"Ngapain sih lo ngehindar mulu dari Vivi Gab, itu kayak lo yang berusaha menjauh dari dia. Bukannya lo yang harus ngejauh, tapi dia."
Ucapan Dizza membuat Gaby menghela nafas berat. Memang benar, Virgo tidak salah. Ia yang salah karena sudah menjauhi cowok itu akhir-akhir ini. Padahal, Virgo kan memang suka memberinya barang-barang kan? Biasanya dia juga tidak seperti ini.
"Lo bener Diz, gue harus minta maaf kan sama Virgo?" tanya Gaby, menatap Dizza lesu. "Tapi gue takut dia marah sama gue dan nggak mau maafin gue."
"Nggak, Vivi gak-"
"Jangan panggil dia Vivi, Vivi nama anak anjingnya Gemma." potong Gaby cepat, Dizza yang tadinya terdiam tak paham langsung tertawa terpingkal-pingkal sambil memukuli pahanya gemas dan Gaby mendelik kepadanya.
"Iya-iya santai Gab, gue gak tau." gadis itu berhenti tertawa kemudian, memasang tampang serius memandang Gaby. "Lo tau banget tentang Gemma ya? Sedeket itu lo sama dia?" tanya Dizza, mengganti topik.
Gaby tak menjawab, terdiam kembali mengingat memori-memorinya dulu bersama Gemma duabelas tahun lalu.
"Ini anjing aku, namanya Vivi. Papa beliin aku tadi sore."
"Lucu banget! Aku sukaa!"
"Siapa dulu dong yang punyanya!"
Gaby mendecak, menepis pikiran itu jauh-jauh. Setahunya sampai kini anak anjing itu masih hidup, Gemma pasti merawatnya dengan baik.
"Ah udahlah Diz, males bahas dia."
Dizza yang memakan keripik singkong itu mengangguk cuek, mengerti situasi. Gadis itu berdiri dari kursi besi lalu menghabiskan potongan keripik singkong terakhir, membuang bungkus kosongnya.
"Balik yuk, kayaknya udah selesai istirahat deh." ajak Dizza, Gaby menurut menyusul langkah gadis itu.
Baru beberapa langkah, Dizza berhenti. Berbalik memandang Gaby tajam. "Awas kalo elo perang lagi sama Kak Gemma disana, dia kakak pelatih lo. Seenggaknya lo perang diluar sekolahan aja sama Gemma, disini lo tetep adik kelasnya."
Wajah Dizza yang terlalu dekat ke wajah Gaby membuat Gaby mencondongkan leher kebelang. Gadis itu mendecak, menjauhkan wajah Dizza dengan telunjuk.
"Iya-iya, jauh-jauh lo sana, bau pete."
"Anjir gue makannya keripik bukan pete ya!" cerocos Dizza menyusul langkah Gaby yang masih tertawa-tawa, kemudian dirinya ikut tertawa.
**
"It's been a long day.."
Gadis itu bersenandung sesekali, mendengarkan suara lagu dari earphonenya. Tampak tidak terganggu dengan kebisingan jalanan dari luar bus. Matanya terpejam, menikmati alunan lagu.
Gabriella si barbar dan si mulut pedas ini nyatanya penyuka lagu dan malam hari, siapa sangka?
Hari ini Gaby menaiki bus, Papanya tidak bisa menjemput karena masih ada urusan pekerjaan. Adiknya? Dia masih ada latihan basket disekolah dan menolak Gaby untuk menunggunya. Ciara memang mandiri, meskipun keluarga mereka adalah orang terpandang tetapi Ciara dan Gaby mencoba hidup biasa saja. Kalau Papanya mereka bisa menjemput ya mereka ikut saja, kalau tidak? Mereka bersyukur masih bisa pulang walaupun menaiki bus.
Mata Gaby terbuka, terganggu dengan suara lelaki yang nampaknya sedang menelepon. Gadis itu menoleh, kemudian matanya melebar menatap cowok tampan itu.
"Iya-iya, secepetnya ya! Adik gue nggak mau lama nunggu soalnya.... Iya anjir udah dulu ya sat, bye!"
Gemma mematikan sambungan telepon sepihak, cowok itu mengernyit membaca pesan dari Azra beberapa menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
#01 | BOOMERANG
Teen Fiction(n) where a very ignorant cold girl meets boys who are in a bad past. Gabriella Sevania, gadis cantik berpipi chubby yang mengikuti ekskul panahan disekolahnya. Bertemu dengan Gemma Agreef Rionald, pemuda dimasa lalu yang pernah membuatnya merasa te...