Acha masih sibuk memperhatikan guru didepan yang sedang menjelaskan rumus matematika. Ketika semua teman kelasnya sudah menelungkupkan kepala sembari menunggu bel pulang berdering hanya Acha yang setia memperhatikan penjelasan gurunya.
Tidak lama kemudian bel pulang berdering dan membuat semua murid dikelas bersorak dan buru-buru membereskan alat tulis yang berserakan diatas meja.
"Mau balik bareng gak, Cha?" Tawar Zahra.
"Ngga deh, ada rapat osis buat persiapan pensi lusa besok."
Zahra hanya mengangguk, lalu membenarkan posisi duduknya.
"Jangan lupa pr halaman 89 dikerjakan dan dikumpul besok pagi dimeja bapak." Ucap guru laki-laki berkacamata bulat itu lalu pamit meninggalkan kelas.
"Tiap hari aja gue makanin rumus, kesel bener sumpah." Gerutu Revan dari bangku belakang.
"Duluan ya, mau ketemu Abay dulu." Ujar Acha yang berjalan menyusul Revan keluar kelas untuk bertemu Abay.
Acha menunggu didekat parkiran, tepatnya dibawah pohon. Angin siang hari ini cukup menyejukan dan membuat Acha tidak ingin buru-buru pergi dari area sekolah.
"Dari tadi nunggunya?"
Acha mendengkus sebal, cowok yang sekarang berdiri disampingnya ini hanya terkekeh pelan "Bay, mau buru-buru pulang?" Tanya Acha yang melirik jam ditangannya.
"Mau kemana? Cari makan lagi?"
"Iish, ngeledek kamu ya? Emang aku gendutan? Masa si, Bay?" Pertanyaan beruntun Acha malah membuat Abay mengacak rambut Acha gemas.
"Engga, Cha. Kamu cantik kaya gini, jangan segala diet." Peringat Abay yang dibalas dengan cengiran khas seorang Alshaletta Moraya.
"Iya aku anterin, banyak emang barang belanjaannya?" Tanya Abay, Karna ia sudah tau kalau Acha akan mengajaknya membeli barang-barang untuk pensi.
"Lumayan, nggak keberatan kan?"
Abay tidak menjawab pertanyaan Acha, ia merogoh saku celanya dan mengangkat panggilan dari pembantunya.
"Iya, Abay pulang sekarang." Ucap Abay yang langsung menutup panggilan itu.
"Cha, minta tolong yang lain nggak papa kan? Aku ada urusan, hati-hati oke?!" Ujar Abay yang langsung meninggalkan Acha tanpa mau menunggu pertanyaannya terlebih dahulu.
Ia menurun pundaknya, lemas. Ekspetasinya hari ini pergi bersama Abay telah sirna. Apa mungkin, Acha terlalu berharap pada seseorang seperti Abay.
Acha memutuskan untuk memesan gojek untuk mengantarnya membeli barang-barang pensi. Namun suara motor yang berheti didepannya membuat ia terpaksa mendongak. Acha menyipitkan matanya, melihat siapa cowok yang tiba-tiba berada didepanya ini.
"Acha kan? Nunggu siapa?" Tanya cowok itu yang berhasil memecahkan lamunannya.
"Lagi mau pesen gojek, duluan ya." Pamit Acha karna tidak ingin berlama-lama diarea sekolah.
Cowok itu bergegas menyusul Acha dan menarik lenganya. "Bareng gue aja, kelamaan kalau nunggu gojek mah."
"Gue David, anak 12 IPA satu. Temenya Melodi, pacarnya abang lo." Ucap cowok bernama David itu yang memperkenalkan dirinya.
Acha terkekeh pelan, lalu menggaruk tengkuk belakangnya. "Anak osis kan kak? Bagian keagamaan?"
"Iya, gue kira gak kenal tadi."
"Tadi lo pake helm kak, makanya rada asing lagipun lo juga jarang ikut rapat osis setau gue." Ucap Acha yang membuat David tertawa.
"Males, Cha. Hm, jadi mau bareng gue gak buat beli barang-barang pensi?" Tanya David yang membuat Acha diam sejenak karna tidak enak juga menerima tawaran dari kakak kelasnya ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
AlBay
Fiksi Remaja"Aku mau kita udahan sekarang." Ucap cowok yang berdiri didekat ring basket itu. "Jadi gini,ya. Rasanya jatuh cinta sendiri dalam suatu hubungan yang mengatasnamakan 'pacaran'. Miris banget kisah cinta gue." Balas cewek berambut pendek sebahu itu ya...