Cemas, kecewa, marah, takut, sedih perasaan itu bercampur dan menghantui setiap langkah kuKaki ku lemas namun otak ku bereaksi beda
Setelah mendengar kabar itu aku segera berlari tanpa memperdulikan teriakan Farel serta teman temanku di belakang sana
Bayangan bayangan tentang Genta yg menghabisi Michelle membuatku merasa bersalah
Kakiku terhenti ketika indra penglihatanku menangkap koridor yg dipenuhi oleh siswa siswi serta perbincangan mereka yg membuat diriku marah dan bersalah secara bersamaan
Dengan nafas yg mengebu aku menerobos barisan siswa yg mengerubungi
Nafasku tercekat badanku bergetar tak karuan ketika melihat Genta yg terus meninju Michelle yg sudah di penuhi darah segar dan lebam di sekujur mukanya
'Apa karena diriku Michelle hingga seperti ini?'
Sorakan sorakan dari murid lain ketika tinjuan Genta mengenai hidung Michelle yg sudah tidak sadarkan diri membuat diriku di geragapi rasa bersalah
Aku menetralkan nafasku lalu dengan kaki yg bergetar aku menghampiri Genta yg hendak memukul Michelle lagi
"HENTIKAN!" Seru ku yg membuat suasana yg tadinya ramai dengan sorakan kini berganti menjadi bisik bisikan kecil yg masih dapat ku dengar
"Minggir!" Ucap Genta dengan nada rendah serta penuh penekan yg membuat ku bergidik
Aku menggeleng sebagai jawaban
"Ku bilang minggir!" Bentak Genta yg membuat nyaliku menciut
'Tidak aku tidak boleh takut'
Aku menggeleng lagi dan menatap manik Hitam kelam milik Genta
"Hentikan kumohon" ucapku sendu
"Dia mencoba mengambil mu dariku" ucap Genta tegas
"Kau salah" Bantahku dengan air mata yg mulai turun dengan sendirinya tanpa permisi
"Tentu saja aku benar" Sanggah Genta menatapku tajam
"Kami teman" Ucap ku sambil menghapus air mata ku berusaha membela Michelle yg sudah tidak sadarkan diri
"Dan aku tidak percaya" Sahut Genta tatapan tajamnya yg seolah menusukku
"Kapan kau akan percaya pada ku?" Genta terdiam tentu saja dia tidak akan menjawab pertanyaanku
Aku tersenyum miris mengkasihani diriku sendiri. Bagaimana bisa sepasang kekasih atau lebih tepatnya si lelaki tidak mempercayai wanitanya selama 2 tahun mereka bersama
"Tentu saja tidak akan" lanjutku yg membuat Genta menatapku penuh amarah
"KAU..." Ucap Genta menunjuk diriku dari suaranya aku bisa tau kalau dia sedang emosi saat ini
Aku menutup mataku mempersiapkan diriku mendengar perkataan tajam yg akan keluar dari mulut manis kekasihku
Ya kekasihku:)
"Aku apa genta?" Tanyaku dgn nada yg mulai mempelan karena menahan isak tangis
"KAU HANYA WANITA MURAHAN PENGGANGGU HIDUP-!"
"BUGH!" ucapan Genta terhenti karena pukulan keras yg menghantan rahangnya keras
Aku terbelalak kaget melihat Genta yg tersungkur di lantai
"JAGA UCAPANMU!" Marah Farel yg entah dari kapan berada disini
"Dasar pahlawan kesiangan pergilah sebelum aku menghajarmu" Ucap Genta seraya berdiri dan menyeka darah yg mengalir di ujung bibirnya kasar
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible (Friend)
RandomTemenan ama hantu? Why not? Seengaknya 'mereka' ga baik di depan busuk dibelakang