15.

5.6K 506 28
                                    

Sifra Lee

Ketika aku mencoba mencari keberadaan Jeon Junghyun—karena di akhir arsip, terdapat sebuah lokasi yang bertuliskan tempat tinggalnya bersama dengan kekasihnya. Saat aku datang kesana, sang penjaga rumah mewahnya itu mengatakan bahwa Jeon Junghyun sedang ada urusan dan akan kembali lusa.

Aku menghela napas dan merasa bahwa semua perjuanganku sia-sia. Awalnya aku cukup yakin dan ingin bertanya langsung mengenai apa yang dituliskan di dalam arsip. Aku sudah selesai membaca arsipnya. Tapi aku bahkan tidak mengerti secara keseluruhan atas apa yang sudah terjadi. Apa maksud dari isi dan konten di arsip itu?

Karena Jeon Junghyun tidak ada, aku memutuskan untuk kembali ke Rumah Sakit Jiwa.

Sesampainya di sana, aku langsung pergi ke sel Jeon Jungkook. Aku tidak lagi memikirkan ponselku yang kini berada di Park Jihyo. Percuma saja jika aku mengambil ponselku. Yang ada, aku akan bertengkar lagi dengan Taeyong.

Kulihat Jeon Jungkook tengah terlelap. Syukurlah. Berarti keadaannya sudah jauh lebih tenang. Aku tidak perlu repot-repot menghabiskan tenagaku untuk membuatnya tenang. Aku tidak bisa menyetrumnya. Walau itu sebuah keharusan, tapi aku tidak bisa. Kasihan. Jeon Jungkook seharusnya jangan pernah disetrum. Itu berbahaya untuknya. Sangat berbahaya.

Aku duduk di pinggiran dekat kolam. Kuperhatikan sel nya ini yang gelap dan sepi. Seperti tidak ada kehidupan sama sekali. Aku masih penasaran sebenarnya, di mana letak CCTV yang ada di sel ini. Ada banyak akses untuk CCTV di sel ini, tapi aku sama sekali tidak menemukan di mana letak tepatnya.

Aku berdecak dan memijat pelipisku. Sulit sekali bekerja seperti ini. Banyak yang harus kukorbankan, selain waktu dan tenaga. Pikiran juga ikut. Terkadang aku memikirkan untuk berhenti dari pekerjaan ini dan mencari pekerjaan lain yang lebih layak dan tak merepotkan. Tapi aku tidak bisa. Aku sudah berjanji atas hidup Jeon Jungkook bahwa aku akan menjaganya, melindunginya, dan menyelamatkannya. Yang kuperlukan hanyalah sedikit waktu saja untuk menguak segala informasi dan kemudian mencari cara bagaimana mengembalikan Jeon Jungkook ke hidupnya semula.

“AKH! AKH!” Aku terkejut ketika mendengar teriakan yang pastinya berasal dari Jeon Jungkook. Ia tengah tertidur, tapi mengapa ia teriak-teriak seperti orang ketakutan begini?

Aku segera membuka jeruji besinya dan aku menghampirinya. Jeon Jungkook memang sedang terlelap. Matanya tertutup rapat, tapi mulutnya berteriak lantang seperti orang meminta tolong. Aku menepuk kedua pipinya untuk menyadarkannya. “Jungkook. Jeon Jungkook, hei, bangun! Hei, kau dengar aku? Tolong bangun, Jeon Jungkook. Jangan biarkan mereka mengendalikan dirimu,

Jeon Jungkook terus berteriak. Dan, satu-satunya cara yang harus kulakukan adalah menamparnya. Oke. Sebelumnya, maafkan aku Jeon Jungkook, aku benar-benar harus menamparmu.

Lalu, kutampar pipinya dengan keras. Hal itu membuatnya terkejut dan segera membuka matanya. Ia menatapku dan napasnya terengah-engah seperti habis lari marathon. Kutanya kepadanya, “ada apa? Kau mengalami mimpi buruk?”

“A-Aku . . .”

Kau apa? Bicara yang benar, Jeon Jungkook!”

“A-Aku ingin seks. Sekarang ini, aku benar-benar ingin melakukan seks. Aku tidak bisa menahannya lagi.” Astaga, mengapa ia tiba-tiba menginginkan ini? Jelas saja aku tidak bisa memberikannya. Walau bagaimana pun, hal itu tidak mungkin. Aku tidak akan melakukan seks dengannya sampai kapan pun.

WHOEVER HETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang