Part 2

23 2 0
                                    



"regret is always come at the end, then never blame yourself for the decision."






✨✨✨







"Maaf boleh gue duduk disini? Yg lain udah penuh?"

Seorang lelaki membangunkan jiwa Caca yang sedang tenggelam dalam masalalu.

"Duduk aja gue udahan ko" Caca langsung membereskan barangnya dan bergegas pergi.

Pria itu memegang tangan Caca saat Ia hendak pergi. "Tunggu tapi coffee lo belum abis, abisin dulu"

Caca melihat tangannya yg di genggam pria asing tersebut.

"Ehh maaf ya spontan" ucap si pria sambil menggaruk tengkuknya yg tidak gatal.

"Hmm iya, lagian coffee nya juga udah dingin ko, gue duluan"

"Ehhh tunggu, Kalvin Levano" ucapnya sambil menyodorkan tangannya tanda ingin berjabat tangan.

"Andara Calistha" caca entah mengapa menjabat tangan pria itu dengan ramah.

Caca melepaskan jabatan tangan mereka "hmm gue duluan, nice to meet you vin"

"Oke nice too meet you too Dar"

✨✨✨

Setelah gue sampe di appart, gue masih mikirin cowo yg namanya udah gak gue inget lagi yang tadi di cafe.

Sepanjang perjalanan pulang juga gue mikirin dia, soalnya gue sempet kaget pas dia manggil gue "Dar".

Seumur hidup gue, yang manggil gue "Dar" cuma mendiang kakak gue, Araffa Harrisya. Dia satu satunya dari sekian banyaknya manusia yg kenal gue yang manggil gue "Dara", bahkan bokap nyokap juga manggil gue Caca.

How stupid i am, kenapa bisa bisanya gue mikirin dia sebegitunya. Padahal kan bisa aja karena dia belum kenal gue, jadi yaudahlahya ribet banget.

"Andara Calistha, cantik seperti namanya, akhirny kita bisa bertemu" gumam si lelaki sambil menyesap Hot Americano nya.




✨✨✨

Pagi yang cerah, badan yang segar dan otak yang fresh. Itulah yang dirasakan Andara Calistha pagi ini. Siap menghadapi aktivitas seperti biasanya.

Caca menyelusuri lorong fakultasnya setelah mengikuti kelas pagi nya hari ini.
Perpustakaan, itulah tempat favoritnya dari kampus nya.

Sudut perpustakaan adalah tempat favoritnya saat di perpustakaan. Gadis itu meninggalkan note nya di meja dan pergi beranjak untuk mencari novel yang akan dibacanya, guna mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat.

Betapa terkejutnya gadis itu saat ia kembali dan menemukan seorang pria tertidur di meja yang sudah ia tempati. Gadis itu duduk di hadapan pria yang sedang tertidur dan menatapnya dalam diam.

"Ko mukanya kaya familiar banget ya" gumam gadis itu didalam hatinya. Sinar mentari mengusik si pria yg sedang tertidur itu.

"Eh dara, tadi gue nyari tempat yg enak, terus gue kesini liat note ada nama lo nya, gapapa kan gue ikut disini?" Jelas pria itu yang mata nya belum terbuka sepenuhnya.

Gadis itu sempat menegang karena pria itu memanggilnya "Dara". "Emmm sorry tapi gue mau baca" ucapnya sedikit canggung.

"Gue janji dar gaakan ganggu lo koo, cuma ikut duduk aja gitu" pria itu memohon pada Caca.

"Emm gimana ya, yaudah deh" jawab Caca agak ragu karena dia lebih suka menghabiskan waktunya sendiri.

"Btw lo masih inget nama gue kan?"

"Hehehe" hanya kata itu yg dapat ia lontarkan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yahh gue dilupain padahal baru kemaren kenalan hehe" ucap pria itu sambil menundukkan wajahnya.

"Ehh bukan gituu aduh gimana ya gue orangnya pelupa sih maaf yaaa"

"Iyasih gapapa santai aja dar" pria itu lalu merebut note milik gadis itu lalu menuliskan namanya.

"Ohhhhhh Kalvin Levano Agira"

"Inget yaa nama gue" ucapnya sambil tersenyum.

Kalvin menyandarkan kepalanya di atas meja sambil menatap gadis di depannya yang tengah serius membaca novel nya.

Caca mnghela napasnya "Vin please jangan liatin gue mulu dong"

"Ehh emg ketauan banget ya dar hehe" pria itu bangkit dan menengadahkan kepalanya sambil menatap Caca intens "kalo gini masih malu ga? Hmm"

Caca langsung bangkit dan bergegas pergi dari sana karena Kalvin terus saja menggodanya membuat pipinya bersemu.

Kalvin pun mengikuti langkah gadis itu "Darr jangan cepet cepet jaya mau marathon aja" sambil menggenggam tangannya, "eh ko pipi lo merah? Sakit? Yu ke dokter" kalvin yang melihat pipi Caca memerah mengiranya sakit.

"Gue gasakit cuma mau pulang doang" Caca tidak berani menatap Kalvin karena pipinya makin bersemu.

"Yaudah gue anterin ya" ucap kalvin sambil menarik tangan Caca menuju parkiran.

"Vin gausah gue bisa balik sendiri beneran" caca berusaha menolak ajakannya tetapi Kalvin tetap bersikeras ingin mengantar caca pulang.

"Bawel banget udah gapapa gue anterin aja, nih pake helm nya" ucap Kalvin sambil menyodorkan helm untuk Caca"

Caca pun pasrah dan memakai helm yang di berikan Kalvin padanya.

"Ayo naik jangan diem aja bengong mulu" kalvin langsung meraih tangan Caca menuntunnya untuk naik.

✨✨✨

Caca langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuknya.

Gagerti lagi kenapa gue bisa bisanya malu di depan Kalvin, gatau kenapa jantung gue kaya marathon pas dia natap gue pas lagi baca. Kerasa banget tatapannya gangerti lagiiiii huhu

Tarik napasss....keluarinn....tarik napass... rileksss.
Gak. Gue harus biasa aja, gak boleh baper garagara gitu doang. Oke

Degupan jantung yang tidak beraturan.
Tanpa disadari akan ada tumbuh percikan yang entah akan membahagiakan atau akan lebih sangat menyakitkan.

The RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang