Part 4

3.7K 443 19
                                    

Happy Reading....

Yusuf mengusap wajahnya, sudah seminggu mereka tidak bekerja. Bukan karena kondisi tubuhnya pasca pengeroyokan warga tapi tak ada satu pun orang mau mempekerjakan mereka.

Yusuf pun terpaksa pindah ke desa lain dan entah apa nama desa itu, yang jelas tempatnya menyeramkan dan jauh dari keramaian. Yusuf menatap wajah anggota keluarganya yang tampak kelelahan, apa lagi Ara yang sedang demam dan terpaksa di gendong oleh Humaira.

"kita istirahat dulu sejenak di sini."

Yusuf menunjukan pohon besar yang rindang untuk tempat berlindung mereka dari terik matahari. Siti dan Humaira hanya mengangguk pelan lalu duduk di akar akar pohon yang menyembul dari dalam tanah saking besarnya akar pohon itu.

Yusuf pun merebahkan tubuhnya, tubuh dan pikirannya terasa lelah dan letih. Tanpa menunggu lama Yusuf pun terlelap tidur.

Yusuf merasa seseorang menyentuh pundaknya, lelaki itu mengerjapkan matanya dan menatap lelaki tampan dan sangat rupawan. Dia berbeda, jelas sangat berbeda. Berpakaian mewah dengan aroma tubuhnya yang harum serta bentuk tubuh yang luar biasa sempurna. Yusuf yakin, dia bukan orang pribumi, bila pribumi pun pria itu pasti keturunan bangsawan, dilihat dari  wajah dan pakaian yang melekat ditubuhnya.

"Pak, anda sepertinya kelelahan."

Pria itu menyapanya, suaranya begitu berwibawa dan tegas.

"Ma.. Maaf Tuan..." Yusuf merasa tak sopan telah meneliti pria bangsawan seperti lelaki di hadapannya.

"Nama saya Harun Al Fajar." Pria santun yang memperkenalkan diri tanpa nada sombong namun berkharisma.

"Saa.. Saya Yusuf."

"Bagaimana anda bisa berada di sini?"

"Saya dan keluarga saya pergi dari desa sebelah..."

Dan entah mengapa Yusuf pun menceritakan semua keluh kesahnya tanpa canggung, bahkan dirinya sampai menangis meratapi nasibnya keluarganya.

Harun hanya diam, menyimak dengan dengan seksama lalu menatap pria itu dengan tatapan tajam.

"Saya akan menikahi putri anda, Humaira." Yusuf tersentak kaget, pria tampan ini ingin menikahi putrinya?

"Sa... Saya tidak berani!" Yusuf menundukkan kepalanya.

Harun hanya menata Yusuf tanpa berkedip, memperhatikan gerak tubuh lelaki itu yang tampak gelisah.

"Temui Mbah Endi, dan kau akan mendapatkan petunjuk. Beliau berada di desa, di balik bukit itu." Harun menunjuk ke arah barat lalu menghilang begitu saja.

Yusuf yang tak menyadarinya memandang ke arah yang di tunjuk Harun.

"Apa masih jauh?"

Namun Yusuf tak menemukan jawaban, lelaki itu memalingkan wajah ke arah dimana tadi Harun berada namun kosong.

"Tuan.. Tuan Harun..." Namun sepi.

Tiba-tiba seseorang mengguncang tubuhnya, Yusuf mengerjapkan matanya dan menatap Siti dan Humaira yang tampak khawatir.

"Bapak  kenapa?" Tanya Humaira membuat Yusuf menghela napas. Apa tadi dia bermimpi? Tapi kenapa rasanya sangat nyata?

*****

Yusuf pun mengajak keluarganya menuju arah barat, menuju desa di balik bukit itu. Sebenarnya Yusuf yakin itu hanyalah mimpi namun entahlah dia merasa harus membuktikan apa yang dia mimpikan  tadi.

Benar saja, di balik bukit itu terdapat pedesaan yang cukup ramai dan asri namun terdapat aura mencekam yang Yusuf sendiri tidak tahu. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak hingga tibalah di pemukiman warga.

Banyak warga menatap aneh melihat kedatangan keluarga Yusuf.

"Assalamualaikum,maaf apa benar di sini ada orang yang bernama Mbah Endi?" Tanya Yusuf pada salah satu warga yang tampak berwajah ramah.

"Anda dari balik hutan itu?"

"Sa.. saya dari desa sebelah dan ya kami jalan dari arah sana."

"Baiklah, ikut saya." Ucap pria itu lalu membawa mereka menuju rumah Mbah Endi.

Yusuf semakin yakin jika mimpi itu kenyataan, bagaimana bisa mimpi itu bisa tepat. Ada desa di balik bukit dan nama Mbah Endi di desa itu. Yusuf menatap wajah lelah keluarganya, semoga saja apa yang dia mimpikan bisa membawa kebahagiaan pada keluarganya.

Yusuf takkan sanggup melihat penderitaan keluarganya terutama Humaira.

Mereka pun tiba di kediaman Mbah Endi, rumah yang cukup luas dengan kayu kayu yang menopang tempat itu sehingga layak untuk di huni beberapa kepala keluarga.

"Silahkan masuk, Mbah Endi sudah menunggu." Ucap lelaki itu membuat bulu kuduk Yusuf berdiri.

Sudah menunggu? Apa Mbah itu sudah bisa mencium kehadirannya?


Tbc

HARUN SUAMIKU (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang