Nafas lelaki itu tidak beraturan. Entah sudah berapa kali ia mengelilingi gedung fakultasnya untuk menghindari gadis gila yang sejak tadi mengejarnya.
Ini gila, dia hanya pergi keluar tanpa masker untuk pertama kalinya dan berakhir dikejar oleh gadis gila yang terobsesi padanya.
Lelaki itu menggigit bibirnya, kemana lagi dia harus menghindar? Matanya melihat ke kanan dan ke kiri, mencari tempat yang sekiranya aman untuk bersembunyi.
Sial untuknya karena tidak ada tempat untuk bersembunyi disini. Suara teriakan gadis itu semakin keras, itu artinya ia sudah dekat.
Ia tanpa aba-aba melepas jaket hitam yang dirinya gunakan kemudian membuangnya sembarangan kedalam tempat sampah.
Tubuhnya berlari mendekat ke dua gadis yang tengah bercengkrama di lorong itu kemudian memeluk salah satunya dengan erat.
"Tolong aku," lirihnya.
Gadis yang dipeluk itu tampak bingung sebelum akhirnya mendengar suara ribut dari jarak kurang dari satu meter dari tempatnya berdiri.
"A-aku harus ngapain?"
"Peluk."
Gadis itu meluk lelaki itu erat, tangannya bergerak untuk mengusap punggung lebar lelaki itu, membuatnya tenang.
Teman si gadis yang peka menutup kepala lelaki itu dengan topi yang ia pakai kemudian sedikit menutupi tubuh lelaki itu dengan memunggunginya.
"Eh, liat cowok tinggi ganteng gitu lari kesini ngga?" tanya gadis itu, ia tampak kelelahan sepertinya karena telah mengejar lelaki ini sejak tadi.
Gadis yang tengah memeluk lelaki itu mengangguk, "tadi lewat kesana!" sambil menunjuk arah berlawanan dari datangnya gadis tadi.
"Benarkah?"
Gadis itu mengangguk, berusaha memasang wajah meyakinkan agar dia tidak dicurigai.
"Kalau begitu siapa yang sedang kau peluk?" tatapannya tampak mengintimidasi.
"K-kekasihku, dia dalam mode manja. Iyakan sayang?" lelaki itu mengangguk tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
"Baiklah, aku pergi" dan gadis itu berlari kembali mengejar lelaki yang ia tidak ketahui tengah bersembunyi di hadapannya.
Lelaki itu melepas pelukan mereka, kemudian mengembalikan topi yang ditaruh diatas kepalanya. Melihat sekeliling, memastikan telah aman atau tidak.
Dirasanya aman, lelaki itu menghela nafasnya, ini tahun ke tiganya dan dia belum bisa hidup tenang.
"Terima kasih, aku berhutang kehidupanku padamu."
"Eh, samasama."
Lelaki itu mengulurkan tangannya, "namamu?"
"Misa Learnadi Yovana" tangan kecilnya terulur untuk menerima tangan lelaki itu, senyum dipipinya mengembang dikala melihat lelaki itu tersenyum kepadanya.
"Tidak berniat bertanya namaku?"
Misa mengangguk, "ah, iya. Namamu?"
"Arion Jaehyun Radhika, tahun ketiga di jurusan Sastra Inggris"
Misa melepas genggaman keduanya dengan canggung ketika gadis lainnyaㅡKaraㅡberdeham. Oh, ayolah, bahkan lelaki itu masih menatapnya ketika genggaman tangan itu terlepas.
"Kalo gitu aku sama Kara balik dulu ya, Kak Jae." Misa baru aja balikin badan sambil narik tangan Kara tapi harus terhenti ketika mendengar kalimat yang baru aja keluar dari bibir Jaehyun,
"Mulai sekarang jadi milik-ku ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Late [✔]
De Todo❝ ᴍᴀsɪʜ ᴋᴇᴄɪʟ, ɢᴀᴜsᴀʜ ᴄɪɴᴛᴀ ᴄɪɴᴛᴀᴀɴ.❞ #1 kimdoyoung [190612] #1 najaemin [190731] #3 marklee [191029] #4 mark [210315] #1 doyoung [191101] #6 nct [200610] ʀᴇᴄɴᴊᴡɪɴ©