part 7

25 5 0
                                    

Tak terasa acara sudah selesai.

" Ukhty Habibah!! Sini!!" panggil Fatima dari kejauhan.
"Ya Ukhty ada apa.."
"Hayo ini siapa??"
Fatima menunjukkan seorang lelaki tampan nan sholeh disampingnya.
"Masya Allah.. Akhi Faris??"
"Iya Habibah.. Kamu masih ingat saya??"
"Tentu akhi.."
"Ehmm aku mau bantu beres-beres dulu ya.. Assalamu'alaikum.." ijin Fatima
"Eh Fatima.. Ehm wa'alaikumussalam.."
Jawab Habibah dengan salah tingkah.

"Bagaimana kabar akhi??"
"Alhamdulillah Ukh saya baik-baik saja.. Ukhty sendiri??
" saya juga baik.."
Dengan tersipu malu Habibah menjawab dan berbincang dengan Faris.
Sudah lama Habibah mengagumi sosok Faris. Karna Faris adalah pemuda yg sopan, rajin, baik hati., ramah, suka menolong, tidak kasar, dan tentunya sholeh.

"Bagaimana kuliah Akhi??"
"Alhamdulillah lancar saya juga sudah wisuda.."
"Oh iya.. Alhamdulillah kalau begitu jadi rencana selanjutnya apa??"
"Menikah.."
"Akhi sudah punya calon??"
Habibah sedikit kecewa.

Tiba-tiba Marvel datang.
"Habibah.. Dicariin ke mana-mana ternyata disini.. Eh ini siapa??"
"Marvel ini Akhi Faris yg sempat aku ceritain ke kamu.."
"Ohh yg kuliah di mesir.. Pantes mukanya kayak Fir'aun.."
"Marvel.. Jangan gitu akh.."
"Iya becanda.. Gw Marvel.."
"Saya Faris.."
"Ohh.. Habibah yuk pulang.. Hasan sama Hanifah dah nunggu tuh.."
"Ehmm ya.. Akhi Faris.. Saya pulang dulu ya..?"
"Ya.. Ukh.."
"Assalamu'alaikum.."
"Wa'alaikumussalam.."

Di Rumah.
Habibah gelisah dengan pernyataan Faris.. Soal dia ingin menikah.
"Jadi Akhi Faris akan menikah.. Wanita itu beruntung sekali.. Tapi siapa ya..?? Ahh wanita mesir jauh lebih cantik.. Dibanding aku.. Dia pasti lebih pandai dibanding aku.."
"Kak Habibah kenapa??"
"Hanifah membuyarkan lamunan Habibah.."
"Eh dek tidak apa-apa.."
"Yuk kak makan malam.."
"Ya dek.."

Di ruang makan. Sebelum makan mereka biasa berbincang sebentar.
"Ehmm.. Habibah.. Kalau misal Faris jadi guru ngaji juga bagaimana?"
"Boleh bah.."
Habibah menjawab dengan terkejut bahagia.
"Slow aja jawabnya.."
Kata Hasan.
"Iya boleh Bah.."
"Ciye kayak bahagia gitu.." ledek Hanifah.
"Ehm maksudnya murid yang laki-laki bisa diajarin sama akhi Faris kan Abah??"
"Iya betul.."
"Kenapa Faris..??" tanya Marvel agak cemburu.
"Sebenernya dia yg menawarkan diri.. Karena dia belum bekerja juga dan daripada dia merasa nganggur jadi dia pengen ngajarin ngaji anak-anak.."
"Ohh bagus kalau gitu Abah.."
"Ya mulai besok biar Faris bantu kamu ya nak.. Ehmm oh iya besok juga Abah ingin mengundang dia makan malam disini bersama kedua orang tuanya.. Ada hal yg ingin kita bicarakan.."
"Hal apa Om??" Marvel khawatir dan kepo.
"Ehm Marvel sebenarnya saya lgn kamu panggil saya Abah saja ya jangan Om dan panggil istri saya Umi.. Dari awal terasa aneh.."
"Ohh okay Abah..jadi mau bicara apa besok??"
"Ini urusan keluarga.."
"Ohh gitu.. Ya udah deh nggk akan kepo.."

Pukul 21.43
Marvel masih terpikir oleh acara besok.
"Ada acara apa ya??.. Hmm gw kepo.. Tapi.. Ahh udah aha lupain.. Ehmm oh iya pak Harun nyuruh gw manggil Abah dan manggil bu Halimah dengan sebutan Umi.. Wah jangan-jangan ini pertanda gw dapet green light nih.. Asyyiikk.."
"Kenapa kak senyum-senyum sendiri??" tanya Hasan yg baru saja menyiapkan peralatan sekolah besok.."
"Hmm gk apa-apa kepo.."
"Yee kayak orang gila tau.. Haha.."
"Biarin wlee.."

Paginya.
"Hanifah nanti pulang sekolah kamu sama Umi ke pasar ya.. Belanja untuk makan malam.."
"Ohh siap Bah.."
"Saya ikut ya. Bisa kok bantuin bawa belanjaan.." Marvel menawarkan diri.
"Boleh.."
"Okay siip.."

Pukul 13.05
"Umi udah ada persiapan belanjaan hanya beli sedikit kok.. Jadi nggk lama lama.."
"Ya Umi.."
"Marvel jadi ikut??"
"Jadi Umi.. Nanti biar saya bantuin bawa belanjanya.."
"Ya udah makasih ya."
"Iya Umi..."

Dipasar banyak yg memperhatikan Marvel. Bahkan ada yg sampai memuji kegantengan Marvel.
"Wah bu.. Ini anak Ibu??"
Tanya seseorang ke bu Halimah.
"Hehe iya.." jawab bu Halimah.
"Ganteng banget.."
Marvel hanya tersenyum memdengar pujian itu.
"Terima kasih bu.."
"Sudah ganteng mau bantuin belanja lagi.. Seneng ya kalau punya anak kayak dia.."
"Haha.. Alhamdulillah bu.."

Sesampainya dirumah.
"Habibah.. Ini belanjaannya kamu masak ya.."
"Iya Umi.. "
"Aku bantu ya Habibah.."
"Ya ayo.."
"Ehmm aku jyga mau bantu ah.."

Di dapur.
Marvel membantu mengiris bawang merah, Hanifah menggoreng tempe, dan Habibah mencuci daging.

"Pedes pedes.." Marvel sambil mengipasi matanga yg telah mengeluarkan air mata..
"Ya Allah kamu kenapa??"
"Mataku pedas.."
"Ya udah.. Jangan dikucek.. Sini aku bantu.."
Habibah mengelap mata Marvel dengan tisu basah.
"Sudah.."
Kata Marvel sambil memegang tangan Habibah.
Habibah menatap mata Marvel.
"Marvel yang ku tau dulu beda banget dengan yg sekarang.. Awal ke sini mirip preman.. Sekarang dia punya hati yg lembut. Tatapan matanya meneduhkanku.. Aku tak pernah mengira bahwa dia akan seperti ini. Apa lagi suaranya ketika azan dan mengaji sungguh bikin hati tentram.. Banyak yg kagum pula.. Wanita yang jadi istrinya pasti beruntung.. Memiliki Suami seperti dia.. Tampan, sholeh meskipun masa lalunya begitu kelam.. Hmm di banding Akhi Faris akhi Marvel jauh lebih tampan.. Hanya saja Akhi Faris lebih pintar dari Akhi Marvel.. Astagfirullah kenapa aku berpikiran seperti ini??"

Sedangkan Marvel juga berpikiran tentang Habibah.
"Apa aku bisa berjodoh dengan wanita yg ada di depanku ini?? Sholekhah cantik dan juga pandai.. Aku harap Habibah mau menerimaku.."

Tiba-tiba Hanifah berteriak.
"Aaaaaaa!!"
Teriakannya membuyarkan lamunan Habibah dan Marvel.

"Ada apa dek?? Kok teriak??" Habibah menghampiri adeknya itu.
"Itu kak minyaknya loncat.. Kena tangan Hanifah deh.."
"Ya Allah kirain ada apa.. Ya udah hati-hati makanya dek.."
"Iya kak.."
"Lo tuh ngagetin aja.. Makanya masukin tempenya tuh jangan dilempar-lempar.."
"Ihh siapa juga yg ngelempar.."
"Udah ayo lanjutin.. Mata kamu udah nggk perih kan Akhi??"
"Ng..nggk kok.. Makasih ya.."
"Sama-sama akhi.."

Jam makan malam tiba.
Faris dan keluarganya telah tiba pula.

Di ruang makan.
"Wah ini pasti masakan Habibah kan??" tebak Pak Fajar, Ayah dari Faris.
"Hmm benar pak.. Itu masakan saya.." jawab Habibah dengan malu-malu.
"Enak sekali.."
"Terima kasih. Pak.."

"Oh iya Pak Harun kita jadi membahas itu kan??" tanya Pak Fajar.
"Tentu pak.. Makanya saya undang bapak sekeluarga untuk makan malam disini sekalian membahas masalah itu Pak.. Tapi nanti saja setelah makan malam.. Bagaimna pak??"
"Tentu boleh.. Boleh.."
"Ya sudah mari makan hidangannya.."

"Hmm mau bahas apa sih?? Kok kayaknya penting banget.. Kepo gw.." Marvel mulai penasaran lagi.

"Oh iya.. Ini siapa??" tanya Bu sukma, ibunya Faris.
"Oh ini anak kami juga.." jawab bu Halimah..
"Ohh siapa namamu nak.."
"Marvel Abdullah.."
"Ohh sya Sukma ibunya Faris.. Ini suami saya namanya Pak Fajar.. Sudah kenalan dengan Faris??"
"Sudah kok tante.."
"Ohh bagus kalau begitu.."

Semua telah selesai makan.
"Jadi bagaimana pak??" tanya pak Fajar.
"Ehmm oh ya sebentar.. Hanifah.."
Pak Harun memberi kode ke Hanifah supay mengajak Marvel dan Hasan pergi dari ruang makan.."
"Oh iya Abah.. Ehmm kak Marvel tolong ajarin aku PR ya.. Seni musik kak Marvel kan pinter banget kalau soal musik.."
"Hah.. Iya sih.. Tapi.. Ehm ya udah deh.."
"Yuk San kita ke kamar kakak.. Sambil belajar.."
"Ya kak.."

Marvel menuruti ajakan Hanifah.
Hanifah, Hasan dan Marvel dikamar. Meskipun Marvel sebenarnya tak ingin meninggalkan meja makan karna dia masih penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan keluarga Habibah dan Faris itu.

Marvelous Future HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang