Chapter 1

111 1 0
                                    

Bukankah benci yang mendalam akan menimbulkan rasa yang teramat besar?


KRING!!! KRING!!! KRING!!!

Suara alarm yang berada diatas nakas dekat tempat tidur Chaca berdering dengan menunjukkan pukul 04.45 WITA. Chaca bangkit dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Setelah beberapa menit berada didalam kamar mandi, ia keluar dengan wajah yang tampak lebih segar. Sebelum bersiap-siap untuk berangkat sekolah, Chaca melakukan Sholat subuh didalam kamarnya. Kali ini Chaca tak ingin terlambat kesekolah karena berhubungan ini hari senin.

" Monday is Monster Day" ucap Chaca setelah melihat pantulan dirinya dicermin. Ia tahu hari ini ia akan harus mengikuti upacara bendera disekolahnya tercinta. Setelah jam dinding dikamar Chaca menunjukkan pukul 06.00 WITA, ia bergegas menuruni anak tangga menuju meja makan dan mendapati sosok Bundanya yang tengah menyiapkan sarapan untuknya.

"Morning Mama" ucap Chaca dengan sedikit lemah. Pasalnya ini terlalu canggung untuk keduanya. Berhubungan dengan keadaan Renanda yang selalu melakukan kerja lapangan diluar kota menyebabkan keduanya jarang melakukan interaksi.

"Morning too sayang" Renanda membalas ucapan Chaca tanpa berpaling dari aktivitasnya. Fenomena yang begitu langka yang sedang dialami Chaca saat ini. Sangat canggung. Chaca tidak berbicara, mereka hanya melakukan ritual sarapannya dengan hening yang berkepanjangan. Chaca senang melihat mereka dirumah, meski Ayahnya tidak akan bangun sepagi Bundanya, Chaca tetap bahagia jika mereka ingat untuk tetap pulang.

Setelah merasa cukup dengan sarapannya, Chaca pamit untuk berangkat sekolah.

"Mam, Chaca berangkat" ucapnya singkat seraya menyalami punggung tangan Bundanya. Tidak ada reaksi yang ditimbulkan oleh Renanda. Gue pengen banget ngerasain kasih sayang dari Mama, batin Chaca setelah melepas tangan Mamanya. Chaca berjalan santai meninggalkan Renanda seorang diri dan menuju parkiran. Ia mendapati pak Bagus tengah bersandar diCap mobil Jazz miliknya. Chaca menyapa pak Bagus dengan begitu ramah.

"Pagi pak" sapa Chaca sopan. Pak Bagus tersadar dari lamunannya.

"Eh non, mau diantar atau berangkat sendiri?" tanya pak Bagus memastikan jika Chaca akan berangkat sendiri.

"Berangkat sendiri aja Pak, siapa tau Pak Bagus dicari ntar sama Mama. Maklumkan Papa sama Mama sibuk banget" ucap Chaca sedikit terdengar seperti tidak suka. Pak Bagus hanya mengangguk mengiyakan omongan majikan mudanya.

"Baik Pak, Chaca berangkat dulu yah" Pamit Chaca seraya memasuki mobil pribadinya. Chaca mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Karena waktu yang menunjukkan pukul 06.25 yang terbilang masih pagi, jalan yang dilewati Chaca cukup senggang. Chaca tiba disekolah 10 menit sebelum lonceng pertanda upacara bendera berbunyi.

Chaca berjalan menyusuri koridor sekolah dengan santai. Kejadian kemarin kembali terputar indah diotaknya. seulas senyum terukir diwajah cantiknya. Ia terus tersenyum sepanjang koridor kelas XI IPS hingga ia benar-benar tiba dikelas XI IPS 2. Chaca terus memikirkan kejadian yang menimpanya kemarin ditaman komplek. Apa-apaan sih kok gue mikirin dia terus,Chaca mencoba mengusir jauh-jauh pikiran nakalnya itu. chaca mendapi sahabatnya tengah duduk dibangku mereka seorang diri. Suatu keajaiban dunia jika seorang Clara datang sebelum lonceng berbunyi. Biasanya dia akan datang 1 atau 2 menit setelah lonceng berbunyi. Tapi saat ini, dia tengah duduk manis didalam kelas sebelum lonceng berbunyi, bahkan 10 menit sebelum lonceng.

"Wisssss Clara Blour tumben jam segini udah dikelas" cibir Chaca dengan sedikit menyindir. Clara hanya memutar bolamatanya malas mendengan sindiran yang datang dari sahabatnya. Chaca kemudian terduduk dikursi yang tepat berada disebelah Clara.

BahagiakuWhere stories live. Discover now