Chapter 7

67 11 2
                                    


bahkan aku berharap kau bukan hanya singgah menatap namun juga menetap”

Nita membuka pintu rumah disitu sudah terdapat ayah dan bunda sedang menonton,sepertinya Nita akan mendapat beberapa kuis dari bundanya

“ Assalammualaikum bun, yah “ucapnya

“ waalaikum sallam”

“ kamu dari mana aja ta , bunda sama ayah khawatir kamu magrib gini baru pulang “

Nita salaman kepada kedua orang tuanya kemudian duduk ditengah tengah

“ hehe maaf yah bun tadi aku ”
Ia tampak kebingungan

“ hmmm” Nita lupa tadi tidak izin terlebih dahulu karena Nata langsung membawa nya begitu saja ke Taman Kota.

" hmmm anu yah tadi aku ke taman kota dulu hehe" jawabnya walau agak ngeri tatapan ayah Nita seperti akan memakan nya hidup hidup.

“ kan kalo bilang ayah ga akan khawatir kamu takut dikarungin sama tukang rongsokkan hehe” ujar sang ayah dengan tawa

“ ih ayah emangnya aku kaleng apa , yaudah aku mau mandi dulu yah dah ayah dah bunda”

Nita hampir menegang tapi melihat ayah nya tak marah ia berasa lega dalam hati nya walau masih merasa bersalah karena tidak minta izin terlebih dahulu, ayah nya memang tegas jika Nita pergi tanpa pamit maka ke kawatiran dan rasa cemas terus akan melanda benak ayah nya tersebut.

Kemudian Nita bangkit dari duduknya untuk menuju kamar.

Bunda dan ayah nya hanya menghela napas, memang anak gadisnya ini suka lari dari pertanyaan.

***

Wahai sang penyinar Malam yaitu bulan apa kau tau yang lalu tak semua dianggap benalu? justru yang lalu dianggap sebuah pengulang bahagia, walau tak tahu mulai dari mana aku merasakan nya ini datang secara tiba, tanpa jeda dan tidak berbeda, memang bodoh dan cinta setipis ini ah sudahlah aku hanya bisa merangkai kata bukan menjadi kita.

Nita kini sedang menatap bulan yang membinar dibalkon kamarnya setelah membersihkan dirinya dan melaksanakan kewajiban nya tak lupa bermakan malam dengan kedua orang tua Nita, ia sedang beristirahat sejenak tersenyum kecil betapa bahagia nya menghabiskan waktu menikmati senja bersama Nata bukan hanya senja mungkin bersama yang pernah ada juga .

Namun

Dreeettt dret sebuah getaran dari ponselnya yang terdapat pesan

Ia melirik ponsel nya itu yang selama beberapa jam tidak disentuh, ia tak percaya tapi ini nyata woiii nyata dia mencubit pipinya namun terasa sakit yah jelas dia memang sedang tidak bermimpi.

Nata

Bingung
Membingungkan sepertimu
Tak mudah berhenti
Bukan berhentikan angkot

  Tak sulit berhenti menatapmu
  Tak perlu menatap langit
   Tatap mu saja secerah langit

Bukan gombalan kata
Apalagi sebuah drama
Tapi inilah asmara.

Puisi dari Nata ini membuat Nita tertawa pikirnya ada ada saja puisi buatan nya ini yang aneh namun bernuansa romantis.

“ lagi lagi humor nya kambuh hihi “

Nita masih menatap layar ponselnya sambil mengamati berbait bait puisi tersebut

To Nata
Mengapa kau bingung
Bukan kah bingung itu ada suatu yang mengganjal

Bukan kah langit juga suka mendung

Move Back Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang