18 [Pergi Jauh]

486 60 21
                                    

Dera membiarkan tubuh nya tetap terlelap di atas pembaringan nya.

Sekilas menatap buku buku yang berserakan di lantai. Layar komputer nya masih berkedip kedip belum sempat di matikan karena sampai larut malam ia mengerjakan tugas pertama kuliah nya.

Dan ingat siang tadi.

Tepat pukul 1 siang.

Bandar udara itu.

Tumpukan koper koper itu.

Mengantarkan seseorang.

Nata

Siang tadi, Nata terbang bersama mimpi dan cita cita nya menuju Inggris. Nata dan sebagian hati milik nya. Nata membawa bagian itu, bagian yang hilang dari hati Dera. Dan Dera kehilangan nya, kehilangan bagian kisah itu.

Dera memejamkan mata nya kuat kuat. Ada air mata yang menggenang dan dicoba di tahan nya. Ia tak boleh menangis. Dia telah membuat sebuah janji pada diri nya sendiri.

Dera teringat lagi kata kata Nata, sejenak sebelum ia terbang bersama sebagian dari hatinya.

"Aku gak pernah pergi dari sisimu, Der. Aku hanya terbang bersama setengah hatimu. Aku sayang kamu, Der sangat amat Cinta. Aku gak akan pernah pergi meninggalkan cinta yang selalu mendekap tiap detik dari hatiku. Karena kami seseorang yang di ciptakan untukku. Yang tak pernah di miliki siapapun. Aku akan selalu mengingat mu dan menghubungi mu. I promise"

Kemudian Nata pergi.

Dan Dera tak pernah melupakannya. Segala tentang Nata yang tak akan pernah hilang dalam memori nya.

Telepon Vasya.

"Halo."

Dera mengangkat tubuhnya dari pembaringan. Kemudianbmenuju jendela kamar nya. Menatap jalan raya yang mulai sepi.

"Der..."

Dera kembali pada Vasya di seberang telepon itu.

Dera dapat merasakan suara gadis di seberang itu bergetar. Apa vasya nenangis? Pikir nya.

"Kenapa sya lo kok nangis?" Kini ia terfokus pada gadis di seberapa telepon.

"Der... Berita itu, Der... Kamu harus liat berita itu!

Tangis Vasya semakin meledak. Dan membuat Dera heran.

"Berita apa sya?"

Dera mencoba mengatur napas nya. Kemudian bayangan Nata terlintas dalam pikirannya. Dera kemudian merasakan hembusan napas Vasya.

"Di TV Der..."

Seketika Dera meraih remote Tv nya. Mencari channel yang Vasya maksud. Sebuah berita? Mungkin itu ingin Vasya sampaikan pada nya.

"Der... Tabah ya, lo bisa"

Suara itu terasa begitu penuh harap.

Dera kini dapat merasakan, napasnya mulai memburu.

"Nata, Der... Nata..."

Ya Tuhan! Nata apa yang terjadi dengan nya?

"Sya, kenapa sama Nata?!" air mata Dera mulai menggenang. Kemudian dia menemukan nya. Berita itu.

Sebuah kecelakaan pesawat.

Pesawat nomor penerbangan 75. Bertolak menuju Inggris pada sekitar pukul 13.20.

Dan Nata di dalam nya.

"Der... Yang tabah ya, Nata sayang kamu sangat cinta sama kamu"

Kata kata Vasya seolah hilang di telan kesunyian.

Air mata sudah membanjiri mata Dera. Ia terus tersiak tiada henti nya, ia masih tak menyangka Nata pergi darinya. Kenapa takdir kejam, membiarkan orang yang di sayang pergi? Kenapa?!.

Ada sesuatu yang menusuk hatinya.

Bagian hati itu hilang. Hilang untuk selama nya.

"... Pesawat penerbangan yang bertolak menuju Inggris jatuh di perairan pada pukul 16.30 di duga karena cuaca buruk dan pesawat sempat meledak pada ketinggian 500m dari atas permukaan laut. Kondisi pesawat hancur. Dan di pastikan penumpang di dalam nya meninggal..."

Meledak? Dera tak bisa membayangkan Nata meninggalkan nya.

Dan Nata berada di dalam pesawat itu. Nata penumpang itu.

Ia kehilangan Nata.

Ia benar benar kehilangan Nata bukan untuk 3 tahun tapi untuk selama lamanya.

Dera menutup wajah nya kuat kuat dengan kedua tangan nya. Mengeluarkan semua tangis nya.

Sebelum akhir nya ia merasakan gelap menyelimuti nya.

Tubuh nya tak seimbang. Kemudian terjatuh.

Dalam suasana seperti ini ia masih melihat bayangan Nata di kepala nya.

⭐⭐⭐


Beberapa tahun kemudian

"Eh sya apa kabar lo" ujar Kia sembari menggendong anak kecil berpipi chuby.

"Baik kok lo ama Lien gimana" Tanya vasya balik.

"Baik kok" jawabnya.

"Hai" sapa silla yang baru datang bersama Dante membawa dua anak laki laki ya umurnya sekitar 6 tahun dan mulai duduk.

"Loh si revan mana?" Tanya Dante pada Vasya.

"Ke toilet tadi dia biasa boker kebanyakan makan" ujar Vasya dan mendapatkan tawa dari sahabat sahabat.

"Gak berubah ya itu anak makan mulu padahal udah bertahun tahun gak ketemu"

"Hai"

"Abis boker lo van" Yap orang itu revan.

"Heheheh, anak lo lucu dan" kata Revan pada Dante.

Dante dan Silla memang menyempatkan datang kesini buat nemuin teman temannya. Mereka berdua menetap di bandung setelah menikah dan memiliki satu anak.

"Gimana ya keadaan Dera disana?" Ujar Silla dan membuat suasana menegang.

"Pasti dia baik baik aja. Semoga kita bisa segera ketemu Dera" ujar Vasya di balasi anggukan mereka.

Tawa itu.

Cerita itu.

Senyum itu.

Kisah itu.

END

Jomblo Gudang Kosong✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang