[3] Ada Apa?

674 91 45
                                    

Dirinya menggeleng. Berusaha tidak percaya dengan apa yang ia rasakan.

"Kenapa harus dia, sih?" Ify menggerutu dan mempercepat jalannya menuju rumahnya.

💦💦💦

Bagi Ify, semua berjalan normal hingga sepekan ke depan. Sampai setelah pekan itu lewat, ia merasa amat lelah dan memutuskan untuk beristirahat sejenak.


Alvin tersenyum. Bagaimana tidak, di sebelahnya ia melihat Ify sedang tidur karena kelelahan dan penat pekerjaan yang sedang ramai-ramainya. Tanpa sadar, Alvin pun mengelus rambut Ify pelan.

Tubuh Ify bergerak pelan, sepertinya usapan Alvin di kepalanya tanpa sengaja membangunkan Ify dari tidurnya.

"Eh, Fy, sorry ganggu tidur kamu." Alvin masih senantiasa tersenyum.

Ify pun terkejut, "em, gak apa," ia bangun dari tidurnya, "aku ketiduran ya? Ya udah, yuk kerja lagi."

Baru saja Ify akan berdiri, tangannya di tahan oleh Alvin.

Alvin menggeleng, menarik Ify kembali duduk.

"Vin??" Ify tidak mengerti, mengapa Alvin menahannya di jam kerja seperti ini?

"Keluar yuk. Bareng." Sungguh irrelevan, Alvin tiba-tiba berkata seperti itu.

Ify menggeleng, "kerja, Alvin Hermawan." katanya dengan penuh penekanan.

Alvin tertawa lepas.

"Kenapa?" Ify mengernyit.

Alvin menenangkan tawanya, "ikut aku pergi yuk, refreshing. Aku udah izin sama Kakak kok." Dengan tenang, Alvin menyebutkan 'Kakak', yaitu supervisor dari kafe tempat mereka bekerja.

Ify tak bisa menutupi keterkejutannya, "gimana bisa?"

"Bisa dong, Alvin gitu loh" Ify mencibir pelan lalu tersenyum.

"Mau kemana?"

Alvin tersenyum. Keduanya bergegas berganti pakaian.

💦💦💦

"Udah siap, Fy?" tanya Alvin.

Ify mengangguk. Tak lama baginya untuk menentukan outfit hari ini, ia tampil cukup kasual dengan jeans dan kaus putih polos andalannya. Dibawanya tas kecil untuk sekedar diisi dengan handphone dan dompet. Ia pun siap melaju bersama Alvin.

"Naik sepeda, ya, Fy. Gak apa, kan?" tanya Alvin sambil mengatur sepeda agar berdiri.

Ify, yang keluar setelah Alvin menoleh, tersenyum dan menggeleng heran.

"Emang harus gimana?" jawabnya enteng.

Alvin tertawa. Sepeda mereka pun melaju ke tempat yang sudah ditetapkan Alvin.

Sepeda itu akhirnya terparkir di salah satu tempat yang sangat dikenal Ify.

Ify tersenyum, "ke sini?"

Alvin mengangguk ikut tersenyum lebar, "yep, kamu suka kan? Tempat favorit kamu sih." Diakhiri tawanya yang manis, Alvin sontak membuat Ify salah tingkah.

Bagaimana tidak? Kini Alvin dan Ify sudah berada di taman favorit Ify semenjak masa kecilnya.

Ify mengangguk semangat, "mau kemana dulu? Aku jarang sih naik wahana gini."

Pluviophile: Sang Pencinta Hujan | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang