ᴅᴏɴ'ᴛ ᴡᴀɪᴛ ᴜ ɴᴏ ᴍᴏʀᴇ

17.8K 3.2K 437
                                    

Misa menatap kosong jalanan yang masih sepi itu. Jam baru menunjukan pukul enam lebih sepuluh dan dia sudah berada di dalam bus umum.

Katakan bahwa Misa ingin menghindari Doyoung, karena memang begitulah adanya. Misa harus berhenti sebelum rasa sakitnya semakin berbekas.

Ponselnya berdering sejak tadi tetapi Misa ngga punya niatan buat ngangkat panggilan itu. Udah tiga kali dan belum berhenti juga, Misa milih buat angkat panggilan itu.

"Halo,"

'Kamu dimana? saya cari di kamar kok ngga ada? kamu ngga nemenin saya sarapan?'

"Aku di bus, udah berangkat. Hehe" Misa ketawa kecil nyembunyiin perasaan kecewanya yang belum hilang. Dia ngga boleh keliatan kayak cewek lemah. Ngga boleh.

'Kenapa berangkat sendiri? kan bisa tunggu saya'

"Iya mas, maaf. Aku ada piket hari ini harus dateng lebih awal" Misa kembali ngeliat ke jalanan.

'Nanti saya yang jemput.'

"Eh, gausah! aku.. aku pulang sama temenku."

'Temen yang mana?'

Misa baru aja mau jawab pertanyaan Doyoung tapi dia udah keburu sampai di halte deket sekolahnya, "mas ngga perlu tau. Aku tutup dulu ya mas, udah nyampe"

'Miㅡ'

Sambungan itu Misa putuskan sepihak. Sanggup membuat lelaki di ujung sana menatap ponselnya tertegun, "Misa, ngga ngomong aku cinta mas doy?"



🌻🌻🌻



Misa masuk kekelasnya dengan sayu. Dia ngga tidur semaleman karena nangis. Untung aja dia masih ada sisa bedak jadi dia bisa nutupin wajahnya yang udah pucet banget.

Misa duduk dibangkunya terus nelungkupin mukanya di meja. Berniat buat tidur dan ngusir rasa lelah yang hinggap di dirinya. Ya walaupun pastinya sulit.

"Misa!" suara Kara berhasil bikin gadis itu bangun lagi. Ditatapnya Kara sebentar sebelum dia ngeluarin senyum tipisnya,

"pagi,"

"Kamu kenapa, kok pucet?" Kara duduk terus dia pegangin wajahnya Misa. Yang dipegang ketawa kecil, "gapapa, kurang tidur aja"

"Kemarin kamu ngga nelpon aku. Sekarang kasi tau aku gimana ceritanya sampe kamu berakhir sama Mark kemaren." paksa Kara yang udah terlanjur penasaran dengan semuanya.

"Kemaren itu.." Misa menghela nafasnya, "waktu itu aku niatnya minta maaf sama Mark garagara kemarinnya Mark di marahin sama Mas Doy, eh aku malah diajak jalan sama Mark. Terus aku terima aja, soalnya aku juga lagi bosen sendirian dirumah. Terus aku nonton sama Mark di mall, abis nonton aku laper. Aku ngajak Mark ke food court terusㅡ"

"Dia ngeliat Doyoung berduaan sama cewek lain." ucapan Misa dipotong sama Mark yang baru aja dateng tadi.

"Brengsek," desis Kara ngga nyangka kalo Mas Doy kayak gitu, padahal dia keliatan banget sayang sama Misa tapi kok jadi gini?

"Terus ceweknya itu siapa?"

Senyum tipis Misa luntur, "itu pacarnya Mas Doy, katanya mereka pernah mantanan waktu SMA. Ayah sama bunda keliatannya seneng banget sama dia, aku ngga bisa ngapain."

"Udah kenalin ke ayah bundamu?" tanya Kara ngga percaya yang dibalas anggukan lemah oleh Misa,

"Kemarin Mas Doy yang ngundang, sekalian makan malem bersama"

"Harusnya lo telpon gue, gue bisa nemenin lo," Mark narik kursi terus duduk disamping kirinya Misa. Jadi Kara di kanan Misa tengah Mark di kiri. Tangan besar Mark ngambil tangannya Misa, di kecup pelan, "gausah sedih lagi"

Fyi Misa lagi pake jaket jadi luka di tangannya ngga keliatan.

"jadi kalian pacaran apa engga?" tanya Kara bingung yang dibalas gelengan pelan dari Misa, "engga, hehe"

"Duh, udah kaget aku kemarin." Kara nyubit pipinya Misa tapi sedetik kemudian kembali serius.

"Terus gimana keputusanmu? Mau bertahan atau.." Misa ngeliat Kara lagi sebelum sebuah helaan nafas kasar terdengar,

"Aku udah mutusin kemarin," Misa diem bentar sebelum melanjutkan kalimatnya,

"aku bakal berhenti jatuh cinta sama Mas Doy."

Too Late [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang