya waktu denger suara Ten disampingnya, sebelum akhirnya menggeleng dan kembali menelungkupkan wajahnya.
"Ya kayak kita baru kenal sehari aja, udah cepet cerita. Biar gue kasi saran" kata Ten ngga terima karena lelaki itu milih buat nutupin semuanya.
"Katanya dia mau berhenti cinta sama saya,"
"Siapa?"
"Misa."
"Ya salah lo sih, lo gantung dia bertahun-tahun eh jadiannya sama yang lain. Siapa yang ga sakit?" Doyoung mendongak dengan mata terpejam, kalut dengan pikirannya.
"Terus saya harus ngapain sekarang?"
"Gue tanya, lo cinta ngga sama Misa?"
"Ngga tau, saya bingung."
Ten noyor kepalanya Doyoung. "Gini nih kalo punya temen buta cinta. Tau jatuh cinta aja kaga" yang di toyor mengusap kepalanya.
Ponsel Doyoung bunyi, bikin si pemilik ponsel ngambil terus baca pesan yang masuk.
Dari Misa, seperti biasa.
Misa : Mas
Misa : nanti gausah jemput ya
Misa : aku mau jalan sama Mark
Doyoung ngeremes ponselnya ngga suka. Iya, dia gasuka ngeliat mereka makin deket kayak gini.
"Siapa?" tanya Ten lagi yang mendapat jawaban yang sama seperti tadi, "Misa."
"Ngapain?"
"Dia minta ijin mau jalan sama Mark,"
Ten bisa ngerasain perubahan air muka Doyoung, bahkan rahangnya mulai mengeras sekarang.
"Tau gue sekarang,"
"Tau apa?"
"Lo cuma butuh waktu buat ngeyakinin semuanya."
Doyoung ngangkat sebelah alisnya ngga ngerti, bikin Ten natep Doyoung males, "ternyata lo bisa bego juga ya, yakin udah gue ni lo jatuh cinta sama Misa."
"Apaan dah, gak mungkin"
"Halah sok ngelak, coba aja mastiin perasaan lo sendiri sana,"
"Saya harus ngapain?"
"Ayo mulai dari kasi dia perhatian lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late [✔]
Random❝ ᴍᴀsɪʜ ᴋᴇᴄɪʟ, ɢᴀᴜsᴀʜ ᴄɪɴᴛᴀ ᴄɪɴᴛᴀᴀɴ.❞ #1 kimdoyoung [190612] #1 najaemin [190731] #3 marklee [191029] #4 mark [210315] #1 doyoung [191101] #6 nct [200610] ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©
![Too Late [✔]](https://img.wattpad.com/cover/180810802-64-k284252.jpg)