Kejadian beberapa bulan lalu terlintas kembali di ingatan mereka,
"Awww..!" Pekik seseorang cowok dengan wajah dingin yang menatap horor kearah Yola karena kakinya terkena roda troli nya tanpa melihat kedepan dikarenakan gadis itu sedang memilih milih snack kesukaannya . Yola menatapnya dengan cengo yang membuat cowo itu menatapnya balik dengan geram.
"Punya mata ngga sih sampe troli lo nabrak kaki gue!" Ucapannya sukses menyadarkan Yola dari kebodohannya itu. Tapi bukan Yola namanya jika dia mengakui kesalahannya.
"Yang ada itu lo tau ngga! Punya mata itu buat liat , masa troli segede gini juga ngga tau!" Perkataan Yola berhasil membuat si empunya naik pitam , bukannya minta maaf malah seenak jidat ngatain cowo yang jelas jelas kesalahan Yola sendiri. Dengan mata tajamnya dia menatap Yola seakan ingin membunuhnya saat ini juga. Yola pun tidak tinggal diam saat dirinya ditatap seperti itu , dia berkacak pinggang sambil mata melotot tanpa takut sama sekali seakan menantang cowo itu.
Desahan keluar dari mulut mereka yang sedari bungkam. Yola yang merasa kesal, menolehkan kepalanya ke pria yang sekarang sedang duduk disampingnya dengan pandangan kosong.
"Hufttt....." Ucap Yola sembari berusaha mencari perhatian agar pria itu menoleh kearahnya, namun tidak sesuai dengan harapannya, pria itu masih tak kunjung menolehkan wajahnya ke arah gadis itu.
***
Nate merasa seperti orang bodoh sekarang. Kejadian itu sangat membuatnya dongkol, bagaimana bisa dia tidak mengenali gadis yang beberapa bulan lalu dia temui di pusat perbelanjaan kebutuhan makanan.
Masih dengan perasaan yang campur aduk, Nate yang awalnya ingin bertemu dengan gadis kecilnya dan ingin segera memeluknya dan menyalurkan rasa rindu setelah beberapa tahun yang lalu tidak saling bertemu. Namun tuhan membuat keputusan lain, sekarang, di waktu ini, detik ini pula kedua nya saling diam sambil menatap kedepan dengan sorotan yang sulit diartikan.
Disaat lamunannya, dia mendengar suara gadis itu mendesah yang membuatnya sedikit terkejut, namun tidak berlangsung lama, pria itu kembali sibuk dengan pikirannya yang entah kemana.
Setelah Nate lihat dari ujung matanya, dia mampu melihat gadis itu bergerak tidak nyaman. Dia sangat tahu persis, bahwa gadis ini tidak akan tahan lama jika sedang berada didalam keadaan yang awkward. Dia tipikal orang yang susah untuk diam, apalagi di waktu yang lama seperti ini.
Nate pun sengaja bungkam, karena dia ingin mengetahui seberapa tahan gadis itu tetap bungkam, padahal Nate sendiri mampu melihat banyak uneg-uneg di mata gadis itu. Namun Nate masih sabar sehingga menunggu apa yang akan diucapkan gadis itu.
***
Sial, kok malah canggung sih, batin Yola sembari menatap ke arah rerumputan yang sedang dia injak sekarang.
Karena tidak tahan dengan keadaan seperti ini, Yola memberanikan untuk berbicara, "Nathan...." cicit gadis itu dengan menatap Nathan yang masih senantiasa menghadap ke depan, setelah mendengar suara Yola, dia menolehkan wajahnya ke arah Yola yang sekarang sedang cemberut itu.
Gemes, batin Nate.
"Ihh Nathan... kok lo bisa ada di sana sih waktu itu"
Ucap Yola mulai membuka percakapan yang sedari tadi saling bungkam."Nenek sakit, jadi gue kesana" Jawab Nate sembari masih menatap lekat mata Yola.
Yola yang ditatap seperti ini, hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan Nate itu. Bisa mati gue, matanya minta dicolok kali ya, batin Yola menjerit.
"Gue masih ngga terima ya, waktu itu lo marah-marah ke gue. Pake bentak-bentak lagi" ucap Yola dengan mengerucutkan bibirnya yang justru membuat Nate terkekeh pelan. Lucu, batin Nate sambil senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sunshine
Teen Fiction[UPDATE TIAP HARI] "Tapi Nath, hiks...aku harus pergi hiks.." terang gadis itu sambil menangis tersedu sedu menatap sosok lelaki yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan. Tanpa sepatah kata apapun, sosok pria itu pergi dari hadapan wa...