4.

59 8 0
                                    

Disinilah Acha sekarang. Berkumpul bersama teman-temannya dirumah Iyan. Kalau saja buk Nilan tidak memberi tugas kelompok, mungkin sekarang ia akan duduk manis diatas kasur.

Semua temannya sedang sibuk mengerjakan tugas, hanya Acha sendiri yang asik dengan kegiatannya. Melamun, itu yang ia lakukan sekarang. Jemarinya juga terus memainkan bollpoint biru.

"Disini banyak setan. Jangan sering ngelamun." Tegur Jesslyn yang asik mengunyah kripik yang ada didalam toples "lo kenapa, Cha?"

Acha menarik nafasnya perlahan, lalu menatap Jesslyn sekilas. "Menurut lo, Mauryn masih suka nggak sama Abay?"

Jesslyn terkekeh mendapat pertanyaan konyol dari Acha. Memangnya seberapa tidak pekanya Acha sampai ia tidak tahu kalau faktanya Mauryn dan Abay memang masih terlihat sangat dekat.

"Masih! Tapi, besar kemungkinan Abay juga masih sayang sama Mauryn. Emang kenapa? Cemburu lo?!" Sarkas Jesslyn yang dibalas decihan oleh Acha.

"Tapi Abay bil--"

Acha berdecak kesal karna Zahra memotong pembicaraannya, ia berjalan kearah Zahra dan duduk disampingnya.

"Curhat mulu lo. Udah malem, mau balik sama siapa?" Zahra sigap membereskan buku-bukunya yang berserakan diatas karpet rumah Iyan.

"Sama gue aja,Cha. Sekalian mampir kewarung babeh." Potong Revan yang dibalas anggukan cepat oleh Acha.

Zahra beranjak berdiri, lalu membenarkan tatanan rambutnya. "Anterin temen gue dengan selamat, awas aja lu ajak mampir segala." Tegas Zahra dan Revan hanya bergidik ngeri.

"Gue duluan balik ya. Hati-hati lo pada balik, awas kena begal." Canda Bela yang sudah lari menyusul Zahra.

Kediaman rumah Iyan sudah mulai sepi, dan teman-teman Acha yang lain sudah pulang sejak lima menit yang lalu. Sedangkan Acha, masih sibuk menunggu Revan yang tadi izin kekamar mandi.

Tidak lama kemudian Revan sudah berdiri disamping Acha dan berpamitan untuk pulang pada Iyan.

Acha berjalan kearah motor Revan, sebenarnya ia ingin menanyakan perihal Abay pada Revan, tapi ia urungkan niatnya karna ia takut jika Revan risih selalu mendapat pertanyaan soal Abay setiap harinya.

"Cha, kok diem aja?"

Acha tersentak, lalu menerima helm yang diberikan Revan. "Abay diwarung babeh sekarang?"

Revan terdiam. Tidak tau harus menjawab pertanyaan Acha bagaimana. Dan ia juga tidak mungkin memberi tahu kalau sebenarnya Abay pergi bersama Mauryn.

"Sekarang malah lo yang gantian diem." Ucap Acha kesal.

"Buruan naik, keburu malem. Yang ada bisa disemprot abis-abisan sama Aksa karna bawa lo pulang malem."

Acha memutar bola mata malas, lalu menaiki motor Ninja berwarna hitam milik Revan.

________

Suara petikan gitar masih terdengar dan beberapa pemuda dengan semangat menyanyikan lagu 80-an. Warung pojok itu begitu ramai dan tak pernah sepi, setiap malam selalu banyak yang berkumpul ditempat itu, walau hanya sekedar untuk mengobrol.

Kulit kacang berserakan diatas meja, lalu kertas monopoli yang sudah mulai sedikit usang masih setia dimainkan oleh sekolompok pemuda itu.

Vino berdecak lalu beranjak berdiri mengacak rambutnya kasar. "Revan kemana? Tumben nggak ikut kumpul? Lagi buat konten video dia?" Tanya Vino pada teman-temanya.

Suara deru motor itu memalingkan fokus Vino dan beberapa temannya diwarung babeh. Dua cowok itu perlahan turun dari motor tanpa dosa. Vino kembali memutar bola mata malas melihat tingkah Abay dan Revan yang datang terlambat.

AlBayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang