I Recorded My Parents' Anger Using a Voice Recorder

5.7K 366 42
                                    

Kamu selalu mengatakan kamu ingin sekali mempunyai seorang teman. Tapi kamu tentu tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya karena seorang teman bukanlah lotre.

Aku mendengarkanmu terus di kamar. Kamu tidak pernah mau mendengarkan aku dan selalu memotong pembicaraanku. Kau tahu? Ketika seseorang jatuh cinta? Hmm, sepertinya ini adalah hal yang sensitif bagimu. Kamu tidak pernah mau membahas masalah cinta. Karena kamu tidak percaya lagi apa itu cinta. Di bawah bantalmu aku selalu bilang bahwa kepalamu adalah sebuah dunia yang awut-awutan. Tidakkah kau sadar kawanku, di kafe kemarin kita seperti dua orang yang sedang meminum kopi dan bercakap perihal menyakitkan di hari yang hujan.

Di luar ada anjing-anjing tetanggamu yang melaung-laung meminta jajan. Karena kamu berteman dengan banyak anjing maka kamu memberi mereka nama. Anjingnya ada dua belas. Kamu memberi mereka nama dengan variasi yang sama tentunya: Aku, Seorang, Menyedihkan, Yang, Baru, Putus, Cinta, Aku, Sangat, Sakit, Hati, Tentunya.

Ketika malam mengubur petang, ingusmu menjadi air terjun di bawah bantal. Dan membuatmu teringat aroma kemeja ayah. Lalu kamu akan merasa bahwa kamu adalah orang teraneh di muka bumi. Kamu selalu memakai celana kedodoran yang selalu diejek oleh pacar kakakmu. Kamu melihat mata air mengalir di uratmu yang sudah terserang parises tersembunyi. Ah, aku memang aneh. Katamu pukul dua pagi kemarin.

Kamu tenggelam dalam bantalmu lebih dalam. Lebih dalam. Kamu tahu, kadang-kadang kamu selalu sendirian seperti itu, karena sebenarnya dunia juga tidak mempunyai teman. Tidakkah kau kasihan? Dia tidak bisa jatuh cinta? Dia tidak pernah mendapat peringkat pertama. Dia tidak pernah disebut pintar. Dia tidak pernah diajak bermain bersama kawan-kawannya. Dia tidak memiliki ayah dan ibu. Dia tidak bisa menonton film-film. Dia tidak bisa membaca buku. Dia tidak bisa tidur dengan tenang. Dia tidak pernah sekolah dan bertemu dengan kekasih pujaannya. Dia tidak pernah dicintai dan mencintai. Kamu selalu berpikir, semua kecanggihan dan kebodohan di dunia ini, kalau tidak ada dia apakah semuanya akan terapung, seperti di atas planet yang dipenuhi gravitasi rendah? Entahlah.

Sekarang di kepalamu sedang ada perang dunia ke III. Ada seorang remaja yang lewat sekarang. Siapa sih mereka? Sedang ada pawai obor? Atau sedang berjaga di malam hari agar tidak ada yang bermimpi? Kamu memilih menelan ludah yang kamu teruskan sampai pukul dua pagi saat burung gereja tertidur di kabel listrik yang dipenuhi oleh bulir air hujan. Pagi-pagi sekali ketika kamu terbangun nanti, kamu akan menemukan petir yang menyelinap di jendela kamarmu karena hujan dan kabel listrik itu baru saja menangis. Kamu selalu suka kabel listrik sambil membaca buku-buku asing yang tidak kamu mengerti. Kemudian kamu akan merasakan dirimu akan mati.

Kamu menangis lagi. Air matamu sudah tidak bisa dibendung. Kamu berkali-kali tersenyum kecut seperti burung yang kabur ke Inggris. Lalu kamu membuat sebuah gambar burung di kertas nilai nol-mu—rumah bergaya Victorian dan seekor burung gereja yang sudah mati gepeng karena terpental. Kamu sudah tidak mau memikirkan hal-hal semacam itu. Kamu mengingat lagi dua orang yang tadi sedang berada di depan rumahmu pada pukul satu pagi ketika perang dunia ke II baru saja usai di rumahmu. Ayah dan ibu sedang tidur. Kamu sendirian. Kamu melemparkan senyum ke Jepang karena di negaramu tidak ada yang mau menerimanya. Tidak ada.

Kamu menyuruhku mengambil voice recorder. Kamu mau bernyanyi untuk yang terakhir kali.

Kadang-kadang kamu berharap hidup adalah sepasang burung yang hendak mati. Namun, mereka tidak mempunyai rumah.

hidup ini adalah tentang anjingmu yang kedinginanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang