ᴍᴏɴsᴛᴇʀ

17.2K 2.7K 85
                                    

⚠ tidak bermaksud membuat idol lain terlihat buruk, kalian pasti bisa membedakannya kalau ini hanya sebuah cerita

"Sedih terus," Kara ngusap punggung Misa yang daritadi nelungkupin wajahnya di meja. Kelas masih sepi, hanya ada beberapa anak saja disini. Jadi Jaemin berani masuk kekelas kekasihnya untuk menemani sahabat kekasihnya menangis.

"Aku ngerasa bersalah.." lirih Misa dia pelukin jaketnya Mark yang dia punya, berusaha dapetin pelukan hangat yang biasa Mark kasi ke dia.

"Shh, ngga ada yang salah. Mark udah ngelepasin kamu, dia udah bilang sama aku." Kara ngangkat badannya Misa, dia pegang tangannya terus di pandang dalem dalem mata gadis itu,

"denger, malem itu sehari sebelum Mark pergi ke Kanada aku telpon dia. Dan dia bilang sama aku, kalo dia udah relain kamu buat Mas Doy, ayo jangan sedih lagi, ngga kasihan sama Mas Doy dari kemarin kemarin bingung gimana caranya biar kamu ga sedih lagi?"

Misa masih sesenggukan sebelum akhirnya dia usap wajahnya agar mengering, bener, Mas Doy bahkan rela baju kantornya basah dia pake tempat nangis.

"Misa?" gadis itu noleh waktu namanya di panggil, ada Doyoung di depan pintu kelasnya. Lelaki itu masuk kemudian duduk disamping Misa, tangannya membawa sebuah bungkusan kecil.

"Kamu ngga sarapan tadi, jadi saya beliin susu coklat sama cheese cake kesukaan kamu. Makan ya?"

Misa ngangguk pelan, mengiyakan suruhan Doyoung. Dia juga lapar sih, dari kemarin dia nangis terus. Padahal Mark udah perginya sebulan yang lalu, tapi dia masih ngga bisa relain.

"Kara, kamu jagain Misa ya? saya mau balik ke kantor," Doyoung bangun dari duduknya, Kara ngangguk kemudian kembali duduk di bangkunya.

Doyoung menepuk pelan bahu Jaemin sambil tersenyum kecil yang dibalas tepukan juga oleh lelaki itu. Doyoung ngeliat Misa sebentar dari jendela kelasnya sebelum benar-benar meninggalkan sekolah gadisnya.




🌻🌻🌻




"Doy, tumben telat?" tanya Sejeong waktu Doyoung baru aja sampe di kantor. Duh, Doyoung kan lagi ga pengen liat Sejeong.

"Tadi saya bawain Misa sarapan dulu,"

Sejeong mencebikkan bibirnya, "Tuhkan, Misa lagi! Sampai kapan sih kamu mau ngurusin dia terus? Kamu ini lebih ke babysitternya dibanding bodyguardnya, Doy!"

"Kalo saya emang harus jadi babysitternya Misa, saya ngga masalah. Mending kamu balik ke tempat kamu sebelum dilihat oleh bapak" Doyoung baru aja mau jalan tapi tangannya ditahan,

"Aku belum selesai ngomong, Doyoung!"

"Ini di kantor, saya ngga mau nyari masalah" Doyoung ngelepas tangannya Sejeong terus jalan lagi ke ruangannya.

Tangan Sejeong mengepal, apa dia harus mengiyakan rencana Hyunjin bulan lalu itu?

Kalo memang kamu mainnya gitu, aku juga bisa Doy, batin Sejeong. Dia jalan ke tempatnya kemudian mengambil ponselnya. Menekan nomor Hyunjin yang dia berikan bulan lalu.

Ia belum pernah menghubungi nomor ini dan sepertinya dia harus melakukannya.

Panggilan terhubung, Sejeong baru aja mau ngeluarin kalimatnya tapi lebih dulu dipotong oleh Hyunjin diseberang sana,

'Bagaimana, kau menelponku untuk membicarakan rencana kita bulan lalu itu kan?'

"Ya, bagaimana jika kita bertemu?"

'Ah tidak perlu repot repot, katakan iya atau tidak. Jika iya, semuanya akan berjalan tanpa sepengetahuan siapapun dan katakan tidak jika kamu ingin dia hidup bahagia melebihi dirimu'

"Baiklah, iya. Lakukan rencana itu. Aku tidak peduli."

'Ah, baiklah, senang bekerjasama denganmu, nona'

Sejeong mematikan panggilan itu. Benar, dia ngga akan ngebiarin Misa hidup lebih bahagia dari sekarang. Tekadnya udah bulat, dia, akan menghancurkan Misa.

Bagaimanapun caranya.

Too Late [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang