[6] Pilihan

496 70 21
                                    

Ify otomatis membalikkan badannya menghadap Rio, "jalan?"

"Iya, biar tambah akrab aja. 'Kan gak terlalu enak habis yang kemarin," jawab Rio sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Mau kemana?"

"Kamu aja yang tentuin."

Ify berpikir cukup lama sampai Rio akhirnya mengusulkan sebuah ide.

"Gini aja, dalam hitungan ketiga kita sebut tempat yang mau kita datangi. Dari situ, kita tentuin mau kemana." Yap, tentu cara itu dipakai Rio agar Ify mau menjawab pernyataan 'kamu aja yang tentuin' tadi.

Ify mengangguk, begini lebih baik, pikirnya.

"Satu,"

"...dua,"

"...tiga!"

"Taman kota!"

Satu kata dua suara. Keduanya saling menatap, lalu tertawa.

Dalam tawa Mario yang dilihat olehnya, Daify sadar.

Ia mencintai pemuda di hadapannya.

💦💦💦

Setelah menempuh perjalanan, Rio dan Ify pun sampai di taman tujuan mereka. Keduanya tersenyum.

Rio berdeham, sudah sejak lima menit setibanya mereka di sana, mereka masih menyandarkan diri di mobil Rio.

"Emm, Fy.."

"Ya, kenapa?" Dan Rio tak pernah menyangka Ify akan tersenyum se-semangat itu.

"Mau mulai dari mana dulu, nih?" tanya Rio.

Di saat yang sama Ify teringat saat terakhir dirinya datang ke sini, ketika ia bermain bersama Alvin. Kesedihan itu datang, namun berusaha ia tutupi dari Rio.

"Fy, kenapa diam? Are you okay?" tanya Rio.

Ify mengangguk semangat, bukan saatnya mikirin Alvin, Fy. So stop it now! Ify menyemangati dirinya sendiri.

"Naik..." Ify menimbang pilihan, naik yang beda sama Alvin aja, biar gak kepikiran.

"Naik karausel aja!" Menunjuk komedi putar yang ada di sana.

"Yakin?" Rio tampak ragu dengan pilihan Ify. Mereka sudah besar, naik komedi putar, Rio tidak bisa membayangkannya.

Ify mengangguk semangat, "ayo! Udah lama sejak dulu sama Bunda aku naik itu!" Dengan semangat Ify pun menarik tangan Rio ke karausel itu.

"Aku naik yang kuda, kamu naik yang kereta putih itu, ya, Fy. Biar kayak putri sama pangeran gitu." Rio menaik-naikkan kedua alisnya.

Diluar sangkaan Rio, Ify mengangguk semangat, "sip, yuk!"

Rio yang sangat senang tertawa bahagia.

Ify tersenyum kala sampai di antrian.

Karausel ini..
tidak banyak berubah semenjak terakhir ia lihat.
Kuda putih, kereta putih, dan lampu warna-warninya.
Cat-cat yang mulai mengelupas.
Ah, rasanya Ify benar-benar terlempar ke masa kecilnya.

"Mari, Mas, Mbak." Sang pemandu karausel menyalakan komedi putar itu.

Keduanya amat sangat menikmati waktu kebersamaan mereka.

💦💦💦

"Selanjutnya kamu mau kemana, Fy?"

"Kamu aja yang tentuin," balik Ify pada Rio.

Pluviophile: Sang Pencinta Hujan | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang