3. Bimbang

85 9 0
                                    

Jam menunjukan pukul lima sore. Tapi Acha masih setia berdiri didepan tempa les musiknya. Ia menggenggam erat tali tas slempangnya, ia berdecak sebal saat pesanya tak kunjung dibaca oleh Aksa. Kemana saudara kembarnya itu, pasti ia sedang asik mengobrol dengan Melodi sampai Acha dilupakan seperti ini.

"Belum pulang, neng?"

Acha terlonjak dan membalikan badan mendengar suara itu. Ia melotot lalu memukul lengan cowok didepanya karna kesal.

"Argh... Cha, udah berenti mukulnya. Sakit, Cha." Mohon Abay. Namun, Acha masih terus memukulnya karna hampir membuat Acha jantungan.

"Aku kira kamu preman,tau. Ngapain disini?" Tanya Acha menyudahi pukulanya.

"Mau jemput pacar nih, tau pacar saya nggak mbak?" Goda Abay yang membuat Acha geram sendiri.

"Nggak tau,mas. Lagian emang ada yang mau sama mas?" Acha juga ikut meledek Abay, sampai cowok itu terkekeh. "Kalaupun ada yang mau sama mas, kayanya ceweknya perlu diperiksa deh." Lanjut Acha.

"Oh, jadi kamu mau diperiksa kesehatanya karna tiap hari ada didekat aku? Yaudah ayok kerumah sakit sekarang." Ajak Abay yang sudah menarik lengan Acha menuju motornya.

"Kok kerumah sakit, Bay? Ngapain? Kan aku bercanda." Ucap Acha yang kebingungan dengan tingkah Abay.

"Kamu pasti diabetes sekarang, karna setiap hari liat aku senyum terus. Iya,kan?"

Echa menarik kuping Abay cukup keras, sampai sang empunya merintih kesakitan. "Belajar gombal dari mana si, Bay?" Tanya Acha yang hanya dibalas kekehan oleh Abay. "Kamu sering ngalus kan sama cewek-cewek cantik disekolah."

Abay mengedikan bahu acuh yang kembali membuat Acha kesal. "Nggak ada, soalnya ngalusin kamu udah cukup buat aku."

Acha hanya mencebikan bibirnya tidak peduli. "Kamu beneran jemput aku, Bay?" Tanya Acha kembali memastikan.

"Menurut kamu? Lagian ngapain aku jauh-jauh kesini kalau cuma iseng." Jelas Abay yang membuat Acha tersenyum manis. "Udah jangan senyum lagi, kamu mau aku yang diabetes?" Canda Abay dan Acha kembali mencubit gemas perut pacarnya ini.

_____

Disinilah mereka sekarang. Dibawah sinar bulan, ditemani lampu remang-remang dipinggir jalan. Jika, teman satu sekolah mengira Abay selalu mengajak Acha berkencan di cafe paling mahal, itu salah besar.

Waktu masa pdkt pun sama, Abay hanya mengajak Acha keliling komplek perumahan. Dengan alasan, Acha memang tidak diperbolehkan keluar rumah. Bahkan, waktu menyatakan perasaan tak ada yang spesial. Tidak seperti adegan drama korea yang sering Acha tonton setiap malam.

Hanya berbekal, lampion dan eskrim coklat dimalam minggu waktu itu, Abay sudah resmi menjadi pacarnya. Walaupun, Acha sempat minder karna kebanyakan perempuan yang menaksir Abay memiliki kelebihan yang tidak Acha miliki sampai sekarang.

"Cha,kenapa?" Tanya Abay sembari menyeruput es teh didepannya.

Acha menggeleng pelan. Pikirannya kemana-mana, dan ia juga lupa untuk mengabari orang rumah bahwasanya akan pulang terlambat.

"Pulang sekarang yuk, Bay. Takut bunda marah nanti." Ajak Acha yang melirik jam tangannya.

"Cha,bentar deh. Aku mau tanya sama kamu." Ucap Abay menatap langit kota malam ini.

AlBayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang