Virgo menghela napas. Pemuda itu mundur beberapa langkah, kemudian melengos kasar dan berbalik. Berjalan pelan-pelan berusaha agar tidak membuat suara langkah kaki.
Dia berusaha mengenyahkan pikirannya dari pemandangan yang barusan ia lihat dengan jelas. Pemandangan buruk yang paling tidak ingin ia lihat seumur hidup.
Pemuda itu, Gemma. Musuhnya sejak kecil kini sedang memeluk Gaby dengan erat. Gaby menangis dalam pelukannya.
Sementara itu..
"Sakit.. gue kena cakar, Gem. Elo bisa anter gue ke UKS?" rengek Gaby melepaskan pelukannya. Gadis itu mendengus. Wajahnya kusut dengan hidung memerah dan kantung mata yang menghitam karena banyak menangis.
"Suruh siapa baku hantam sih? Yaudah ayo gue anter ke UKS." kata Gemma setengah kesal sambil berbalik dan melangkah duluan meninggalkan Gaby.
Serius, Gaby kali ini tidak ingin berantem dulu. Dia kesakitan. Bukan karena ucapan Clara tadi, tapi karena cakaran cewek itu yang bringas seperti macan lepas.
Lagipula gak ada Dizza.
Gaby mencibir, kemudian mengekori cowok itu dan berlari kecil agar sejajar. Ia menoleh kanan kiri, memastikan tak ada orang yang melihat dirinya dan Gemma tadi.
Untungnya keadaan koridor dekat toilet sepi.
"Dia punya cakar apa gimana sih? Sakit banget lengan gue, sialan." kata Gaby mendengus sambil mengusap kasar wajahnya menyesal karena telah menangis bombay di depan Gemma tadi.
Gemma menoleh singkat, "dia emang gitu dari dulu." katanya pelan.
Gaby menoleh, "hah? Elo kenal?" tanyanya membuat Gemma menoleh dan panik dalam hati.
"E-enggak, Az-azra yang kenal dia." jawabnya meralat. Membuat Gaby mendelik dan kembali memandang depan dengan tak peduli.
"Kata Azra, si Clara tuh emang bringas gitu. Dia anak dari konglomerat kaya yang udah terkenal se-antero Indonesia." kata Gemma santai.
Niatnya mencari bahasan dengan Gaby, tapi Gaby malah tak membalas lagi kini sibuk merapikan rambut yang acak-acakan karena dijambak Clara.
Gemma mengumpat dalam hati. Keduanya kini berbelok, menaiki tangga menuju lantai dua dimana UKS terletak. Karena tangga cukup sempit, Gaby berjalan terlebih dahulu sementara pemuda itu berjalan dibelakangnya.
Tapi dari lantai atas, seorang cowok jangkung berjalan dengan tergesa-gesa menuruni tangga membuat Gaby mendongak dan refleks menepikan diri. Gemma yang melihat ikut menepi.
"Sorry-sorry ya, buru-buru." kata cowok itu melewati keduanya.
Gaby tak menjawab. Hanya mengibaskan rambut dan kembali naik tangga dengan santai. Tapi Gemma berhenti, keningnya berkerut. Cowok itu membalikkan kepala dan melihat bayang punggung cowok tadi yang kini menghilang sepenuhnya.
"Nino?"
Gaby berhenti dan berbalik, "apa?" tanyanya tanpa intonasi. Membuat Gemma segera meringis dan menggeleng.
"Nino kan? Gue ngerasa pernah ingat dia." batin Gemma kembali melangkah pelan.
Gaby mendecak, kemudian berbalik. Tinggal beberapa anak tangga lagi tapi Gemma berjalan lambat. "Ck, buruan!" katanya kesal.
Gemma segera berlari cepat menaiki tangga kini benar-benar ke samping Gaby. Gaby jadi membelalak, tapi saat Gemma menoleh gadis itu kembali menatap depan dan memasang wajah datar seakan tak terjadi apa-apa.
Keduanya akhirnya sampai di lantai dua.
Benar-benar tak ada percakapan diantara keduanya. Gaby agak menjauh dari Gemma beberapa senti, karena tersadar berada di tempat ramai.
KAMU SEDANG MEMBACA
#01 | BOOMERANG
Teen Fiction(n) where a very ignorant cold girl meets boys who are in a bad past. Gabriella Sevania, gadis cantik berpipi chubby yang mengikuti ekskul panahan disekolahnya. Bertemu dengan Gemma Agreef Rionald, pemuda dimasa lalu yang pernah membuatnya merasa te...