Cerita ini hanya Fiktif belaka dan jangan di anggap serius. Tidak untuk di perdebatan atau menjadi ajang saling menghina, menjatuhkan dan menganggap diri paling benar. Cerita ini murni untuk hiburan semata tidak untuk di contoh atau dijadikan keyakinan atau acuan.
Saya hanya terinspirasi dari desas desus di suatu daerah tentang pernikahan jin dan manusia tanpa bermaksud untuk membenarkan kebenarannya atau apapun itu. Sekali lagi murni untuk hiburan semata.
Suka baca tidak suka silahkan tak usah di baca.
Saya berpegang pada sumber yang ada di Mbah Google, jadi untuk menanyakan ke absahan hadist atau apapun itu silahkan search sendiri di google.
Happy Reading....
Hukum menikahi Jin ada yang mengatakan boleh (Ulama Mazhab Syafi'i) ada yang mengatakan haram (Imam Ahmad) ada juga yang mengatakan makruh (Imam Malik, Hankam bin Utaibah).
Namun alangkah baiknya jika pernikahan dilakukan dengan jenisnya yaitu manusia dengan manusia lagi. Mungkin hal yang masih wajar jika manusia menikahi jin wanita, namun bagaimana jika seorang wanita menikahi kaum Jin?
*****
Khumaira Irtiza gadis cantik berusia lima belas tahun memiliki adik bernama Zahara Malik berusia sepuluh tahun dan orangtua bernama Yusuf Mulyana dan Siti Rahma.
Mereka hidup serba kekurangan karena Yusuf hanya bekerja sebagai buruh tani di sawah pak Bahar, orang terkaya di kampungnya dan memiliki empat istri.
Yusuf sebenarnya enggan bekerja di sawah pak Bahar, namun dia membutuhkan uang untuk menafkahi anak dan istrinya sedangkan Siti bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah.
Khumaira alias Ira pun tidak tamat sekolah, dia hanya mengenyam pendidik ala kadarnya yang di berikan guru ngajinya Bu Zima.
"Ra, kamu jaga adik kamu Ara. Nanti pulang nyuci ibu ke pasar beli sayur untuk makan." ucap Siti sambil menyiapkan tas lusuh untuk di bawa bekerja. Isinya hanya pakaian salin dan kantong keresek untuk membungkus pakaian yang basah sehabis mencuci.
"Iya bu, Ira akan ajak Ara keliling kampung sambil menjajakan gorengan bu Sumiati."
"Baiklah, terima kasih sayang!" ucap Siti terharu.
Ira memang anak yang solehah dan mandiri Dia kerap membantu orang tuanya dengan menjual gorengan keliling kampung.
Selesai membereskan rumah, Ira dan Ara pun pergi ke rumah Bu Sumiati yang tak jauh dari rumahnya.
"Assalamualaikum Bu Sum!" sapa Ira ramah dan wanita berusia tiga puluh lima tahun itu tersenyum ramah.
"Wa'alaikum salam, Ira. Ibu sudah siapkan dagangan kamu. Pisang goreng, bala-bala, ubi goreng sama tahu isi semua berjumlah dua puluh jadi total delapan puluh biji ya dan ibu kasih bonus dua pada tiap gorengan jadi total delapan puluh delapan." ucap Sumiati menjelaskan dan Ira mengangguk paham.
Setelah mengobrol sebentar mereka pun pergi untuk berkeliling kampung menjajakan jualannya.
Ira tampak bersemangat karena dia benar-benar ingin membantu kedua orang tuanya.
"Dek, kemari beli gorengannya." panggil seorang lelaki yang bernama Mahmud.
"Iya pak!" ucap Ira ramah dan langsung mendekati dua pria itu.
"Bos mau yang mana?" tanya Mahmud kepada Bahar sang tuan tanah yang kaya raya
"Ada bala-bala, pisang goreng, ubi goreng dan tahu isi Pak!" tawar Ira namun pria itu terus menatap Ira tanpa berkedip sedikit pun.
Ira yang di tatap seperti itu pun merasa takut dan langsung menggenggam tangan Ara.
"Bos!"
"Saya beli semuanya!" ucap Bahar membuat Ira menatap pria itu tak percaya.
"Kamu datang kesini tiap pagi, nanti saya beli daganganmu!" ucap Bahar menjelaskan dan Ira mengangguk patuh. Setelah di bayar Ira pun segera kembali ke rumah Sumiati dengan senyum lebar di wajahnya.
"Loh sudah pulang?" tanya Sumiati terkejut.
"Alhamdulillah Bu, ada yang borong jadi Ira bisa pulang cepat!" ucap Ira polos. Sumiati tersenyum.
"Alhamdulilah, jadi kamu gak usah ajak adik kamu keliling kampung."
"Iya bu dan Ira di suruh tiap pagi datang ke tempatnya untuk menjual gorengan." ucap Ira sambil memberikan uang dagangannya pada Sumiati.
"Memang dimana rumah orang itu?"
"Di belokan jalan menuju jalan ke desa bu, rumah besar bercat kuning." ucap Ira membuat wajah Sumiati memucat.
Rumah pak Bahar? Apa lelaki itu tertarik pada Ira?
Sumiati menatap wajah polos anak itu, memang di kampung usia lima belas tahun itu sudah bisa di nikahkan, tapi jika di nikahkan pada lelaki tua yang sudah memiliki istri empat alangkah di sayangkan. Sumiati hanya bisa berharap jika pak Bahar tidak benar-benar menyukai Ira.
Tbc
Semoga kalian suka ceritaku...
Thanks for reading....
Muaaaah....
KAMU SEDANG MEMBACA
HARUN SUAMIKU (Hiatus)
FantasyKhumaira Irtiza, seorang gadis cantik yang hidup serba kesulitan, banyak laki-laki yang meminang Ira namun orang tuanya menolak karena tahu jika si laki-laki yang melamar hanya menginginkan kecantikan anaknya saja. Mereka yang menginginkan Ira akhir...